Perundingan Wina Dimulai kembali; Apakah AS Siap Capai Kesepakatan ?
(last modified Tue, 08 Feb 2022 09:21:49 GMT )
Feb 08, 2022 16:21 Asia/Jakarta
  • Perundingan Wina (dok)
    Perundingan Wina (dok)

Putaran kedelapan perundingan di Wina untuk mencabut sanksi terhadap Iran setelah beberapa hari terhenti akan digelar kembali Selasa (8/2/2022).

Tim juru runding Iran dan Kelompok 4+1 (Rusia, Cina, Inggris, Prancis dan Jerman) serta Amerika Serikat yang kembali ke negara masing-masing sejak 29 Januari lalu, hari ini melanjutkan pembicaraan mereka di Wina terkait kemungkinan kembalinya AS ke JCPOA dan mekanisme jaminan implementasi penuh serta efektif kesepakatan oleh semua pihak.

Wakil Rusia di perundingan Wina, Mikhail Ulyanov membenarkan dimulainya putaran kedelapan perundingan Wina dan mengatakan, "Setelah terhenti sebentar, perundingan akan digelar hari Selasa; Perundingan sepertinya berada di fase final di mana dibutuhkan tekad dan upaya penuh energi seluruh pihak untuk meraih kesepakatan dan mencabut sanksi."

Mikhail Ulyanov

Menjelang dimulainya kembali perundingan, Kementerian Luar Negeri AS hari Jumat (4/2/2022) mengonfirmasi pengecualian sejumlah sanksi di sektor teknis nuklir dan media Barat juga berusaha membesar-besarkan pengecualian ini serta menyebutnya sebagai niat baik Amerika di perundingan yang tengah berlangsung, tapi langkah Washington ini tidak memiliki efek dan konsesi ekonomi bagi Iran dan ini tidak dapat disebut sebagai niat baik serta keseriusan Washington. Faktanya pengecualian sanksi ini diterapkan di sektor yang dikhawatirkan oleh Amerika dan pihak Eropa di JCPOA, dan tuntutan utama Iran tidak dipenuhi termasuk kepentingan ekonomi  sejati, efektif dan dapat diverifikasi.

Abolfazl Zohrevand, mantan diplomat Iran dan pakar politik, menilai langkah Amerika ini dimaksudkan untuk menekan tim juru runding Iran dan mengatakan, tindakan ini sebuah penipuan dan semacam "operasi psikologis" Amerika berniat kembali ke JCPOA dengan biaya sekecil mungkin.

Wajar bahwa Republik Islam Iran siap berunding dengan maksud mencabut sanksi zalim dan ilegal Amerika, dan tanpa pencabutan efektif sanksi serta mendapat jaminan yang diperlukan yang menjamin kepentingan Iran secara nyata, maka kesepakatan baru tidak akan tercapai.

Oleh karena itu, prinsip kebijakan tim perunding Republik Islam Iran sejak awal adalah kriteria negosiasi harus kepentingan, prinsip dan agenda kerja negosiasi, dan waktu untuk mencapai kesepakatan tergantung pada ketentuan prinsip-prinsip ini. Perundingan Wina juga mengalami kemajuan berkat inisiatif dan keseriusan tim juru rundingan Iran, dan kini kedua pihak mampu meraih kemajuan berarti baik di bidang penyusunan teks dan juga terkait mendekatkan pandangan masing-masing terkait isu utama.

Dengan demikian, kerangka dan gambaran dari kesepakatan akhir sekarang menjadi jelas, dan hasil negosiasi tergantung pada kesiapan dan kemauan politik pihak lain, dan khususnya Amerika Serikat, karena isu-isu penting tetap menjadi agenda di mana tanpa keputusan politik di Washington sulit dibayangkan peluang untuk membukanya.

Jika di Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir, ketika delegasi negosiasi kembali ke ibu kota untuk konsultasi dan instruksi, keputusan yang diperlukan dibuat untuk secara efektif mencabut sanksi dan mengabaikan tuntutan yang tidak realistis mengenai pencapaian ilmiah Iran di bidang senjata nuklir, maka saat itu ada harapan untuk meraih kesepakatan final dalam waktu singkat.

Ali Shamkhani

Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, Ali Shamkhani saat menyinggung isu ini menekankan, "Meski ada kemajuan terbatas di perundingan Wina, tapi sampai saat ini, kita masih ada jarak terbentuknya keseimbangan yang diperlukan di komitmen kedua pihak. Keputusan politik di Washington mengharuskan dibentuknya keseimbangan di komitmen untuk meraih sebuah kesepakatan yang baik." (MF)