Salehi: Jika JCPOA Untungkan AS, Tentunya Trump Tidak Marah
Kepala Organisasi Energi Atom Republik Islam Iran (AEOI) mengatakan, Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) telah membuat Amerika Serikat mengalami "kebingungan strategi."
Ali Akbar Salehi mengatakan hal itu dalam pidatonya di seminar ke-11 para dosen dan mahasiswa Iran di luar negeri yang digelar di Mashhad, timur laut negara ini, Minggu (16/7/2017).
"Jika JCPOA menguntungkan Amerika Serikat dan telah menghentikan industri nuklir Republik Islam Iran, maka tentunya sekarang Presiden AS (Donald Trump) dan rezim Zionis (Israel) tidak kecewa sejauh ini terhadap perjanjian nuklir tersebut," imbuhnya.
Ia menjelaskan, Iran dalam perundingan nuklir dengan Kelompok 5+1 telah mampu menetapkan aktivitas 6000 mesin sentrifugal dan melanjutkan operasi 1000 mesin aktif sentrifugal lainnya di instalasi nuklir Fordow.
Selain itu, lanjut Salehi, hak untuk melakukan penelitian, pengembangan, eksplorasi, pertambangan dan reaktor juga ditetapkan untuk Iran berdasarkan JCPOA, dan ditambah dengan penandatangan dua kontrak reakor nuklir serta proyek senilai 100 miliar dolar di bidang nuklir di Iran.
Menurut Salehi, setelah pelaksanaan JCPOA, produksi minyak Iran dari 1 juta barel perhari menjadi 1,9 juta barel perhari, dan ekspor minyak negara ini juga mencapai lebih dari dari 2,5 juta barel perhari.
Iran dan Kelompok 5+1 (Rusia, Cina, Inggris, Perancis, AS ditambah Jerman) menandatangani kesepakatan nuklir pada tanggal 14 Juli 2015 yang dikenal dengan JCPOA.
Kesepakatan ini kemudian disetujui Dewan Keamanan PBB dalam sebuah resolusi nomor 2231 pada tanggal 20 Juli 2015 agar bersifat universal, dan setelah itu pelaksanan JCPOA dimulai pada tanggal 16 Januari 2016. (RA)