Pesan Konferensi Internasional Persatuan Islam di Tehran
-
Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-32 di Tehran.
Republik Islam Iran menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-32 yang diselenggarakan selama tiga hari di Tehran. Lebih dari 350 tokoh dan ulama dari 100 negara dunia termasuk dari Indonesia menghadiri konferensi yang mengusung tema "al-Quds, Poros Persatuan Umat" ini. Mereka berkumpul dalam rengka mencari solusi atas berbagai persoalan yang sedang dihadapi oleh Dunia Islam.
Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-32 yang diprakarsai oleh Iran ini mempunyai posisi yang lebih penting dari periode-periode sebelumnya. Hal ini mengingat adanya situasi yang sangat sensitif dan persoalan besar yang sedang dihadapi oleh Dunia Islam.
Pertemuan terbesar para tokoh agama Dunia Islam di Tehran ini menunjukkan pengaruh kebijakan Republik Islam Iran dan prinsip pemersatu yang selalu digalakkan oleh negara ini. Iran selalu berusaha menindak lanjuti persoalan yang dihadapi Dunia Islam dan mencari solusi kolektif. Pertemuan para tokoh Dunia Islam ini adalah salah satu cara untuk memecahkan persoalan tersebut.
Di antara persoalan yang menjadi perhatian publik dunia, terutama Dunia Islam adalah prakarsa Amerika Serikat yang dikenal dengan "Kesepaktan Abad" untuk menghapus cita-cita rakyat Palestina, kelanjutan strategi perlawanan rakyat Palestina dalam konteks baru yang dikenal dengan "Pawai Akbar Hak Kepulangan" dan upaya AS untuk membentuk koalisi anti-Iran.
Oleh karena itu, salah satu poros utama Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-32 yang dimulai pada hari Sabtu, 24 November 2018 adalah perlawana rakyat Palestina dalam konteks Pawai Akbar Hak Kepulangan dan penegasan atas kembalinya pengungsi Palestina ke tanah air mereka.

Wakil Internasional untuk Forum Internasional untuk Pendekatan Anatar-Mazhab Islam Hussein Sheikhul Islam mengatakan, masalah terpenting yang akan dibahas dalam Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-32 adalah penegasan atas kembalinya pengungsi Palestina dan hak-hak hukum dan politik mereka serta perlawanan terhadap semua rencana alternatif untuk menghapus isu Palestina. Selain itu, lanjutnya, fakta di Jalur Gaza dan dukungan kepada Pawai Akbar Hak Kepulangan juga menjadi bagian dari tema penting dalam konferensi tersebut.
Slogan "al-Quds, Poros Persatuan Umat" yang diusung dalam Konferensi Persatuan Islam menegaskan pentingnya al-Quds sebagai kota bersejarah dan peradaban Islam bagi umat agama ini, di mana poros Ibrani dan poros Arab yang kompromi dengan Israel serta AS berusaha untuk menghapus semua peninggalan bersejarah Islam di kota al-Quds dan menyerahkan kota tersebut kepada Zionis.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa pesan Konferensi Internasional Persatuan Islam tahun ini adalah dukungan kepada rakyat tertindas Palestina dan Poros Muqawama. Profesor Filsafat dari Ez-Zitouna University di Tunisia Fawzi Al-Alwi kepada kantor berita IranPress mengatakan, salah satu motif untuk persatuan umat Islam adalah masalah Palestina dan al-Quds, namun slogan baru negara-negara Arab kolonial dan reaksioner adalah mengabaikan isu Palestina, di mana slogan ini menjadi faktor perpecahan di antara umat Islam.
Persatuan Umat Islam adalah satu-satunya pilihan strategis untuk mencegah pelaksanaan rencana-rencana busuk musuh di Palestina, termasuk rencana jahat AS yang dikenal dengan "Kesepakatan Abad." Persatuan Umat Islam menjadi opsi tunggal karena AS telah bekerja sama dengan Israel dan negara-negara Arab reaksioner untuk menghapus isu Palestina. Negara-negara Arab itu juga telah menormalisasi hubungan mereka dengan rezim Zionis. Di sisi lain, pembangunan distrik-distrik Zionis di bumi Palestina berlanjut tanpa hambatan apapun.
Kehadiran luas para tokoh besar politik dan agama dari berbagai negara dalam konferensi di Tehran adalah hal penting lainnya bagi Iran mengingat gencarnya perang psikologis dan ekonomi AS dan sekutunya terhadap negara ini. Tujuan AS bekerja sama dengan Arab Saudi dan Israel adalah untuk mengucilkan Iran dari dunia internasional dan Dunia Islam. Namun kehadiran para tokoh terkemuka dan berpengaruh dunia menunjukkan kegagalan AS dan sekutunya untuk mengisolasi Iran.
Sekjen Forum Internasional untuk Pendekatan Antar-Mazhab Islam Ayatullah Mohsen Araki mengatakan, AS berusaha menciptakan gerakan anti-Iran melalui kerja sama dengan beberapa negara dan rezim, termasuk dengan Arab Saudi dan rezim Zionis, namun Front Muqawama akan berdiri melawan serangan.
Kehadiran luas para tokoh terkemuka dunia dalam Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-32 merupakan dukungan kepada kebijakan Iran dalam konteks Poros Muqawama yang mampu menggagalkan konspirasi AS dan sekutunya di kawasan Asia Barat.
Menurut Ayatullah Araki, partisipasi para tokoh terkemuka politik, agama, intelektual, seni dan budaya dari seluruh penjuru dunia menunjukkan terbentuknya Front Penuntut Kebebasan di dunia yang berpusat di Iran. (RA)