Iran Aktualita, 8 Januari 2022
Perkembangan di Republik Islam Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting masih seputar peringatan Haul Syahid Qasem Soleimani di Iran dan jasa pahlawan ini.
Selain itu, ada isu lainnya seperti Ini Syarat Iran untuk Akui Pemerintah Taliban di Afghanistan, Komandan AL-IRGC: Kekuatan Arogan Jegal Kemajuan Iran, Khatibzadeh: 6 Januari Memiliki Banyak Pelajaran bagi AS, Bagheri Kani: Korsel harus Bebaskan Aset Iran! Haul Sayidah Fatimah as, Rakyat Iran Tenggelam dalam Duka.
Kemenlu Iran: Pengusiran AS dari Kawasan Akibat Teror Letjen Soleimani
Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran mengumumkan, Pengusiran rezim AS dari kawasan merupakan tanggapan atas kebodohan musuh dalam meneror Letnan Jenderal Qassem Soleimani.
Kementerian Luar Negeri Iran pada peringatan kedua teror Letnan Jenderal Qassem Soleimani di akun Twitter berbahasa Inggris-nya menekankan, "Balas dendam keras sebagai bagian tak terelakkan dari kasus ini, sampai hari yang dijanjikan tetap menjadi opsi bangsa Iran."
Demikian dilaporkan Kantor Berita Mahasiswa Iran (ISNA) pada hari Kamis (06/01/2022),
Pada pagi hari tanggal 3 Januari 2020, Jenderal Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Islam, Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan pasukan al-Hashd al-Shabi, dan rombongan gugur syahid dalam serangan pesawat tak berawak AS.
Serangan itu dilakukan atas perintah langsung Presiden AS saat itu Donald Trump.
Menyusul aksi teroris Gedung Putih ini, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menargetkan pangkalan AS Ain al-Assad di provinsi Al-Anbar Irak dengan beberapa rudal balistik pada pagi hari Rabu, 8 Januari 2020.
Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) mengumumkan dalam beberapa tahap bahwa seratus sepuluh tentara Amerika yang hadir di pangkalan Ain al-Assad telah menderita cedera otak dan sedang dirawat.
Syahid Soleimani Lindungi Keamanan Pemeluk Agama dari Teroris
Para pemimpin agama yang berbeda menekankan peran Syahid Soleimani dalam menjaga keamanan di kawasan dan berusaha membela hak-hak pemeluk agama.
Mohammad Mehdi Ismaili, Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran dalam acara seminar "Syahid Soleimani: Pembela Kebebasan, Keamanan, dan Kehidupan Beragama yang Damai " yang berlangsung hari Senin (3/1/2022) mengatakan, "Kesyahidan Letjen Soleimani tidak hanya berkaitan dengan keamanan Iran, tetapi juga keamanan kawasan dan dunia,".
Selain tokoh budaya dan politik Republik Islam Iran, para pemimpin agama monoteistik dari Suriah, Lebanon, dan Irak menyampaikan pandangannya dalam konferensi tentang peran Syahid Solemani dalam membela hak-hak penganut agama dan memerangi ekstremisme di kawasan.
Mehdi Imanipour, Kepala Organisasi Budaya dan Komunikasi Islam Iran, menyebut Syahid Soleimani sebagai titik fokus perlawanan.
"Sekolah Haji Qasem akan selalu hidup. Haji Qasem tidak hanya milik Iran, tapi juga dunia," ujar Imanipour.
Letnan Jenderal Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds IRGC yang tiba di Baghdad pada 3 Januari 2020 atas undangan resmi pejabat Irak gugur bersama dengan Abu Mahdi al-Mohandes, Wakil Kepala Al Hashd Al Shaabi, dan delapan lainnya dalam serangan udara pasukan Amerika di dekat bandara Baghdad.
Raisi: Trump Harus Diadili !
Presiden Republik Islam Iran, Sayid Ebrahim Raisi mengatakan, "Donald Trump, presiden AS saat itu, sebagai aktor utama pembunuhan Syahid Qassem Soleimani harus diadili,".
Presiden Raisi dalam peringatan Haul kedua kesyahidan Haji Qassem Soleimani di Tehran hari Senin (3/1/2022) menyampaikan pesan kepada AS dengan mengatakan, "Anda [Amerika] mengira tanggal 3 Januari adalah hari berakhirnya Haji Qassem, tapi semua itu keliru. Sebab 3 Januari adalah hari lahirnya Haji Qassem kembali,".
Presiden Republik Islam Iran menambahkan, "Haji Qassem Soleimani adalah tamu resmi Perdana Menteri Irak dan Amerika melanggar kedaulatan Irak dengan membunuh pejabat tinggi negara lain di sana,".
"Jika mekanisme pengadilan yang adil terhadap Trump, Pompeo, dan penjahat lainnya diberikan, dan kejahatan mengerikan mereka dibawa ke pengadilan, maka hal ini sangat baik. Tapi jika tidak, jangan ragukan pembalasan dari bangsa ini," ujar Raisi.
Presiden Republik Islam Iran juga menyatakan bahwa Haji Qassem mengenali dan menggunakan kapasitasnya pada waktu yang tepat, dan mengubah Front Hizbullah Lebanon menjadi front perlawanan regional dan internasional.
"Haji Qassem menyadari potensi para pemuda dan mereka untuk menghadapi arus kekuatan arogan dengan keberanian, dan motivasinya yang tinggi," papar Presiden Iran.
Raisi menekankan bahwa Haji Qasim Soleimani adalah sebuah sekolah, dengan menegaskan, "Sekolah ini tidak akan bisa dihancurkan oleh teror dan misil, dan sekolah Haji Qassim akan tetap ada dan lestari,".
Iran Minta DK-PBB Bertindak atas Pembunuhan Syahid Soleimani
Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Takht-e Ravanchi mendesak Dewan Keamanan PBB agar meminta pertanggung jawaban dari Amerika Serikat dan Israel atas pembunuhan Letnan Jenderal Qasem Soleimani.
"Karena dampak tragis dari tindakan teroris ini terhadap perdamaian dan keamanan internasional, Dewan Keamanan harus memenuhi tanggung jawabnya dan meminta pertanggung jawaban dari AS dan rezim Zionis atas perencanaan, dukungan, dan pelaksanaan aksi teror ini," kata Takht-e Ravanchi dalam suratnya kepada Presiden Dewan Keamanan PBB.
Dia mencatat bahwa mantan kepala dinas intelijen militer Israel dalam sebuah wawancara mengakui keterlibatan rezim Zionis dalam pembunuhan terencana terhadap Syahid Soleimani, dan menyebutnya sebagai salah satu dari dua teror penting selama masa jabatannya.
"Tindakan kriminal yang salah secara internasional ini merupakan pelanggaran berat terhadap kewajiban AS di bawah hukum internasional, sehingga harus bertanggung jawab secara internasional," tegas Takht-e Ravanchi seperti dilansir kantor berita IRNA.
Diplomat Iran ini menggarisbawahi bahwa Syahid Soleimani memainkan peran penting dalam memerangi terorisme internasional. Oleh karena itu, ia berhak diberikan gelar Pahlawan Perang Melawan Terorisme dan Jenderal Perdamaian.
"Pembunuhan pengecut ini merupakan hadiah dan pengabdian besar kepada Daesh dan kelompok teroris lainnya di kawasan, mereka juga menyambut pembunuhan ini," tandasnya.
Letnan Jenderal Qasem Soleimani, Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan rekan-rekannya, dibunuh pada 3 Januari 2020 di dekat Bandara Internasional Baghdad atas perintah langsung Presiden AS Donald Trump.
Komandan Pasukan Quds: Peluang Pembalasan akan Muncul dari Dalam AS
Komandan Pasukan Quds, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC mengatakan, Amerika Serikat harus tahu jika di negara ini masih ada orang-orang berakal, maka menghukum sendiri pelaku teror bandara Baghdad, jauh lebih rendah biayanya, daripada jika putra-putra perlawanan yang harus menuntut balas.
Brigadir Jenderal Esmail Qaani, Jumat (7/1/2022) menuturkan, "Jika perlu, peluang pembalasan akan terbuka dari dalam rumah mereka sendiri. Kami Syiah dan kami bisa membalas."
Ia menambahkan, "Berkat bantuan Allah Swt, akar mereka akan tercerabut dari kawasan. Jika mereka punya akal seharusnya mereka sudah keluar dari kawasan, karena jika tidak maka mereka harus keluar dari kawasan lebih hina daripada keluar dari Afghanistan."
Birgjen Qaani menjelaskan, "Kami akan menanangi kejahatan ini dengan cara kami sendiri, dan gaya kami berbeda dengan musuh, jik perlu peluang pembalasan akan muncul dari dalam rumah mereka sendiri."
Kepada AS, Komandan Pasukan Quds menegaskan, "Kalian telah mengkhianati jalan kebenaran. Kalian menyerang nurani kemanusiaan yang sekarang berbalik menyerang kalian sendiri."
"Keluarga syuhada ingin agar para pelaku kejahatan yang mengkhianati garis perlawanan mendapatkan pembalasan, dan atas bantuan Allah Swt, kejahatan mereka akan dibalas," pungkasnya.
Ini Syarat Iran untuk Akui Pemerintah Taliban di Afghanistan
Duta Besar Iran untuk Afghanistan, Bahador Aminian mengatakan syarat Tehran mengakui pemerintah Taliban di Afghanistan terletak pada pembentukan pemerintahan yang inklusif.
“Pemerintah sementara Taliban saat ini tidak bersifat inklusif sehingga Iran tidak dapat mengakuinya,” ujarnya dalam wawancara dengan TOLO News Afghanistan seperti dikutip kantor berita Shafaqna, Senin (3/1/2022).
Aminian menekankan bahwa jika Taliban mengubah struktur pemerintahannya, Iran dapat mendorong pihak lain untuk mengakui kelompok tersebut.
Menurutnya, jika Iran mengakui pemerintahan baru di Afghanistan, Rusia, Cina, negara-negara Asia Tengah, dan beberapa negara Arab juga akan mengakui pemerintahan ini.
Aminian juga memperingatkan bahwa berlanjutnya krisis ekonomi di Afghanistan akan berdampak pada peningkatan kegiatan kelompok-kelompok teroris, khususnya Daesh.
Pada kesempatan itu, dia membantah laporan tentang perilaku buruk dan kekerasan terhadap pengungsi Afghanistan di Iran. “Saat ini, ada 4 juta pengungsi Afghanistan yang tinggal di Iran, dan pendidikan gratis juga disediakan untuk mereka,” tuturnya.
Komandan AL-IRGC: Kekuatan Arogan Jegal Kemajuan Iran
Komandan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam Iran menyatakan, kekuatan arogan global mengerahkan segenap kekuatannya untuk menjegal kemajuan Republik Islam.
Laksamana Alireza Tangsiri, Komandan Angkatan Laut IRGC dalam acara peringatan 52 syuhada angkatan laut IRGC di Mashhad hari Jumat (7/1/2022) mengatakan, "Alasan kegagalan musuh, karena kita mengikuti ajaran Islam,”.
"Front arogan dipermalukan, sehingga mereka membunuh para ilmuwan revolusioner Iran. Mereka mengira dengan cara ini mungkin dapat mencegah pertumbuhan dan keunggulan Revolusi Islam di dunia. Tapi mereka tidak akan mampu melakukannya," ujar Laksamana Tangsiri.
“Hari ini, dunia mengakui Iran Islam atas perlawanan yang dilancarkan terhadap front arogan dengan spirit yang tinggi, dan tidak penah mau tunduk pada penindas. Kita harus belajar dari perjuangan syuhada dan senantiasa bersyukur atas pengorbanan mereka," pungkasnya.
Abdollahian: Kami Minta Jaminan Ekspor Minyak dan Akses ke Hasilnya
Menteri Luar Negeri Iran mengatakan, jika pihak Barat memiliki niat baik dan tekad serius, maka sebuah kesepakatan yang baik bisa dicapai di Wina.
Hossein Amir Abdollahian, Kamis (6/1/2022) menyebut putaran ke-8 Perundingan Wina berada di jalur yang benar. Kepada stasiun televisi Al Jazeera, ia menuturkan, "Kami harus bisa mengekspor minyak, dan harus bisa mengakses pendapatan dari ekspor tersebut."
Ia menambahkan, "Kami menuntut pencabutan sanksi yang diterapkan Donald Trump, terutama sanksi-sanksi yang melanggar kesepakatan nuklir JCPOA, kami menuntut jaminan-jaminan baru yang mencakup dihindarinya sanksi baru atau penerapan kembali sanksi yang sudah dicabut."
Menurut Menlu Iran, pihaknya mendengar statemen-statemen yang baik dari delegasi Amerika Serikat, namun tidak menyaksikan langkah serius. Terkait ancaman rezim Zionis Israel, Abdollahian mengatakan itu bukan hal yang baru, dan Israel tidak pada posisi yang bisa membuktikan ancaman ini.
Sementara terkait Arab Saudi, Menlu Iran menegaskan, "Dialog kami dengan Arab Saudi positif dan konstruktif, kapan pun kami siap memulai kembali hubungan dengan Riyadh."
Khatibzadeh: 6 Januari Memiliki Banyak Pelajaran bagi AS
Pada peringatan serangan para pendukung Trump terhadap Kongres AS, juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran mengatakan bahwa peristiwa ini memiliki banyak pelajaran bagi Amerika Serikat.
Pada Kamis (06/01/2022), Saeed Khatibzadeh, Jubir Kemenlu Iran menulis di Twitter, "Pada 6 Januari, dunia menyaksikan sebagian dari apa yang Amerika Serikat coba ekspor ke negara lain selama beberapa dekade."
Demikian dilaporkan IRNA, Kamis (06/01/2022).
Jubir Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan bahwa Trump belum dimintai pertanggungjawaban atas perilaku ilegalnya di seluruh dunia.
Menurutnya, "Terjadinya kekacauan di Amerika Serikat dapat diprediksi."
"Ini adalah kebiasaan dunia, di mana engkau memberi dengan tangan manapun, engkau akan mengambil kembali dengan tangan itu," pungkasnya.
Pada 6 Januari 2021, ketika sidang Kongres sedang berlangsung untuk menetapkan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan umum presiden AS, sejumlah pendukung Trump menyerbu ke dalam gedung Kongres.
Serbuan itu mengikuti seruan Trump agar para pendukungnya berkumpul di depan Kongres AS.
Sedikitnya enam orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan itu.
Bagheri Kani: Korsel harus Bebaskan Aset Iran!
Wakil Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran untuk Urusan Politik Ali Bagheri Kani mengatakan, Korea Selatan berkewajiban untuk membebaskan aset-aset Iran dan membayar hutang-hutangnya.
"Pemerintah Korea Selatan berkewajiban untuk melepaskan aset dan uang Iran yang diblokir. Sanksi sepihak Amerika Serikat tidak bisa menjadi dalih untuk tidak membayar utang-utang Korea Selatan kepada Iran," kata Bagheri Kani selama pertemuan dengan Wakil Menlu Korsel Choi Jong Kun di Wina, Kamis (6/1/2022).
Dia menambahkan, penolakan ilegal dan tidak dapat dibenarkan oleh Korsel untuk membayar utangnya kepada Iran akan menjadi titik gelap dan noktah hitam dalam sejarah hubungan kedua negara, dan Seoul harus bertindak sesegera mungkin untuk membebaskan aset dan uang Iran.
Sementara itu, Wakil Menlu Korsel dalam pertemuan tersebut menyinggung pentingnya hubungan antara Seoul dan Tehran. Choi Jong Kun menggatakan bahwa pemerintah Seoul sedang berusaha untuk membayar utang-utangnya kepada Iran.
Pertemuan Wamenlu Korsel dengan mitranya dari Iran di Wina digelar atas permintaan delegasi Seoul dan dalam kerangka konsultasi bilateral biasa antara pejabat kedua negara.
Pembicaraan ini tidak ada hubungan langsung dengan perundingan antara Iran dan Kelompok 4+1 di Wina.
Haul Sayidah Fatimah as, Rakyat Iran Tenggelam dalam Duka
Hari ini, Kamis, 6 Januari 2022 bertepatan dengan tanggal 3 Jumadil ats-Tsani 1443 H adalah hari kesyahidan Sayidah Fatimah az-Zahra as, Putri Tercinta Rasulullah, Muhammad Saw, dan istri mulia Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib as.
Umat Islam di seluruh dunia, terutama di Republik Islam Iran tenggelam dalam duka. Mereka menghadiri acara-acara haul wanita termulia tersebut, yang diselenggarakan di masjid-masjid, huseiniyah dan berbagai tempat keagamaan.
Sayidah Fatimah az-Zahra sa gugur syahid pada tanggal 3 Jumadil Tsani 11 HQ dalam usia 18 tahun. Beliau lahir lima tahun setelah Nabi Muhammad Saw diangkat sebagai Rasul.
Setelah ibunda beliau, Sayidah Khadijah al-Kubra wafat, beliau menjadi pendamping setia Rasulullah Saw dalam penyebaran ajaran Islam sehingga dijuluki sebagai "Ummu Abiiha" atau ibu dari ayahnya.
Di bawah bimbingan Rasulullah Saw, Sayidah Fatimah mencapai keilmuan dan ketakwaan yang sangat tinggi. Beliau dikenal sebagai seorang perempuan yang tekun beribadah, penyabar, dan suka bersedekah.
Salah satu di antara wasiat Sayidah Fatimah as adalah orang yang beriman kepada Allah Swt dan Hari Kiamat harus bertutur kata yang baik atau diam, sebab Allah Swt menyukai orang-orang yang berbuat baik dan bertakwa dan membenci orang-orang yang buruk dalam bertutur kata.