Latihan Militer AD IRGC di Wilayah Aras (2)
Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami dan sejumlah komandan senior IRGC (Pasdaran) menghadiri acara dimulainya latihan militer besar-besaran di perbatasan barat laut Republik Islam Iran.
Pasukan Angkatan Darat (AD) IRGC telah memulai manuver besar-besaran di wilayah Aras, utara provinsi Azerbaijan Timur dan Ardabil, Republik Islam Iran pada hari Senin, 17 Oktober 2022.
Manuver besar ini digelar sejalan dengan pelaksanaan misi IRGC (Pasdaran) yang sesuai dengan agenda latihan tahunan, dan dalam rangka meningkatkan kesiapan tempur pasukan Pasdaran.
Komandan AD IRGC Brigadir Jenderal Mohammed Pakpour mengatakan, operasi heliborne, operasi serangan malam, operasi tempur helikopter, operasi drone tempur dan drone bunuh diri, pembangunan jembatan di atas sungai Aras, penguasaan dan pengendalian jalan-jalan transportasi, operasi perebutan perbukitan dan operasi penghancuran ofensif adalah bagian dari latihan kali ini.
"Pesan dari latihan ini untuk negara-negara tetangga adalah perdamaian dan persahabatan dan pemantapan serta penguatan keamanan yang stabil, dan pesan bagi musuh adalah untuk mengumumkan kesiapan pasukan AD IRGC bersama dengan Angkatan Bersenjata lainnya guna mempertahankan perbatasan negara dan memberikan tanggapan tegas terhadap setiap ancaman terhadap Republik Islam Iran," tegasnya.
Pernyataan Brigjen Pakpour menunjukkan bahwa kekuatan militer Iran, dalam kerangka kebijakan domestik dan regional, selalu mengutamakan keamanan dan menjaga serta menjamin perdamaian dalam setiap aktivitas militer. Pasukan AD IRGC (NEZSA) adalah salah satu dari lima matra Pasdaran yang memiliki lebih dari 100.000 personel, dan merupakan pilar dan badan utama IRGC.
Pasukan AD IRGC akan melakukan berbagai tahapan latihan di perbatasan barat laut Iran, yang salah satu latihan operasional pasukan tersebut akan berlangsung di kawasan sungai Aras. Salah satu fitur penting dan efektif dari latihan di wilayah sungai Aras, seperti latihan-latihan militer Iran lainnya, adalah partisipasi pasukan rakyat dan Basij serta pasukan penjaga perbatasan.
Fokus pada partisipasi masyarakat untuk memastikan keamanan berkelanjutan dengan tujuan mempopulerkan keamanan adalah di antara agenda dalam kegiatan tersebut. Inilah alasan mengapa mengadakan latihan militer di perbatasan barat laut Iran akan menjadi sangat penting. Dalam hal ini, tidak ada keraguan bahwa sejumlah pasukan asing, dengan bantuan pemerintah-pemerintah yang berada di bawah dominasi Barat, telah mulai menyerang dan merusak perbatasan-perbatasan Iran.
Latihan pasukan AD IRGC diadakan dalam situasi di mana setelah berakhirnya konflik Karabakh dan penandatanganan perjanjian 10 poin pada tengah malam tanggal 9 November 2020 antara Presiden Republik Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan yang dimediasi Presiden Rusia Vladimir Putin, para pejabat pemerintah Ilham Aliyev--mengikuti saran dan rekomendasi pihak asing-- bersikeras meminta untuk menerima koridor dari wilayah selatan Armenia ke perbatasan negara ini dan ke Republik Otonomi Nakhchivan.
Permintaan ini telah diajukan oleh para pejabat Turki. Jelas bahwa penyerahan koridor semacam itu ke Republik Azerbaijan akan mengeluarkan perbatasan-perbatasan Iran dengan Armenia dan pembangunan jalan transit Iran ke Georgia dan Rusia serta Laut Hitam melalui Armenia. Jika peristiwa pahit itu terjadi, maka dapat menyebabkan kehancuran dan terpecahnya Armenia dan membuat Iran kehilangan rute transit yang menguntungkan dan berpengaruh. Karena alasan ini, para pejabat Tehran telah berulang kali menekankan penentangannya terhadap perubahan geopolitik di kawasan itu.
Terlepas dari upaya terkait perubahan geopolitik di perbatasan utara Iran, yang telah menjadi agenda konspirasi asing, baru-baru ini, pejabat rezim Zionis Israel memutuskan untuk memindahkan kantor agen Yahudi (Jewish Agency), Sochnut, dari Moskow ke Baku, setelah agen tersebut ditutup oleh Rusia.
Dalam konteks ini, fakta yang tidak dapat disangkal adalah bahwa para pejabat pemerintah Baku sering berbicara tentang Republik Azerbaijan yang merdeka dan independen, tetapi dalam praktiknya, beberapa keputusan yang berkaitan dengan pemerintah Ilham Aliyev didikte dan bahkan dibuat oleh pihak berwenang Turki dan sebagiannya dibuat oleh rezim rasis Israel.
Dalam hal ini, Arif Shahmarli, yang sebelumnya bernama Arif Mammadov, mantan Duta Besar Republik Azerbaijan untuk Uni Eropa, namun sekarang bergabung dalam kelompok oposisi, mengatakan, dengan pemindahan kantor kegiatan organisasi Zionis, Sochnut, di Baku, maka mulai sekarang, landasan untuk kehadiran orang-orang Yahudi yang meninggalkan Rusia, akan tersedia di Republik Azerbaijan.
Pemindahan kantor Sochnut dari Moskow ke Baku berarti bahwa keputusan penting telah diambil di luar kendali pemerintah Ilham Aliyev dan diserahkan kepada pihak asing. Bahkan, dengan memindahkan kantor Sochnut ke wilayah Republik Azerbaijan, Israel telah menemukan peluang untuk melakukan operasi sabotase di dalam perbatasan Iran.
Di sisi lain, pemerintah Ilham Aliyev telah menandatangani puluhan perjanjian keamanan dengan Iran selama beberapa dekade terakhir. Dalam perjanjian ini, Iran dan Republik Azerbaijan telah berkomitmen untuk mencegah penggunaan pihak ketiga untuk menyerang pihak lain.
Bagaimanapun, kita tidak boleh mengabaikan fakta bahwa petualangan rezim Zionis di wilayah Republik Azerbaijan pada akhirnya akan merugikan pemerintah dan rakyat satu-satunya negara muslim di Kaukasus Selatan ini.
Mempertimbangkan kejadian baru-baru ini, tanpa diragukan lagi, manuver AD IRGC di perbatasan barat laut Iran dapat mengingatkan sebagian kecil dari kemampuan militer negara ini kepada pihak-pihak ekspansionis dan petualang bahwa mereka tidak boleh membuat repot sebuah negara dan bangsa besar Iran yang memiliki sejarah dan budaya yang sangat kuno, dan jika mereka bersikeras untuk melakukan hal itu, maka sama halnya mereka akan membawa kehancuran mereka sendiri dengan sengaja. (RA)