Tembak Pesawat Penumpang Iran, Kejahatan AS yang Tak Termaafkan
(last modified Mon, 04 Jul 2022 03:41:44 GMT )
Jul 04, 2022 10:41 Asia/Jakarta

Tanggal 12 Tir 1401 HS yang bertepatan dengan tanggal 3 Juli 2022 adalah peringatan serangan rudal kapal Amerika USS Vincennes terhadap pesawat penumpang Airbus Iran yang terbang dari Bandar Abbas menuju Dubai.

Tiga puluh empat tahun yang lalu pada hari ini, 3 Juli 1988, semua penumpang yang berjumlah 290 orang, termasuk 66 anak-anak dan 53 wanita, tewas akibat penembakan rudal kapal perang USS Vincennes ke pesawat penumpang Iran.

Dari jumlah tersebut, 254 adalah warga Iran, tiga belas warga negara Uni Emirat Arab, sepuluh warga India, enam warga Pakistan, dan enam warga Yugoslavia, serta satu warga Italia.

Pesawat penumpang Iran ditembak kapal perang AS

Setelah pesawat ini ditembak jatuh, pihak berwenang Amerika memberikan alasan yang saling bertentangan untuk membenarkan kejahatan yang tidak dapat dimaafkan ini dan mencoba untuk berpura-pura kalau tindakan permusuhan ini adalah kesalahan.

Namun karena fakta bahwa kapal perang USS Vincennes dilengkapi dengan sistem radar paling canggih dan juga, mengetahui jenis pesawat dalam penerbangan, diterima bahwa tidak ada kemungkinan kesalahan dan tindakan ini benar-benar bermusuhan.

Pihak Amerika tidak memberikan alasan yang sah atas penembakan tersebut. Awalnya mereka menyebutnya pesawat militer, kemudian mereka berpura-pura pesawat itu berada di luar koridor udara.

Setelah jalur legal pesawat tersebut diakui oleh International Civil Aviation Organization (ICAO) dan Asosiasi Transportasi Udara Internasiona (IATA), Amerika mengklaim bahwa mereka mengira pesawat ini adalah pesawat tempur F14.

Menariknya, komandan Vincennes kemudian dianugerahi medali keberanian.

Sejatinya, ada daftar panjang pelanggaran hak asasi manusia oleh Amerika Serikat, dan dukungan langsung dan tidak langsung AS kepada para pelanggar hak asasi manusia dan rezim pembunuh anak, termasuk rezim Zionis, adalah fakta yang tidak bisa disembunyikan dari opini publik dunia.

Selain Dewan Keamanan PBB dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), Republik Islam Iran juga telah mengajukan pengaduannya di Mahkamah Internasional di Den Haag.

Namun di bawah pengaruh tekanan politik Amerika, ICAO, bukannya melakukan investigasi teknis dan memberikan jalan kepada Dewan Keamanan, hanya menyatakan penyesalan dan belasungkawa kepada keluarga para korban.

Tanggal 12 Tir 1401 HS yang bertepatan dengan tanggal 3 Juli 2022 adalah peringatan serangan rudal kapal Amerika USS Vincennes terhadap pesawat penumpang Airbus Iran yang terbang dari Bandar Abbas menuju Dubai.

Dalam menjelaskan mengapa Amerika melakukan kejahatan ini dan menembak jatuh pesawat penumpang, perlu disebutkan masalah perang yang dilakukan oleh rezim Saddam terhadap Iran, yang dilakukan dengan dukungan langsung Amerika Serikat.

Pada dasarnya, kondisi dan proses perang yang dipaksakan terhadap Iran tidak menguntungkan para pejabat Amerika. Dengan kata lain, otoritas AS pada awalnya berpikir bahwa mereka akan mencapai tujuan mereka dalam waktu singkat.

Namun perlawanan Republik Islam Iran dan banyak kemenangan pejuang Iran di medan perang menghalangi terpenuhinya keinginan para pejabat Amerika dalam perang ini.

George Shultz, Menteri Luar Negeri Pemerintahan Reagan pada tahun 1986, mengatakan dalam sebuah pidato di pertemuan orang-orang Zionis-Amerika, "Bahaya di Teluk Persia adalah bahaya nyata. Jika Khomeinisme maju di kawasan itu, kepentingan strategis Amerika Serikat akan dirugikan, dan jelas, kepentingan Israel juga akan dirugikan."

Berdasarkan hal tersebut, kapal perang USS Vincennes di bawah komando Laksamana William Rogers meninggalkan pelabuhan San Diego untuk mengawal kapal tanker Irak ke perairan Teluk Persia, dan akhirnya pada tanggal 3 Juli 1988 melakukan kejahatan besar membunuh 290 warga sipil di pesawat komersial.

Kejahatan ini terjadi dengan tujuan untuk membuat Teluk Persia tidak aman, untuk melemahkan kekuatan ekonomi yang terutama bergantung pada minyak Iran, dan juga untuk memperkuat rezim Saddam dalam perang yang dipaksakan terhadap Iran.

Teluk Persia

Jelas bahwa penembakan pesawat penumpang di Teluk Persia dan kesyahidan penumpang sipilnya oleh armada Amerika adalah salah satu tragedi yang tak termaafkan dalam sejarah dan rasa malu abadi bagi para penuntut hak asasi manusia serta luka yang dalam di hati orang-orang penuntut kebebasan di dunia.

Kejahatan ini membuktikan bahwa Amerika Serikat, yang mengklaim hak asasi manusia dan memerangi terorisme di dunia, adalah salah satu pelanggar hak asasi manusia terbesar dan salah satu pendukung utama terorisme.(sl)