Mar 11, 2024 21:15 Asia/Jakarta
  • Menhan RI Prabowo Subianto saat menerima kunjungan Dubes Iran, Mohammad Boroujerdi
    Menhan RI Prabowo Subianto saat menerima kunjungan Dubes Iran, Mohammad Boroujerdi

Statemen presiden terpilih Indonesia untuk mengembangkan hubungan dengan Republik islam Iran menggambarkan ufuk cerah bagi pengokohan hubungan kedua negara besar dan penting Islam ini.

Prabowo Subianto, menteri pertahanan saat ini dan presiden terpilih RI dalam pertemuannya dengan duta besar Republik Islam Iran seraya mengisyaratkan swasembada Iran dalam membangun peralatan teknologi pertahanan-militer serta kemampuan memproduksinya di dalam negeri, menuntut perluasa hubungan pertahanan-militer Jakarta-Tehran, dan memuji Republik Islam Iran sebagai neagra kuat dan berpengaruh di kawasan Asia Barat.

 

Faktanya adalah Iran dan Indonesia sebagai dua negara Islam dan pionir dalam pengembangan berbagai teknologi, telah berhasil mencapai tingkat pertumbuhan yang baik dalam beberapa tahun terakhir, sehingga mendapat perhatian dunia di pasar teknologi, termasuk di sektor pertahanan.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, dengan mengikuti kebijakan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, Indonesia tidak hanya berhasil menarik modal asing yang sesuai, namun juga telah mencapai banyak keberhasilan dalam memajukan program teknologi, oleh karena itu Indonesia menjadi salah satu negara terdepan di bidang perkembangan teknologi ekonomi dan pertahanan, serta ingin mengembangkan hubungan dengan Republik Islam Iran yang telah mencapai tingkat kemampuan optimalisasi teknologi dan peralatan.

Menhan RI Prabowo Subianto dan Dubes Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi

Pada saat yang sama, Republik Islam Iran, meskipun mendapat sanksi dari Barat, telah mencapai keberhasilan luar biasa di bidang teknologi, termasuk sektor pertahanan, dan kini dianggap sebagai salah satu kekuatan UAV terpenting di dunia. Oleh karena itu, sebagai dua negara Islam yang penting, Iran dan Indonesia dapat melakukan pertukaran yang baik di bidang tersebut.

 

Mohsen Roohi Sefat, pakar isu politik, mengatakan mengenai hal ini: “Presiden terpilih Republik Indonesia, karena beliau adalah menteri pertahanan pada kabinet saat ini, tentu saja kecenderungan dan pandangannya mengenai jenis hubungan antara Tehran dan Jakarta saat ini bersifat defensif dan militer, dan yang pasti dengan menetap di Istana Kepresidenan sebagai Presiden Republik Indonesia, ia akan memiliki pandangan yang lebih komprehensif tentang perkembangan hubungan dengan Republik Islam Iran.

 

Republik Islam Iran, sebagai anggota organisasi regional ECO yang berpengaruh, selalu memiliki hubungan yang berkembang dengan negara-negara anggota ASEAN, dan tentunya dengan kecenderungan presiden terpilih untuk mengembangkan hubungan ke tingkat kerja sama pertahanan, maka akan lebih banyak kapasitas yang bisa diberikan kepada Tehran dan Jakarta.

 

Sementara itu, Duta Besar Republik Islam Iran, dalam pertemuan dengan presiden terpilih Indonesia, menyinggung penandatanganan nota kesepahaman pengembangan kerja sama kedua negara pada November 2022, dan menekankan perlunya implementasi yang cepat. Mohammad Boroujerdi juga mengumumkan kesiapannya menerima mahasiswa perwira Indonesia di tingkat doktor Universitas Pertahanan Nasional Iran.

 

Merujuk pada penandatanganan sepuluh nota kerja sama dan perjanjian perdagangan preferensial antara kedua negara pada kunjungan Presiden Islam Iran ke Jakarta baru-baru ini, Boroujerdi menekankan perlunya mempercepat implementasi perjanjian tersebut pada masa kepemimpinan Prabowo Subianto. Iran telah mencapai kemajuan signifikan dalam bidang teknik, pertanian, teknologi digital, dan peralatan energi di bawah sanksi dan siap memperluas kerja sama dengan Indonesia di bidang-bidang tersebut.

 

Tidak ada keraguan bahwa jika hubungan antara negara-negara Islam berkembang hingga tingkat tertentu dan di semua sektor, maka kekuatan mereka untuk mempengaruhi isu-isu dan perkembangan internasional dan regional juga akan meningkat. Di antara permasalahan tersebut adalah perang rezim Zionis terhadap masyarakat tertindas di Gaza. Oleh karena itu, Iran dan Indonesia menganggap kondisi terkini di Jalur Gaza sebagai tantangan internasional yang paling penting, begitu pula dunia Islam, serta menekankan kesatuan negara-negara Islam dalam mendukung Palestina dan mengutuk kejahatan rezim Zionis yang tak terhitung jumlahnya. (MF)

 

 

Tags