Teror: Metode Gagal yang terus Diulang Musuh
(last modified Mon, 14 Aug 2023 13:25:24 GMT )
Aug 14, 2023 20:25 Asia/Jakarta
  • Serangan teror ke Makam Shah Cheragh di Shiraz
    Serangan teror ke Makam Shah Cheragh di Shiraz

Sekitar 10 bulan berlalu dari serangan teror tahun lalu ke Makam Shah Cheragh di Shiraz, hari Minggu (13/8/2023) kembali terjadi serangan teroris ke tempat ini yang menewaskan satu staf dan melukai delapan orang lainnya.

Makam Shah Cheragh pada 26 Oktober 2022 juga menjadi target srangan teroris Daesh (ISIS) yang menewaskan 13 orang dan melukai lebih dari 20 orang lainnya. Pelaku serangan teror tersebut dihukum mati bulan lalu.

Insiden teroris kemarin di Shah Cheragh dapat dianggap sebagai upaya baru musuh untuk menargetkan keamanan masyarakat dan juga untuk melemahkan sistem Republik Islam, sebuah upaya terus berlanjut yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir dalam rangka perang hibrida oleh Amerika Serikat, rezim Zionis dan beberapa pendukung Barat dan regionalisme mereka melawan Republik Islam Iran.

Menciptakan guncangan kekerasan seperti aksi teroris di tingkat negara dan mengganggu keamanan masyarakat dan keamanan psikologis masyarakat, dapat dicermati sebagai bagian dari rencana musuh untuk mencegah terciptanya perdamaian dan padamnya api protes. Dalam situasi di mana kerusuhan tahun lalu yang dimulai dengan hasutan dan perencanaan musuh-musuh Republik Islam mereda dengan kewaspadaan rakyat dan tindakan badan-badan keamanan dan intelijen, dan persekongkolan untuk memecah belah dan menyebarkan kekacauan di negara gagal, sekarang sekali lagi musuh dengan serangan teroris di Shah Cheragh berusaha untuk  menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan jahat mereka, mereka terus meneror dan membunuh orang, terutama di tempat-tempat keagamaan.

Serangan teroris ke Makam Shah Cheragh di Shiraz

Tujuan lain yang dikejar oleh teroris dan pendukungnya adalah untuk menginduksi ketidakmampuan pemerintah untuk membangun keamanan, karena kelanjutan serangan teroris dan ketidakamanan masyarakat dapat mengganggu ketenangan mental masyarakat, dan akibatnya, membuat sebagian orang percaya bahwa pemerintah tersebut tidak memiliki kekuatan yang diperlukan untuk membangun keamanan di negara tersebut.

Menteri Dalam Negeri Iran, Ahmad Vahidi terkait hal ini mengatakan, "Ini sebuah aksi teroris dari musuh bebuyutan kita, dan ini sebuah kesalahan bahwa musuh kami menganggap dengan gerakan pengecut dan menembaki warga, mampu membahayakan keamanan dan stabilitas kita, karena bangsa kita sangat kuat."

Poin penting lainnya adalah diamnya dan kelambanan lembaga internasional dan pemerintah Barat yang mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia (HAM) dalam menanggapi insiden teroris di Iran; Kebungkaman masyarakat internasional dan terutama negara-negara yang mengklaim hak asasi manusia terhadap fenomena keji terorisme dan perlakuan diskriminatifnya adalah salah satu alasan utama berlanjutnya serangan teroris dan justru promotornya.

Pengalaman tahun-tahun setelah kemenangan Revolusi Islam menunjukkan bahwa musuh senantiasa menggunakan berbagai metode seperti teror, kekerasan, tekanan politik dan ekonomi untuk mencegah teralisasinya nilai-nilai dan tujuan revolusi ini, sehingga melalui metode ini mereka akan mampu melemahkan pemerintah dan juga mencegah persatuan serta kemajuan Iran.

Namun seperti yang ditegaskan oleh Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatulllah Khamenei, "Dari berbagai jalan mereka berusaha melawan Republik Islam Iran, namun karena perhitungannya salah, dan pasti salahnya, sampai saat ini mereka gagal dan di masa mendatang pun mereka akan gagal." (MF)