Mengenang Mochtar Kusumaatmadja, Mantan Menteri Kehakiman dan Menlu RI
(last modified Mon, 07 Jun 2021 04:42:58 GMT )
Jun 07, 2021 11:42 Asia/Jakarta
  • Mantan Menteri Kehakiman dan Menteri Luar Negeri RI Mochtar Kusumaatmadja
    Mantan Menteri Kehakiman dan Menteri Luar Negeri RI Mochtar Kusumaatmadja

Mantan Menteri Kehakiman dan Menteri Luar Negeri era Kabinet Pembangunan Mochtar Kusumaatmadja wafat, Minggu (06/06/2021).

Akun Twitter resmi Kantor Staf Kepresidenan (KPS) mengucapkan belasungkawa dan turut berdukacita pria kelahiran 17 Februari 1928. Sebelumnya, wafat Mochatar dikabarkan sakit sejak 2015.

Mochar merupakan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Padjajaran (Unpad), Menteri Kehakiman Kabinet Pembangunan II Kabinet Pembangunan II (1973-1978) dan Menteri Luar Negeri Kabinet Pembangunan III dan IV (1978-1988).

Bagi generasi 80-an, nama Mochtar adalah salah satu yang dihafal luar kepala ketika bicara kabinet pemerintahan.

Mantan Menteri Kehakiman dan Menteri Luar Negeri RI Mochtar Kusumaatmadja

Jejak Mochtar sebagai Menteri Kehakiman

Empat tahun menjadi Menteri Kehakiman, ada sejumlah jejak signifikan Mochtar wariskan. Pertama, konsep soal Wawasan Nusantara.

Konsep Wawasan Nusantara digulirkan sejak Deklarasi Djuanda pada 3 Desember 1957. Mochtar sudah terlibat di sini.

Saat dilantik menjadi Menteri Kehakiman pada 1974, dia tengah berjibaku mempersiapkan delegasi Indonesia untuk Konferensi Hukum Laut di Caracas, Venezuela, pada Juni 1974.

Perjuangan Mochtar tentang konsep ini berlanjut berdekade-dekade kemudian. Upayanya membuahkan hasil berupa pengakuan internasional atas konsep tersebut pada 1982.

Wawasan Nusantara yang prinsipnya adalah konsep tentang negara kepulauan diakui internasional dalam Konferensi Hukum Laut pada 10 Desember 1982 di Montego Bay, Jamaika.

Jejak Mochtar sebagai Menteri Luar Negeri

Periode jabatan Mochtar sebagai Menteri Luar Negeri itu adalah kelindan dari Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berimbas ke hampir seluruh bagian Bumi.

Ini juga era puncak konflik Indocina, perseteruan berjilid-jilid di Timur Tengah, keriweuhan geopolitik buntut integrasi Timor Timur yang jadi bahan cek ombak menguji sikap Indonesia dari waktu ke waktu, serta pendewasaan ASEAN dan Gerakan Non-Blok.

Meski tak jadi nuansa terkuat untuk pos kementeriannya, periode jabatan Mochtar pun merupakan era surutnya era kejayaan minyak (oil boom) yang turut dinikmati Indonesia sejak 1970-an. Tantangan ekonomi jadi isu sensitif baru.

Capaian besar pertama Mochtar sebagai Menteri Luar Negeri tentu saja meloloskan konsep Wawasan Nusantara sebagai kesepakatan internasional pada 1982.

Indonesia kemudian meratifikasinya menjadi UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut.

Bila batas laut teritorial 12 mil dari titik terluar wilayah terluar masih menjadi bagian suatu negara relatif diterima, konsep yang ditawarkan Indonesia tentang nusantara alias negara kepulauan adalah hal baru di dunia internasional.

Dengan konsep ini, tak ada lagi area "bolong" di antara pulau-pulau karena jarak mereka melebihi ketentuan laut teritorial di suatu negara kepulauan seperti Indonesia.

Jejak Kebangsaan Mochtar Kusumaatmadja

Buku biografi "Rekam Jejak Kebangsaan Mochtar Kusumaatmadja" terbit Februari 2015 mengupas tentang kehidupan Mochtar Kusumaatmadja, yang belakangan lebih dikenal sebagai mantan Menteri Kehakiman dan Menteri Luar Negeri Indonesia pada era kepemimpinan Presiden Soeharto.

Kisah hidup Mochtar diceritakan sejak awal dari kehidupan kedua orang tuanya, pasangan Taslim Kusumaatmadja seorang apoteker ternama asal Sukapura, Jawa Barat, dengan Sulmini Soerawisastra, seorang guru yang berasal dari Cirebon hingga perjalanan karir sebagai ahli hukum dan dosen di Universitas Padjadjaran di Bandung yang kemudian menjadi menteri dan diplomat ulung.

Perjalanan panjang karir Mochtar itu disusun dalam buku setebal 496 halaman oleh Nina Pane, salah seorang penulis Indonesia dengan meracik hasil wawancara dari para saksi hidup dan keluarga maupun daftar pustaka yang banyak merekam jejak sang tokoh.

Dalam buku yang terbagi menjadi delapan bagian itu Mochtar disorot kiprahnya sebagai seorang yang "jenius" sejak muda, meraih gelar doktor pada usia muda (33 tahun), seorang konseptor, pemikir, bapak pendidikan dan hukum, teknokrat juga pejuang hingga seorang diplomat yang memajukan kebudayaan dan suka memasak.

Buku yang diterbitkan oleh penerbit Kompas, Februari 2015 dengan sampul lukisan diri sang tokoh karya Basuki Abdullah (1983), berisi banyak catatan sejarah yang bisa menjadi referensi bagi pembaca.

Dalam catatan Sekapur Sirih buku ini, Sarwono Kusumaatmadja, adik Mochtar yang kelak menyusul tiga kali menjadi menjadi menteri yaitu sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara pada Kabinet Pembangunan V, Menteri Lingkungan Hidup pada Kabinet Pembanguan VI dan sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Persatuan Nasional (1999-2001) mengatakan bahwa rencana menerbitkan biografi atau memoar ini sudah ada lebih dari 10 tahun lalu, namun belum segera terwujud karena sulit meyakinkan Mochtar yang menganggap  cerita seperti ini akan merupakan pembenaran semata-mata.

Pria yang lahir di Jakarta pada 17 April 1929 dan menikah dengan Siti Hadidjah ini memiliki putra-putri yaitu Emir Kusumaatmadja, Armida Alisyahbana yang juga pernah menjadi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas pada Kabinet Indonesia Bersatu II, serta putra bungsu Askari Kusumaatmadja.

Buku yang penuh informasi ini sayangnya tidak menyediakan halaman khusus berisi biografi singkat sosok Mochtar, meskipun secara melompat-lompat pembaca bisa mendapatkan informasi seutuhnya.