Perwakilan EU Apresiasi Kepemimpinan Indonesia di G20
(last modified Thu, 07 Jul 2022 07:37:35 GMT )
Jul 07, 2022 14:37 Asia/Jakarta
  • Menlu Indonesia Retno Marsudi dan perwakilan Uni Eropa
    Menlu Indonesia Retno Marsudi dan perwakilan Uni Eropa

Perwakilan Tinggi Uni Eropa (EU) Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan (HRVP) sekaligus Wakil Presiden Komisi Eropa Josep Borrell menghargai cara Indonesia dalam mengelola kepemimpinannya di G20, di tengah situasi dunia yang sulit karena pandemi COVID-19 serta invasi Rusia ke Ukraina baru-baru ini.

“HRVP Borrel kembali menyampaikan dukungan kuat terhadap Presidensi Indonesia di G20,” kata Kementerian Luar Negeri RI dalam keterangan tertulisnya mengenai pertemuan Perwakilan EU dan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Nusa Dua, Bali, Rabu.

Dalam pembicaraan bilateral yang dilakukan di sela-sela Pertemuan Menlu G20 (G20 Foreign Ministers’ Meeting/FMM) itu, Menlu Retno dan HRVP Borrel membahas mengenai situasi di Ukraina, termasuk masalah rantai pasok pangan dan pupuk.

Dalam pernyataan terpisah yang dirilis Delegasi EU untuk Indonesia, disebutkan bahwa FMM G20 akan fokus pada kebutuhan untuk menegakkan dan menghidupkan kembali multilateralisme serta mengatasi tantangan ketahanan energi dan pangan yang mendesak, sebagai akibat dari agresi Rusia terhadap Ukraina.

Borrel akan menggunakan FMM G20 untuk menegaskan bahwa keadaan saat ini membutuhkan semakin ditingkatkannya multilateralisme dan solusi global.

“Uni Eropa mendukung mitranya untuk bekerja mencari solusi bersama dan mengatasi tantangan bersama-sama,“ kata Delegasi EU.

Di sela-sela FMM G20, Perwakilan Tinggi Borrell juga akan mengadakan pertemuan bilateral dengan para menlu dari berbagai benua untuk membahas isu-isu regional dan bilateral serta dampak global perang Rusia di Ukraina, khususnya terhadap keamanan pangan.

Sebagai platform multilateral strategis yang berperan mengamankan masa depan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi global, G20 memiliki 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, yaitu Indonesia, Rusia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Prancis, China, Turki, dan EU.

Meskipun FMM G20 tidak akan menghasilkan dokumen resmi atau komunike, pembahasan isu global oleh para menlu diharapkan dapat mendorong kerja sama yang lebih konkret di masa depan.

Pengamat: Pertemuan G20 jadi Kesempatan Rusia Sampaikan Pandangan

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah mengatakan Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 (G20 Foreign Ministers’ Meeting/FMM

) bisa menjadi kesempatan bagi Rusia untuk menyampaikan pandangan terkait konfliknya dengan Ukraina.

Rusia telah disorot karena invasinya ke Ukraina sejak Februari lalu memicu krisis pangan dan energi global, akibat terhambatnya ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina dan ekspor gas alam Rusia ke Eropa.

Dengan kehadiran Menlu Rusia Sergey Lavrov secara fisik untuk mengikuti FMM G20 di Bali pada 7-8 Juli 2022, Rezasyah memperkirakan Lavrov akan menggunakan momentum tersebut untuk menjelaskan kebijakan Moskow selanjutnya guna menjamin koridor pangan dan jalur energi.

“Rusia sudah punya formula untuk menyelesaikan isu pangan, justru (FMM) ini kesempatan bagi Rusia untuk menyampaikan kepada dunia bahwa Rusia adalah bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah,” kata Rezasyah ketika dihubungi ANTARA pada Kamis.

Menurut Rezasyah, G20 harus memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi Rusia untuk menyampaikan pandangannya mengingat Presiden Vladimir Putin juga telah menyampaikan bahwa Moskow akan mengistirahatkan tentaranya dari perang di Ukraina.

G20 juga disebutnya harus menggunakan pendekatan yang berbeda dengan G7, yang memilih memberlakukan tekanan melalui sanksi maupun larangan terhadap produk-produk Rusia.

Lewat FMM, kata Rezasyah, justru Rusia berkesempatan untuk berdialog dengan sejumlah negara G20 yang terdampak sektor energinya akibat terganggunya ekspor gas alam dari Moskow antara lain Jerman, Spanyol, dan Italia.

Dalam hal ini, Indonesia sebagai Presiden G20 tahun ini berperan besar untuk memfasilitasi komunikasi antara Rusia dengan negara-negara lain.

“Saya berharap (negara G20) tidak mengulangi pola-pola walk out seperti pertemuan sebelumnya, karena ini menyangkut kewibawaan Indonesia … apalagi mereka semua sudah diterima dengan baik oleh Indonesia sebagai negara yang tidak memihak,” kata Rezasyah.

Sebelumnya, Menlu Amerika Serikat Antony Blinken menyatakan akan mengajak negara-negara G20 untuk menekan Rusia agar mendukung upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membuka kembali jalur laut yang terblokir karena konflik Ukraina.

Blinken juga disebut akan mengulang peringatan terhadap China agar tidak membantu upaya Rusia berperang.

Kalangan analis memperkirakan pertemuan menteri G20 akan dipenuhi perdebatan.

Pasalnya, AS dan negara-negara sekutunya menyalahkan Moskow atas penurunan pangan secara global sejak Rusia mulai meluncurkan invasi pada 24 Februari ke Ukraina—negara utama pengekspor biji-bijian.

Sementara itu, Rusia, yang juga adalah pengekspor utama biji-bijian, menuding serentetan sanksi yang dipimpin AS sebagai biang keladi masalah tersebut. (Antaranews)

Tags