Partisipasi Menlu Iran di di Konferensi Keamanan Munich; Peluang Menjelaskan realitas Kawasan
(last modified 2019-02-16T06:30:44+00:00 )
Feb 16, 2019 13:30 Asia/Jakarta
  • Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran
    Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran

Konferensi Keamanan Munich dimulai pada hari Jumat (15/02) yang dihadiri lebih dari 35 kepala negara, 50 menteri luar negeri dan 30 menteri pertahanan dari seluruh dunia.

Konferensi ini memberikan peserta kesempatan untuk membahas masalah keamanan regional dan global yang paling penting. Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran yang juga berpartisipasi dalam Konferensi Keamanan Munich akan membahas pelbagai kebijakan Republik Islam Iran dan realitas kawasan.

Konferensi Keamanan Munich

Sejak 1963 hingga sekarang, Konferensi Keamanan Munich telah diadakan setiap tahun dengan tujuan membangun rasa saling percaya antara negara dan pembuat keputusan internasional untuk melayani penyelesaian damai segala perselisihan dan konflik dengan mempertahankan dialog terus-menerus dan informal dalam komunitas keamanan internasional.

Dengan kebijakan munafiknya, Amerika Serikat telah meningkatkan ketegangan dan konflik serta mendukung terorisme dan konflik serta permusuhan di antara negara-negara di kawasan dan telah memperluas ketidakamanan, ketidakstabilan, kemiskinan, perang, dan ekstremisme. Kebijakan Amerika yang salah arah selama beberapa dekade terakhir telah mendorong Donald Trump, Presiden Amerika Serikat mengumumkan bahwa AS telah membelanjakan  7 triliun dolar di Timur Tengah dan belum mencapai sasaran.Tentu saja, Trump terus melakukan hal yang salah.

Republik Islam Iran, seperti beberapa negara Arab di kawasan Teluk Persia, tidak pernah berusaha membeli miliaran senjata. Karena telah melihat kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pertahanannya sesuai dengan hukum konvensional internasional dan menggunakan kapasitas asli dan pengetahuan para ahli Iran.

Jelaslah bahwa kemampuan dan kekuatan militer Iran menjadi duri di mata musuh dan penghalang segala ancaman. Untuk alasan ini, Amerika Serikat terus-menerus berusaha melemahkan kemampuan Iran untuk mempertahankan diri melalui instrumen sanksi terhadap kemampuan pertahanan Iran.

Juru bicara kementerian luar negeri Iran hari Jumat (15/02) dalam wawancaranya dengan televisi Amerika Serikat NBC di sela-sela Konferensi Keamanan Munich mengatakan, "Orang yang sama yang setuju dengan perang di Irak melawan Iran sedang mencari jalan untuk memerangi Iran, tetapi pada akhirnya, mereka akan mengerti bahwa perang terhadap Iran sama dengan bunuh diri."

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam bulan April tahun lalu dalam pidatonya dihadapi sejumlah komandan militer menyinggung ancaman dan konspirasi Amerika Serikat terhadap Iran. Rahbar mengatakan, "Jika diasumsikan Republik Islam dan bangsa Iran takut akan kekuatan global dan mundur dakan menghadapi mereka, saat ini sudah tidak ada bekas dan tanda dari Iran dan tidak ada yang tersisa dari Iran.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei

Republik Islam Iran secara konsisten mengejar perdamaian dan keamanan internasional berdasarkan prinsip-prinsip strategisnya. Dalam nada yang sama, pertemuan pekan lalu para presiden Iran, Rusia dan Turki sebagai tiga sponsor perdamaian di Suriah yang diadakan di Sochi, Rusia dengan tujuan strategis untuk perdamaian dan keamanan di Suriah menunjukkan dinamika Iran dalam proses perdamaian dan keamanan di kawasan.

Seyed Bagher Zaki Oskouei, analis masalah internasional tentang peran regional Iran mengatakan, "Iran telah terbukti mampu memainkan peran yang efektif dalam situasi saat ini di kawasan untuk mengatasi ancaman keamanan dan meningkatkan keamanan relatif dalam kerangka model keamanan regional negara-bangsa independen. Memerangi terorisme, mencegah penyebaran senjata pemusnah massal di kawasan, membantu penyelesaikan krisis regional di Irak dan Afghanistan dan mencegah keruntuhan dan disintegrasi di Suriah ... Semua itu telah memberi Iran peran yang tak tergantikan."

Namun pengalaman menunjukkan bahwa selama tidak ada upaya kolektif untuk menciptakan perdamaian dan keamanan yang inklusif, maka semua hanya dapat menatap konflik dan ketidakamanan.

Tags