KTT P-GCC dan Prakarsa Perdamaian Iran
-
KTT ke-40 P-GCC
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Sayid Abbas Mousavi mereaksi pernyataan anti-Iran pada penutupan KTT ke-40 Dewan Kerja Sama Teluk Persia (P-GCC) di Riyadh, dan menilainya tidak konstruktif bagi upaya bersama mewujudkan perdamaian dan keamanan regional.
Sayid Abbas Mousavi hari Rabu (11/12) mengatakan, statemen tersebut keluar di saat Republik Islam Iran sedang berupaya mewujudkan perdamaian dan stabilitas keamanan di kawasan, salah satunya dengan menyampaikan prakarsa damai Hormuz.
Dewan Kerja Sama Teluk Persia yang berdiri pada 1981, saat ini menghadapi krisis identitas dan integritas, karena beberapa negara anggotanya mengambil posisi yang tidak mementingkan perdamaian dan keamanan di kawasan Asia Barat dan Teluk Persia.
Pengaruh tradisional Arab Saudi di Dewan Kerjasama Teluk Persia dan diktenya terhadap negara anggota lain supaya mematuhi kebijakan Riyadh, termasuk dalam masalah hubungan dengan Iran, telah menyulut krisis politik antarnegara anggotanya sendiri. Selain itu, sikap regional rezim Al Saud, yang diikuti Bahrain dan Uni Emirat Arab menjadi tantangan lain bagi kawasan Teluk Persia.
Kepatuhan Riyadh, Manama, dan Abu Dhabi terhadap kebijakan destruktif AS di kawasan Asia Barat dan Teluk Persia sejak awal menjadi pemicu berbagai masalah regional.

Pernyataan terbaru KTT ke-40 Dewan Kerjasama Teluk Persia di Riyadh menunjukkan pendekatan anti-Iran sebagai resonansi kebijakan Washington, jelas hanya akan memperkeruh tensi ketegangan regional. Pada saat yang sama, Republik Islam Iran sedang berupaya mempresentasikan usulan damainya, dengan menyodorkan prakarsa "Perdamaian Hormuz", yang mengedepankan keharmonisan dan hidup berdampingan yang aman dan tentram di kawasan Teluk Persia.
Dukungan rezim Al Saud terhadap pendekatan konfrontatif AS dan rezim Zionis kepada Iran telah menimbulkan pertanyaan besar bagi opini publik kawasan, mengapa Arab Saudi lebih memilih bersekutu dengan Washington dalam melanjutkan permusuhan terhadap Iran, dari pada menerima uluran tangan persahabatan dari Tehran?
Kehadiran kekuatan asing, terutama AS di kawasan Asia Barat dan Teluk Persia selama ini terbukti tidak berkontribusi positif terhadap perdamaian dan keamanan regional, bahkan sebaliknya justru menyulut tensi ketegangan antarsesama negara di kawasan.
Sementara itu, Iran sudah menyampaikan berbagai tawaran perdamaiannya, termasuk proposal penandatanganan perjanjian non-proliferasi, pembentukan "Forum Dialog Regional" dan, "Perdamaian Hormuz", demi mewujudkan kerja sama dan perdamaian regional.
Perdamaian dan keamanan di kawasan hanya bisa dicapai melalui dialog regional, dan Iran telah mengulurkan tangan ke negara-negara Teluk Persia untuk bersama-sama mewujudkannya. Tapi, statemen akhir KTT ke-40 Dewan Kerja Sama Teluk Persia alih-alih menyambutnya, justru tidak kontruktif dan berpotensi meningkatkan tensi ketegangan regional.(PH)