Iran Aktualita, 28 Mei 2022
-
Rahbar, Ayatullah Khamenei
Perkembangan di Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti, Rahbar: Tetap Revolusioner Lebih Sulit daripada Jadi Revolusioner.
Selain itu masih ada isu lain seperti hasil pertemuan Rahbar dengan panitia Kongres Syuhada 4000 ulama, kunjungan Presiden Raisi ke Oman, Kolonel Khodai Diteror, Gharibabadi: Rezim Zionis Harus Tanggung Jawab, Komandan IRGC: Teror Sayyad Khodai akan Dibalas Tegas, Einollahi: Sanksi AS Gagal Jegal Kesuksesan Iran Kendalikan COVID-19, Iran Peringatkan Yunani Tak Serahkan Muatan Tankernya ke AS.
Rahbar: Tetap Revolusioner Lebih Sulit daripada Jadi Revolusioner
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan anggota Majelis Syura Islam Iran (parlemen) mengatakan, tetap revolusioner lebih sulit ketimbang menjadi revolusioner.

Rahbar, Rabu (25/5/2022) dalam kesempatan itu menyebut perebutan kembali kota Khorramshahr sebagai simbol perubahan dari sebuah konstelasi pahit ke sebuah konstelasi manis, serta terwujudnya upaya penyelamatan nasional.
Dengan menyinggung faktor-faktor perubahan konstelasi ini, Ayatullah Khamenei menjelaskan, "Cara untuk keluar dari kondisi sulit, rumit, dan pahit, serta sampai pada kemenangan dan kesuksesan adalah dengan jihad, tekad kokoh, inisiatif, pengorbanan, visi jangka panjang, dan lebih utama dari semua adalah ikhlas dan tawakal kepada Allah Swt."
Rahbar menyebut Majelis Syura Islam sebagai pilar utama pemerintahan negara dan menuturkan, "Pengenalan yang benar tentang kemampuan dan kerentanan merupakan salah satu masalah yang sangat urgen, pasalnya musuh lebih memperhatikan kesalahan-kesalahan kita daripada berharap pada kemampuan-kemampuannya sendiri."
Sehubungan dengan luas wilayah, populasi penduduk, letak geografis, sejarah dan iklim beragam Iran, Ayatullah Khamenei menerangkan, "Pengelolaan negara dengan posisi Iran, adalah pekerjaan yang penting, dan dengan memperhatikan kondisi khusus saat ini di dunia, dapat dipastikan akan sulit dan rumit."
Rahbar menambahkan, "Tentu saja dengan kondisi yang berlaku sekarang ini di dunia, pengelolaan dan pemerintahan bagi semua negara telah menjadi lebih sulit."
"Persaingan penuh permusuhan kekuatan-kekuatan dunia, dan saling ancam di antaranya kekuatan nuklir, manuver dan ancaman militer yang terus meningkat, serta perang di dekat Eropa, sebagai salah satu wilayah paling berisiko perang di dunia, menyebarnya wabah dan ancaman kelangkaan pangan di level global, semuanya merupakan faktor-faktor yang menyebabkan kondisi duni saat ini menjadi spesial, dan dalam kondisi semacam ini pengelolaan negara menjadi lebih sulit dan rumit," paparnya.
Ayatullah Khamenei melanjutkan, "Iran selain merasakan kondisi sulit yang dirasakan di seluruh dunia, karena ia juga mengajukan sebuah model baru yaitu demokrasi relijius, dan karena telah menyebabkan kekacauan pada tata kelola sistem hegemonik, maka ia terus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan dunia."
Rahbar menegaskan bahwa Republik Islam Iran selalu berdiri melawan seluruh permusuhan dan musuh, dan sedang mengalami kemajuan serta kesuksesan.
"Para anggota Majelis Syura Islam Iran, pemerintah, Lembaga Kehakiman, dan instansi-instansi lain, semuanya harus tahu bahwa mereka terlibat dalam sebuah pemerintahan besar dan penting, dan sesuai dengan posisi ini, mereka harus lebih meningkatkan kehati-hatian atas dirinya," pungkas Rahbar.
Rahbar: Jihad dan Kesyahidan, Budaya yang Berakar di Hauzah
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan panitia peringatan 4.000 syuhada ulama, menyebut jihad dan kesyahidan sebagai budaya yang mengakar di Hauzah ilmiah.
Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan anggota panitia peringatan 4.000 syahid ulama, yang diadakan pada 13 Januari 2020, hari Rabu (25/5/2022) mengatakan, "Penghormatan terhadap ulama dan agamawan pejuang sebagai langkah yang layak dilakukan,".
"Selama periode pertahanan suci, selain menjalankan tanggungjawabnya dalam berdakwah, para santri muda memasuki garis depan medan perang dan banyak dari mereka syahid," ujar Rahbar.
"Syuhada ulama dan agamawan adalah orang-orang yang memasuki arena dengan segenap jiwanya untuk menebar kebaikan, dan hari ini kita perlu memperkuat semangat ini di kalangan para ulama dan cendekiawan muda," tegasnya.
Ayatullah Khamenei menyebut Imam Khomeini sebagai model ilmuwan ulama dan mujahid, dengan menunjukkan bahwa beliau adalah seorang ulama mujahid yang memasuki medan jihad sekaligus ilmu, dan tidak mempertentangkan ilmu, penelitian dan pengajaran.
Rahbar juga menyebutkan jenis-jenis jihad, termasuk jihad ilmiah, militer, politik dan sosial, serta menambahkan bahwa di setiap bidang jihad yang menjadi prioritas dan kebutuhan negara, maka pihak pertama yang harus melakukannya dengan penuh tanggung jawab adalah para santri dan ulama muda.
Pemimpin Besar Revolusi islam Iran juga mengingatkan para anggota Kongres syuhada ulama untuk memperbanyak dan mempromosikan nama, gambar, wasiat dan biografi ulama yang syahid beserta pemikiran dan budaya agar setiap orang dapat mengambil manfaat dari pengorbanan mereka.
Raisi: Hubungan Baik Iran-Oman akan Tingkatkan Kerja Sama Regional
Presiden Iran, Sayid Ebrahim Raisi menyatakan bahw hubungan baik yang terjalin antara Iran dan Oman akan meningkatkan kerja sama regional.
Presiden Iran, Ayatullah Sayid Ebrahim Raisi, yang telah melakukan perjalanan ke Oman pada Senin pagi atas undangan resmi Sultan Oman, Selasa pagi kembali ke Iran dan tiba di Bandara Mehrabad.

Sayid Raisi, setelah kembali dari kunjungan resmi ke Oman, hari Selasa (24/5/2022) mengatakan, "Pertemuan Senin dengan pejabat tinggi Oman menekankan urgensi masalah kerja sama internasional antara kedua negara dan posisi bersama kedua negara dalam banyak masalah konsisten.”
"Dalam pertemuan dengan para pegiat ekonomi dan perdagangan kedua negara dibahas berbagai permasalahan di bidang perdagangan, pengiriman uang, keuangan, perbankan dan masalah kepabeanan dengan kehadiran pejabat terkait kedua pihak. Oman berkomitmen untuk mengatasi hambatan guna membuka jalan bagi peningkatan hubungan perdagangan dan ekonomi," ujar Raisi.
Sayid Raisi yang memimpin delegasi tingkat tinggi Republik Islam Iran tiba di Muscat (Muskat), ibu kota Oman pada hari Senin. Kunjungan ini dilakukan atas undangan resmi dari Sultan Oman Haitham bin Thariq bin Taimur Al Bu Sa'id.
Selama kunjungan tersebut, ditandatangani 12 dokumen kerja sama antara Iran dan Oman di bidang politik, transportasi, ekonomi, dan pariwisata yang berbeda.
Dokumen tersebut ditandatangani oleh Menteri Perindustrian, Pertambangan dan Perdagangan Iran, Urusan Luar Negeri, Pembangunan Jalan dan Perkotaan, dan Kepala Organisasi Promosi Perdagangan dengan mitra-mitra mereka di Oman.
Kolonel Khodai Diteror, Gharibabadi: Rezim Zionis Harus Tanggung Jawab
Deputi Ketua Mahkamah Agung yang juga Sekretaris Dewan Tinggi Hak Asasi Manusia Iran mengatakan, Rezim Zionis harus bertanggung jawab atas aksi terornya terhadap Syahid Sayyad Khodai.
Kazem Gharibabadi, Senin (23/5/2022) di akun Twitternya menulis, "Republik Islam Iran tetap menjadi korban utama terorisme."
Sekretaris Dewan Tinggi HAM Iran menambahkan, "Sungguh disayangkan mereka yang mengaku memerangi terorisme, lebih memilih untuk menutup mata dan telinga atas teror-teror ini, atau secara langsung dan tidak langsung mendukung para teroris."
Kazem Gharibabadi menegaskan bahwa Rezim Zionis Israel harus bertanggung jawab atas aksi-aksi terornya.
Musuh Republik Islam Iran, hari Minggu kemarin kembali menunjukkan substansi kejahatan mereka dengan meneror Kolonel Hassan Sayyad Khodai, anggota IRGC dan pejuang pembela tempat-tempat suci Islam.
Komandan IRGC: Teror Sayyad Khodai akan Dibalas Tegas
Komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC mengatakan, darah Syahid Sayyad Khodai tidak akan tumpah sia-sia. Menurutnya, setiap aksi yang dilakukan musuh akan mendapatkan balasan tegas.

Mayor Jenderal Hossein Salami, Selasa (24/5/2022) dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Masirah menuturkan, "Darah Syahid Sayyad Khodai tidak akan tumpah sia-sia, dan teror terhadap pembela tempat-tempat suci Islam ini tidak akan dibiarkan tanpa balasan."
Komandan IRGC menambahkan, "Republik Islam Iran tidak akan pernah membiarkan musuhnya lepas begitu saja, dan akan selalu mengawasinya."
Menurut Mayjen Hossein Salami, setiap aksi yang dilakukan musuh pasti akan mendapatkan balasan tegas, dan perimbangan kekuatan Iran dengan musuh akan tetap, bahkan lebih kuat dan intensif.
Acara mengantar jenazah Syahid Hassan Sayyad Khodai digelar hari ini dengan dihadiri sejumlah banyak warga Iran, dimulai dari Bundaran Imam Hussein, Tehran.
Einollahi: Sanksi AS Gagal Jegal Kesuksesan Iran Kendalikan COVID-19
Menteri Kesehatan, Pengobatan dan Pendidikan Kedokteran Iran di sela pertemuan dengan Dirjen Badan Kesehatan Dunia, WHO di Swiss mengatakan, sanksi-sanksi Amerika Serikat gagal menjegal kesuksesan Iran dalam mengendalikan Corona.
Bahram Einollahi, Selasa (14/5/2022) melakukan pertemuan dengan Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus di sela pertemuan Dewan Kesehatan Dunia ke-75 di Jenewa, Swiss.
Dalam pertemuan itu, Menkes Iran mengucapkan selamat kepada Tedros Adhanom karena kembali terpilih sebagai Dirjen WHO, dan menjelaskan keberhasilan Iran dalam menangani wabah virus Corona, dan vaksinasi luas di negara ini.
Einollahi menambahkan, dengan dukungan rakyat, dan kerja keras tenaga kesehatan, penyakit Corona di Iran, terkontrol dan terkendali, dan sejak lebih dari dua minggu yang lalu angka kematian harian akibat Corona di Iran, satu digit.

Menkes Iran menerangkan, sanksi-sanksi pengecut AS, dan imperialis dunia terhadap Iran, tidak mampu menjegal keberhasilan negara ini dalam mengendalikan Corona, karena rakyat terjun membantu para tenaga kesehatan.
Iran Peringatkan Yunani Tak Serahkan Muatan Tankernya ke AS
Salah satu pejabat Iran memperingatkan pemerintah Yunani untuk tidak menyerahkan minyak yang dibawa tanker Iran, kepada Amerika Serikat.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Jazeera, Kamis (26/5/2022), pejabat Iran itu memperingatkan penyitaan kapal tanker Iran oleh pemerintah Yunani.
Ia menuturkan, "Kapal yang disita oleh Yunani, adalah kapal tanker bermuatan legal minyak Iran. Athena bermaksud menyerahkan minyak Iran ke AS. Hal ini tertolak, dan akan membawa sejumlah dampak."
Pejabat Iran itu menambahkan, "Langkah yang diambil Yunani adalah perompakan terhadap sebuah neagra, melanggar hukum internasional dan kapal tanker Iran harus segera dibebaskan."
Organisasi Pelabuhan dan Pelayaran Republik Islam Iran, Rabu mengumumkan, "Sebuah kapal berbendera Iran disita pemerintah Yunani di pesisir pantai negara itu, dan Yunani menyita muatan kapal berdasarkan hukum pengadilan serta kerja sama pemerintah AS, padahal kapal ini berlindung di pesisir pantai negara itu untuk menyelamatkan awaknya, namun sungguh disesalkan tidak ada kerja sama atau bantuan yang diberikan ke kapal itu, aparat keamanan Yunani malah membongkar muatan isi kapal, dan ini adalah bukti perompakan laut."