Peran Syahid Raisi dan Amir-Abdollahian di Kancah Internasional
Usai pengumuman syahadah Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian serta rombongan dalam kecelakaan helikopter pada Minggu (19/5), isu peran dan pengaruh kedua tokoh berpengaruh ini terhadap kebijakan luar negeri Iran patut mendapat perhatian dalam kaitannya dengan negara-negara tetangga serta secara regional dan internasional.
Di tingkat internasional, Syahid Raisi dan Syahid Amir-Abdollahian, dengan upaya dan kehadiran efektif mereka di lembaga-lembaga internasional, serta perjalanan luar negeri ke berbagai negara, memainkan peran penting dalam menjelaskan pandangan dan posisi Republik Islam Iran dalam berbagai isu dan memajukan tujuan Iran di tingkat internasional.
Pemerintah Syahid Raisi mengambil pendekatan baru di bidang politik luar negeri sejak menjabat pada 3 Agustus 2021.
Menyeimbangkan politik luar negeri berdasarkan prinsip “Tidak Timur atau Barat” merupakan salah satu gagasan terpenting dalam politik luar negeri pemerintah ini, dan salah satu syarat terpentingnya adalah menjaga kemandirian negara dengan tetap memperhatikan dan menekankan hubungan dengan negara-negara Timur dan Barat.
Pada saat yang sama, menegasikan fokus ke Barat dalam hubungan luar negeri telah menjadi salah satu prinsip utama yang menjadi perhatian pemerintah Raisi, dan mengingat peralihan kekuasaan dalam tatanan dunia dari Barat ke Timur sedang berlangsung, maka menentukan posisi Republik Islam Iran di masa depan, hubungan global dengan kekuatan-kekuatan ini adalah sebuah prinsip.
Dalam kaitan ini, menjalin hubungan strategis dengan kekuatan Timur, khususnya Rusia dan Cina, dilakukan secara serius guna membendung Barat dan menyeimbangkan politik luar negeri Iran.
Selain itu, pengembangan hubungan dengan negara-negara ini di bidang keunggulan Republik Islam merupakan kebijakan strategis yang mendapat penekanan.
Pada saat yang sama, pemerintah Raisi menunjukkan keyakinan pada keseimbangan dalam kebijakan luar negeri dan pengembangan kerja sama dengan negara-negara tetangga dan Islam menjadi prioritas program luar negerinya.
Sementara itu, peran Syahid Sayid Ebrahim Raisi dan Syahid Hossein Amir-Abdollahian dalam menjelaskan dan memajukan pendekatan baru kebijakan luar negeri Iran sangatlah sensitif dan berpengaruh.
Di antara tindakan Syahid Raisi di bidang ini, harus disebutkan terkait perjalanannya ke New York dan menghadiri sidang tahunan Majelis Umum PBB dan menjelaskan pandangan Republik Islam Iran mengenai isu-isu penting regional dan global.
Dalam penampilan terakhirnya di Majelis Umum PBB pada September 2023, dia membahas berbagai isu global secara detail dalam pidatonya.
Merujuk pada berbagai isu termasuk anti-Islam dan apartheid budaya, pentingnya peran keluarga dan kegagalan proyek Amerikanisasi dunia, Syahid Raisi menegaskan bahwa kita berada dalam periode sejarah yang menentukan.
Menurutnya, Dunia sedang berubah dan bertransisi menuju tatanan internasional yang sedang berkembang, dan hal ini tidak dapat diubah.
Syahid Raisi juga berbicara tentang perkembangan regional, khususnya Perang Gaza, dan menekankan bahwa berlanjutnya pendudukan atas Palestina serta sebagian Lebanon dan Suriah oleh rezim Zionis dan perampasan hak-hak inheren rakyat Palestina yang tertindas, terutama dalam pembentukan negara Palestina dengan Quds sebagai ibu kotanya, telah menyebabkan peningkatan kejahatan rezim ini dan perluasan jangkauan agresi dan ancaman terhadap negara-negara lain di kawasan.
Pada akhirnya, dia menekankan, Umat manusia sedang memasuki siklus baru. Kekuatan lama sedang menurun. Mereka adalah" masa lalu "dan kita adalah" masa depan ". Saya ulangi bahwa mereka adalah “masa lalu” dan kita adalah “masa depan”.
Pada saat yang sama, perjalanan luar negeri Syahid Raisi dan partisipasi dalam konferensi dan pertemuan regional dan internasional dari Organisasi Kerja Sama Shanghai, pertemuan para pemimpin negara-negara yang berbatasan dengan Laut Kaspia, serta perjalanan ke berbagai negara, baik itu ke negara tetangga atau di luar kawasan seperti Rusia, Venezuela, dan Kuba, memainkan peran penting dalam memperluas hubungan Iran dengan negara-negara tersebut, serta menjelaskan posisi dan pandangan Republik Islam Iran dan menjaga kepentingan dan perluasan tujuan luar negeri Iran.
Secara umum, pada masa kepresidenan Sayid Ebrahim Raisi, kebijakan luar negeri Iran mengalami perubahan signifikan dan membuat kemajuan besar sehubungan dengan apa yang disebut kebijakan dengan negara tetangga.
Syahid Raisi mengatakan dalam konteks pendekatan kebijakan luar negeri baru pemerintahnya, Iran telah menandai babak baru hubungan yang menguntungkan dengan negara-negara tetangga, selaras dan berpikiran sama, dengan menjadi anggota mekanisme regional dan internasional, Iran telah meningkatkan kapasitasnya untuk membentuk tatanan yang adil dan memprioritaskan penyelesaian koridor perdagangan, termasuk koridor Utara-Selatan yang menghubungkan dunia utara dengan dunia selatan, akan memastikan manfaat ekonomi berkelanjutan bagi semua negara di kawasan ini.
Yang patut disebutkan di antaranya adalah peran penting dan tak terbantahkan dari Syahid Hossein Amir-Abdollahian, Menteri Luar Negeri Republik Iran dalam memajukan pendekatan pemerintahan Raisi di bidang politik luar negeri.
Syahid Amir-Abdollahian, sebagai diplomat senior dengan banyak perjalanan luar negeri, melakukan pertemuan dengan sejumlah besar pemimpin dan pejabat negara lain, serta partisipasi dalam banyak pertemuan dan konferensi regional dan internasional, telah memainkan peran penting dalam memperjelas cita-cita, tujuan Republik Islam Iran di kancah luar negeri, dan membela kepentingan Iran serta memajukan tujuan kebijakan luar negeri Iran.(sl)