Mengapa Trump Gagal Menyelesaikan Krisis Global Meskipun Telah Berjanji?
-
Donald Trump
Pars Today - Dalam sebuah artikel yang mengulas empat bulan pertama pemerintahan kedua Donald Trump, situs CNN menulis bahwa sebelum berkuasa, ia membanggakan dirinya telah memecahkan masalah geopolitik yang mendalam, tapi sekarang situasi saat ini tidak begitu baik, meskipun ia bukan satu-satunya presiden AS yang menderita ilusi dapat memecahkan masalah global secara ajaib.
Menurut televisi CNN, Setiap presiden Amerika yang datang ke Gedung Putih merasa bahwa ia dapat mengubah dunia, dan Trump merasa dirinya lebih dari presiden lainnya. Namun, keadaan tidak berjalan baik bagi Presiden Amerika Serikat ke-47 ini. Meskipun Trump mungkin menakut-nakuti raksasa teknologi agar mengikuti garis merah dan menggunakan kekuatan pemerintah untuk memaksa universitas seperti Harvard mengikuti keinginannya, tapi ia tidak dapat mengancam semua kepala negara dengan kekuatan.
Pengakuan media Amerika atas kegagalan Trump dan ketidakmampuannya yang nyata untuk menyelesaikan dan mengakhiri krisis regional dan global sekali lagi telah mengungkap sifat aslinya, serta upayanya yang sia-sia untuk menampilkan citra Amerika Serikat yang tegas dan unggul, yang ia klaim memiliki kekuatan dan pengaruh yang jauh melampaui negara lain dan kemampuan untuk mengubah perilaku dan kebijakan negara lain.
Terlepas dari menurunnya posisi global Amerika dan penurunan kekuatannya yang tidak dapat disangkal, Trump telah melakukan upaya yang sia-sia untuk mengintimidasi dan memengaruhi para pesaing dan bahkan mitra Amerika Serikat agar menerima tuntutannya dan mematuhi tujuan dan kebijakan Washington. Sebaliknya, hasil yang diinginkannya belum tercapai.

Menurut CNN, Empat bulan pertama masa jabatan kepresidenan Trump hingga saat ini, dengan ancaman tarif, peringatan kepada Kanada dan Greenland untuk bergabung, dan penghapusan program bantuan kemanusiaan global, menunjukkan bahwa seluruh dunia juga memiliki hak untuk memengaruhi dan bersuara dalam apa yang sedang terjadi. Tampaknya para pemimpin Cina, Rusia, Zionis Israel, Eropa, dan Kanada kini telah menyadari bahwa Trump tidak sekuat yang dipikirkannya dan tidak ada biaya untuk menentangnya.
Faktanya, reaksi terhadap upaya Trump di berbagai bidang, terutama peluncuran kampanye perdagangan dan tarif terhadap negara lain, bukan hanya tidak membuahkan hasil yang diinginkannya, tapi juga menyebabkan reaksi tajam dan tegas dari mitra dagang utama AS, terutama Cina dan Uni Eropa, dan akhirnya memaksa AS bersikap pasif.
Sekaitan dengan hal ini, CNN menulis, Trump berpikir ia dapat mengubah kebijakan Presiden Cina Xi Jinping dalam perang dagang berdasarkan keinginannya. Namun, ia tidak memiliki pemahaman yang benar tentang kebijakan Cina an telah salah tentang hal itu.
Media-media kemudian mengeluhkan pejabat Amerika yang dalam beberapa hari terakhir menyatakan kekecewaannya karena Cina tidak memenuhi komitmennya untuk meredakan ketegangan perdagangan. Presiden AS bahkan terpaksa mengalah dalam perang dagang dengan Eropa.
Janji kosong Donald Trump lainnya adalah mengakhiri perang di Ukraina dengan cepat.
Sebelum kembali ke Gedung Putih, ia berjanji akan menghentikan perang antara Rusia dan Ukraina dalam waktu 24 jam.
Ia mengklaim bahwa jika ia tetap berkuasa, perang tidak akan terjadi sama sekali. Kini, empat bulan setelah pelantikannya, janji itu tampaknya masih jauh dari terpenuhi.
Janji untuk segera mengakhiri perang bukan hanya tidak terpenuhi, tapi dengan terputusnya bantuan ke Ukraina dan melebarnya keretakan antara Gedung Putih dan sekutu-sekutunya di Eropa, Amerika Serikat kini berada dalam keadaan pasif.
Di sisi lain, Trump gagal membujuk Rusia untuk menerima perdamaian.
Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menunjukkan minat untuk segera mengakhiri perang, dan meskipun ada upaya untuk mengadakan gencatan senjata, perundingan damai berjalan sangat lambat, dengan Rusia hanya puas dengan perjanjian taktis yang terbatas.
Trump juga menghadapi kegagalan yang jelas dalam perang Gaza.
Menjelang pelantikan presiden pada 20 Januari 2025, Trump memaksa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menerima gencatan senjata sementara, tapi pada tahap berikutnya, dengan memberikan lampu hijau untuk pengiriman senjata dan amunisi Amerika ke Israel, ia secara praktis memberi Netanyahu dasar dan alat yang diperlukan untuk melanjutkan perang Gaza.
Sekarang, Steve Witkoff, utusan khusus Trump untuk Timur Tengah melakukan upaya nyata untuk mengadakan gencatan senjata dalam perang berdarah Gaza, yang tentu saja lebih sejalan dengan tujuan rezim Zionis, terutama pembebasan tahanan Zionis, tanpa memberikan jaminan apa pun bahwa Israel akan mengadakan gencatan senjata permanen.
Sementara itu, Netanyahu juga tidak memperhatikan tuntutan global untuk menghentikan pertumpahan darah di Gaza dan mengadakan gencatan senjata.
Semua kasus ini menunjukkan bahwa Trump hanya memainkan peran sebagai presiden yang tampaknya kuat dan harus dipatuhi oleh semua orang, tapi dengan pendekatan koersifnya yang didasarkan pada (apa yang disebut) kebijakan "perdamaian melalui kekuatan", telah sangat mengurangi kekuatan lunak Amerika Serikat dan menampilkan citra dirinya yang dibenci di panggung global.(sl)