Antropolog Prancis Nilai Indonesia Bisa Berperan Penting di Arena Global
Antropolog asal Prancis, Jean Couteau mengatakan bahwa Indonesia dalam posisi ideal memainkan peran di tataran global di ajang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
“Posisi Indonesia sebagai pemegang tampuk presidensi G20 bisa memberikan manfaat dan poin lebih karena berhak menentukan tema dan agenda konferensi. Bersamaan dengan itu, Indonesia juga perlu menonjolkan kelebihan nilai-nilai yang dimiliki, terutama nilai yang terkandung di dalam dasar negara Pancasila,” katanya saat ditemui Tim Komunikasi dan Media G20, Bali, lewat keterangan resmi, Jakarta, Senin.
Beberapa indikator yang dimiliki Indonesia sehingga layak untuk memimpin, antara lain adalah pertumbuhan ekonomi yang signifikan, hampir tidak adanya kekerasan politik dibanding negara lain, hingga hubungan antar agama yang harmonis.
Menurut dia, sejumlah indikator tersebut bisa ditawarkan sebagai model ko-eksistensi (kehidupbersamaan) dalam tataran global. Pada praktiknya, di Indonesia lebih menonjolkan kebersamaan daripada perbedaan.
“Semuanya terkandung di Pancasila, rumus yang bersifat lintas bangsa,” ujar Couteau yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Dia menilai Indonesia sukses mencegah dan menangani kekerasan-kekerasan yang berbau identitas, terutama agama dan etnis. Upaya itu membuat Indonesia luput dari kristalisasi agama dan paham nasionalisme sempit yang menjadi akar konflik di berbagai negara.
“Politik dan nilai-nilai identitas di Indonesia bisa dibilang moderat. Cara mengelola kompleksitas keindonesiaan cukup baik dan berhasil,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Couteau mendorong pemerintah Indonesia untuk lebih berani memperlihatkan jati diri dan berperan di level global agar dunia bisa mengambil nilai-nilai baiknya. Apalagi, Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga dengan jumlah penduduk yang besar, juga punya keberagaman etnis.
Koordinator Staf Khusus Presiden (SKP) Ari Dwipayana mengatakan urgensi terhadap kebutuhan peran para pemimpin dunia dalam konstelasi global untuk menekan ego sehingga masalah resesi dunia dapat terselesaikan.
“Presidensi G20 menjadikan Indonesia terdepan untuk menyelesaikannya,” ucap Ari.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengajak para tokoh agama untuk meningkatkan kontribusi agama dalam menyelesaikan masalah-masalah dunia untuk mengurangi rivalitas dan menghentikan perang demi dunia yang damai.
“Yang juga sangat penting adalah tokoh agama dari berbagai agama harus bekerja sama untuk meningkatkan kontribusi agama dalam menyelesaikan masalah-masalah dunia, untuk mengurangi rivalitas dan menghentikan perang demi dunia yang damai,” kata Jokowi secara virtual dalam pembukaan G20 Religion Forum (R20), Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu.
Jokowi menjelaskan bahwa tokoh-tokoh agama dari agama yang berbeda telah menjadi bagian utama dari perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Tokoh-tokoh agama yang berbeda ini, tutur Jokowi, juga menjadi bagian utama untuk mempersatukan Indonesia pada 1945.
“Tokoh-tokoh agama yang berbeda juga menjadi penting untuk mempersatukan Indonesia, bahkan tokoh agama yang berbeda juga menjadi penting untuk menyukseskan program pembangunan pemerintah Indonesia,” kata Jokowi.
Ia menjadikan keberhasilan Indonesia dalam penanganan pandemi COVID-19 sebagai rujukan. Jokowi mengungkapkan bahwa berkat kontribusi dari tokoh-tokoh agama, seperti melalui masjid, gereja, pura, wihara, serta klenteng telah menjadi pusat literasi masyarakat di berbagai bidang.
Gotong royong lintas tokoh agama juga menjadi kebanggaan Indonesia.
"Kami dipersatukan oleh toleransi dan persatuan, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Unity in Diversity," ucapnya.
“Selamat mengikuti konferensi R20. Semoga berhasil membangun kesepahaman dan kesepakatan, serta menyepakati langkah-langkah konkret agar agama berkontribusi yang lebih besar terhadap peradaban dan untuk kemanusiaan, serta demi dunia yang lebih membahagiakan,” kata Jokowi.
Sebelumnya, Ketua Lembaga Komunikasi dan Informasi PBNU Ishaq Zubaedi Raqib menjelaskan bahwa pertemuan R20 memobilisasi para pemimpin dan pemuka agama di dunia untuk memastikan bahwa agama berfungsi sebagai solusi sejati dan dinamis, bukan sebagai sumber masalah pada abad ke-21.
Tujuan utama penyelenggaraan R20 adalah untuk mencegah isu identitas yang digunakan sebagai senjata, membatasi penyebaran kebencian kelompok, serta melindungi masyarakat dari kekerasan dan penderitaan akibat konflik.(PH)