Raisi: Kami Bertekad untuk Membela Hak Rakyat Iran dengan Tegas
Presiden Republik Islam Iran Ayatullah Sayid Ebrahim Raisi menyatakan bahwa adalah tanggung jawab Amerika Serikat untuk membuat keputusan akhir untuk mencapai kesepakatan nuklir, seraya menekankan, Kami bertekad untuk dengan tegas membela hak-hak Iran dan rakyatnya.
Dalam perundingan babak baru di Wina yang berpusat pada pencabutan sanksi terhadap Iran yang dilaksanakan pada tanggal 4 hingga 8 Agustus 2022, beberapa usulan diajukan oleh Enrique Mora, koordinator Uni Eropa.
Pada tanggal 15 Agustus, Republik Islam Iran mempresentasikan jawaban tertulisnya terhadap teks yang diusulkan oleh Eropa, di mana jalan untuk melanjutkan implementasi penuh JCPOA dijelaskan dan diumumkan bahwa jika tanggapan Amerika realistis dan fleksibel, kesepakatan akan tercapai.
Pada 24 Agustus, Amerika Serikat menyampaikan pendapatnya kepada Uni Eropa.
Pada tanggal 2 September, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani mengkonfirmasikan bahwa Iran telah mengirim pendapatnya terkait tanggapan AS terhadap teks rancangan perjanjian tentang kemungkinan pencabutan sanksi dan mengatakan, teks yang dikirim memiliki pendekatan konstruktif dengan tujuan untuk menyelesaikan negosiasi.
Beberapa jam setelah pengiriman jawaban Iran ke Enrique Mora, Vedant Patel, Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, mencoba melempar bola ke tanah Iran, dan mengklaim bahwa tanggapan Tehran tidak konstruktif.
Mikhail Ulyanov, Wakil Rusia di organisasi internasional dalam menanggapi alasan Amerika, menulis di akun Twitter-nya, Pada kenyataannya, tidak ada tanggapan Iran yang dapat menjadi hambatan serius untuk mencapai kesepakatan dan mencapai hasil dalam Negosiasi Wina bergantung secara eksklusif pada kemauan politik negara-negara peserta.
Menurut laporan IRNA, dalam wawancara dengan televisi Qatar Aljazeera pada Kamis (15/09/2022) malam, Ayatullah Raisi menambahkan, Pencabutan sanksi terhadap Iran harus disertai dengan mendapatkan jaminan, dan masalah Safeguard harus diselesaikan untuk memajukan negosiasi nuklir.
Presiden Raisi mengatakan, Sebelum Barat meminta kita untuk menghentikan kegiatan nuklir, mereka harus bertanya kepada rezim Zionis, yang memiliki senjata pemusnah massal.
"Tidak ada gunanya bernegosiasi langsung dengan AS mengenai perjanjian nuklir, dan AS harus mengambil langkah-langkah membangun kepercayaan dengan pihak Iran," ungkap Presiden Raisi seraya menekankan bahwa kami bertekad untuk dengan tegas membela hak-hak Iran dan rakyatnya.
Lebih lanjut Presiden Iran mengatakan tentang sanksi baru yang dijatuhkan Amerika terhadap Iran, Jika Washington menginginkan kesepakatan, mengapa menjatuhkan sanksi baru selama negosiasi nuklir?
Sekaitan dengan keberlanjutan pembicaraan Tehran-Riyadh, Ayatullah Raisi mengatakan, Pembiucaraan dengan Arab Saudi sedang berlangsung dan kami telah mengadakan lima putaran pembicaraan dan akan terus melakukannya.
Presiden Iran juga mengomentari tentang kehadiran pasukan asing di kawasan, Jika pasukan asing tidak ikut campur, masalah di kawasan bisa diselesaikan.
Adapun mengenai perkembangan Irak, menurut Ayatullah Raisi, Kami senang melihat pemerintah yang kuat di Irak dan Irak seharusnya tidak lagi mengizinkan kehadiran Amerika.
"Negara-negara Eropa menghubungi kami tentang krisis Irak, dan kami memberi tahu mereka bahwa itu tentang Irak," jelasnya.
"Untuk mencapai gencatan senjata permanen dan negosiasi lanjutan, blokade Yaman harus dicabut," pungkas Raisi menjawab pertanyaan soal perkembangan Yaman.(sl)