Pendapatan Negara Naik dan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan pendapatan negara hingga bulan Oktober 2021 mencapai Rp 1.510,0 triliun. Pendapatan tersebut setara dengan 86,6 persen dari target APBN sebesar Rp 1.743,6 triliun.
Bendahara negara ini menjelaskan, pendapatan negara mengalami pemulihan karena adanya pembukaan kembali (re-opening) ekonomi setelah terkena varian Delta Covid-19 pada bulan Juli 2021 lalu.
Secara garis besar, pendapatan negara tumbuh sebesar 18,2 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.277 triliun.
"Seiring pemulihan ekonomi reopening dan aktivitas masyarakat serta ekonomi mulai bergerak kembali, maka APBN juga mulai pulih. Ini terlihat dari sisi pendapatan negara kita bahkan mengalami growth hingga 18,2 persen," kata Sri Mulyani dalam CEO Networking 2021, sebagaimana dikutip Partodayid dari Kompas, Selasa (16/11/2021).
Sri Mulyani menuturkan, pendapatan negara ditopang oleh penerimaan pajak yang naik 15,3 persen (yoy). Pendapatan pajak hingga Oktober 2021 sudah Rp 953,6 triliun atau 77,6 persen dari target Rp 1.229,6 triliun.
Pada tahun lalu, penerimaan pajak mengalami kontraksi minus 18,8 persen. Kemudian dari sisi bea dan cukai meningkat 25,5 persen (yoy). Realisasinya sudah mencapai 95,7 persen atau Rp 205,8 triliun dari pagu Rp 215 triliun.
Adapun Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) tercatat tumbuh 25,2 persen (yoy) menjadi Rp 349,2 triliun. Hingga Oktober 2021, realisasinya sudah mencapai target sebesar 117,1 persen.
"Jadi ini menggambarkan ekonominya pulih. Dua tugas yang harus kita lakukan bersama bukan pilihan, harus sama-sama," ucap Sri Mulyani.
Di sisi lain, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyampaikan rasio defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menurun hingga 3,29 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Oktober 2021 atau mencapai Rp548,9 triliun.
"Ini adalah sesuatu yang kita lihat defisit APBN menurun dibanding Oktober tahun lalu yang sebesar 4,67 persen terhadap PDB," kata Menkeu Sri Mulyani dalam acara CEO Networking 2021 di Jakarta, Selasa.
Dengan demikian Sri Mulyani berharap defisit anggaran pada tahun ini bisa tetap terkendali di atas lima persen PDB, menurun dibanding realisasi tahun lalu yang berada di atas enam persen PDB.
Defisit anggaran terjadi karena belanja negara yang masih sedikit lebih tinggi yakni Rp2.058,9 triliun daripada penerimaan negara Rp1.510 triliun.
Meski menurun, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut berharap defisit APBN tetap bisa menciptakan efek berganda maupun counter cyclical terhadap pemulihan ekonomi nasional.
Ekonomi Kuartal IV Bisa 6 Persen
Masih dalam acara yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto berharap pertumbuhan ekonomi di kuartal IV mencapai level 5-6 persen.
Mantan Menteri Perindustrian ini mengungkap, pertumbuhan itu dipacu oleh membaiknya kasus Covid-19 di Indonesia yang mengantar ekonomi kembali pulih. Kasus COVID-19 di Indonesia kata Airlangga, menjadi yang terendah di ASEAN.
"Sehingga dengan fundamental yang lebih kuat, diharapkan di kuartal keempat ini pertumbuhan ekonomi bisa masuk di level 5 sampai 6 persen untuk menjaga agar pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2021 bisa masuk di 4 persen karena di kuartal I kita masih negatif," kata Airlangga dalam CEO Networking 2021, Selasa (16/11/2021).
Airlangga menjelaskan, pemulihan ekonomi mulai terlihat di kuartal II 2021 dengan pertumbuhan 7,07 persen. Kemudian ekonomi kembali tumbuh sebesar 3,5 persen di kuartal III.
Dengan pertumbuhan positif di kuartal IV yang mencapai 4-6 persen, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2021 diproyeksi mencapai 3,5-4 persen.
Tentu kata Airlangga, penanganan pandemi menjadi faktor kunci untuk mencapai target tersebut, baik dari segi permintaan (demand) dan penawaran (supply). (Kompas/Antaranews)