Prospek Negosiasi Wina setelah Kunjungan Grossi ke Tehran
Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi setelah kembali dari Tehran mengatakan negosiasi dirinya di Tehran berjalan baik.
Rafael Grossi Sabtu (5/3/2022) di Tehran bertemu dengan Ketua Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) Mohammad Eslami dan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian.
Kunjungan ini dilakukan ketika negosiasi pencabutan sanksi di Wina antara Iran dan Kelompok 4+1 (Rusia, Cina, Inggris, Prancis dan Jerman) masih berlanjut. Isu-isu safeguard dan penyelesaian isu yang tersisa antara Iran dan IAEA dalam koridor JCPOA termasuk isu terakhir yang berusaha diselesaikan kedua pihak.
Mohammad Eslami di pertemuan ini mengatakan, "Kami meninjau masalah safeguard yang telah dibicarakan selama bertahun-tahun lalu dan sampai pada kesimpulan bahwa dengan pertukaran dokumen yang berkaitan dengan berkas Iran di IAEA, kami akan menyelesaikan kasus ini hingga Mei 2022, dan dengan menyelesaikan perundingan Wina seperti yang ditentukan di JCPOA tahun 2015 akan diratifikasi; Yang terpenting bagi kami adalah masalah ini harus diselesaikan melalui proses alami dan tidak boleh ada unsur politik yang akan mempengaruhinya."
Badan Energi Atom Internasional, di bawah tekanan dari Barat dan rezim Zionis, telah membuat klaim tentang kegiatan nuklir yang tidak diumumkan di Iran, yang tentu saja tidak sesuai dengan catatan kerja sama antara Iran dan IAEA, karena proses interaksi Iran dan IAEA senantiasa positif dan Tehran juga selalu menekankan bahwa kerja sama ini tidak boleh dipengaruhi tekanan politik.
Sejumlah pihak seperti rezim Zionis melakukan banyak upaya untuk mengganggu kinerja IAEA dan melalui tekanan politik, mencegah terlaksananya peran konstruktif lembaga teknis ini. Kamis 4 Maret, Kantor Perdana Menteri Israel di statemennya menyatakan, Perdana Menteri Naftali Bennett berbicara dengan Rafael Grossi terkait kunjungan dirjen IAEA ini ke Tehran. Israel dan Amerika sejak awal mulai melontarkan isu safeguard dan menebar agitas terkait masalah ini untuk merusak JCPOA dan menghapus legalistas program nuklir damai Iran, dan keduanya berusaha meningkatkan represi terhadap Iran.
Oleh karena itu, Menlu Iran Amir-Abdollahian hari Sabtu 5 Maret 2022 di pertemuannya dengan Grossi seraya mengisyaratkan peran rezim Zionis dalam mengobarkan friksi dan krisis, meminta dirjen IAEA memperhatikan segala bentuk penyalahgunaan rezim ini atas mekanisme lembaga yang dipimpinnya.
Sementara itu, tim perunding Iran yang dipimpin oleh Ali Bagheri Kani secara serius menyatakan sikapnya terhadap isu-isu yang tersisa seputar pencabutan sanksi, verifikasi, penjaminan, dan isu nuklir kepada pihak seberang dan menekankan keharusan untuk mencapai kesepakatan final adalah menjaga penuh garis merah Iran.
Oleh karena itu, saat ini kesepakatan final masih menunggu pengambilan keputusan politik pihak Barat termasuk Amerika Serikat. Sementara kesepakatan final Iran dan IAEA telah membuka peluang peta jalan untuk menyelesaikan friksi yang ada antara kedua pihak, di mana hal ini juga akan melapangkan jalan untuk meraih kesepakatan di Wina. (MF)