Feb 24, 2024 13:32 Asia/Jakarta

Mengamati pergerakan dan pendekatan musuh terhadap pemilu 1 Maret di Iran menunjukkan bahwa pandangan mereka terhadap pemilu kali ini bertumpu pada isu keamanan.

Pemilihan Umum Majelis Syura Islami periode kedua belas, dan Dewan Pakar Kepimpinan periode keenam akan digelar Jumat pekan depan, 1 Maret 2024.

Pemilu tersebut akan diadakan dalam situasi di mana mata banyak organisasi intelijen dan pejabat asing terfokus pada kotak suara di Iran.

Pandangan musuh terhadap pemilu Jumat depan di Iran mengenai isu keamanan. Selama beberapa tahun terakhir, pendekatan paling penting yang dilakukan musuh-musuh Republik Islam Iran adalah menciptakan krisis internal dan kesenjangan antara masyarakat dan pemerintah. 

Tujuan paling penting penarikan Amerika dari JCPOA dan pemberlakuan kembali sanksi, serta penerapan sanksi baru mulai tahun 2018 dan seterusnya untuk memberikan tekanan pada masyarakat dalam kehidupan mereka, dan mengubah ketidakpuasan rakyat menjadi krisis keamanan demi mendelegitimasi Republik Islam.

Kerusuhan tahun lalu termasuk di antara peristiwa yang didukung musuh dan berupaya berlanjut selama berbulan-bulan.

Salah satu alasan utama mengadopsi pendekatan tersebut adalah kegagalan untuk menyelaraskan kebijakan luar negeri Iran dengan Barat, dan melepaskan independensi dalam pengambilan keputusan kebijakan luar negerinya. Bahkan di bawah tekanan sanksi yang berat, Republik Islam Iran menolak untuk menyerah dan terus bergerak mengusung independensinya dalam pengambilan keputusan kebijakan luar negeri menghadapi tekanan Barat, khususnya Amerika Serikat.

Kini, ketika Republik Islam Iran akan menyelenggarakan pemilu legislatif ke-12 dan pemilu Dewan Pakar Kepemimpinan ke-6, yang merupakan pemilu ke-40 dalam 45 tahun terakhir, kita menyaksikan kelanjutan dari pandangan keamanan musuh terhadap peristiwa politik di Iran.

 

 

Faktanya, musuh-musuh Iran berupaya untuk membangun hubungan antara sanksi, kerusuhan dan pemilu, serta melihat akibat dari kebijakan dan perilaku bermusuhan di masa lalu di kotak suara. Oleh karena itu, yang mereka harapkan pada pemilu Jumat mendatang adalah minimnya partisipasi masyarakat Iran.

Sejak jauh hari, propaganda media dilancarkan musuh untuk mempertanyakan urgensi pemilu dan pentingnya Dewan Legislatif, dan mereka mendorong masyarakat untuk memboikot dan tidak berpartisipasi dalam pemilu tersebut.​

Salah satu tujuan pendekatan ini untuk mendelegitimasi dan dengan kata lain mengurangi legitimasi Republik Islam Iran. Haji Ali Akbari, Imam Jumat Tehran dalam khutbah Jumat di Tehran mengatakan, “Musuh-musuh dan seluruh gerakan anti-revolusioner dan anti-Iran di bawah bendera penistaan ​​​​agama global telah mengibarkan bendera menentang pemilu dan lebih dari 500 jaringan kotor menentang pemilu dengan menyebarkan propaganda,".

Musuh saat ini percaya bahwa dukungan rakyat sebagai modal sosial dan sumber kekuatan paling penting bagi Republik Islam Iran harus terus dilemahkan. 

Para penentang Republik Islam Iran yang menginginkan agar pemerintahan Iran tidak merayakan hari jadinya yang ke-40 pada enam kahun lalu, kini setelah Republik Islam Iran melewati usianya yang ke-46, mereka berupaya memisahkan rakyat dari Republik Islam Iran, dan peran penting mereka untuk mengambil peran dalam proses berbanggsa dan bernegara, dengan melancarkan boikot pemilu.(PH)

 

Tags