Khutbah Jumat di Tehran, 31 Januari 2020
Khatib Shalat Jumat Tehran Ayatullah Mohammad Ali Movahhedi Kermani menekankan bahwa melalui persatuan dan dukungan dari orang-orang yang mencintai kebebasan di dunia, kita akan bisa menggagalkan konspirasi Amerika Serikat-Zionis, yang dikenal sebagai "Kesepakatan abad" (Deal of the Century).
Hal itu ditekankan Ayatullah Movahhedi Kermani dalam khutbah kedua di Mushalla Besar Imam Khomeini ra di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran, Jumat (31/1/2020).
Khatib Shalat Jumat mengecam Kesepakatan Abad yang dirancang oleh AS untuk apa yang mereka klaim sebagai cara untuk menyelesaikan konflik antara Palestina dan rezim Zionis Israel.
Ayatullah Movahhedi Kermani mengatakan, jangan katakan ini sebagai "Kesepakatan Abad" tetapi katakan sebagai "Skandal Abad ini", "Penghinaan Abad ini" dan "Pengkhianatan Abad ini."
"Iran dan Islam-lah yang menentang AS. Pemerintah AS sedang merencanakan konspirasi lain yang disebut Kesepakatan Abad, tetapi mereka akan gagal lagi dan mereka akan membawa keinginan ini ke liang kubur," tegasnya.
Khatib Shalat Jumat juga menyinggung protes massa di seluruh dunia terhadap prakarsa Kesepakatan Abad, dan menekankan bahwa bangsa Palestina akan menolak konspirasi ini.
"Kami akan menggagalkan konspirasi itu, dan kami akan melanjutkan perjuangan kami untuk mendirikan Negara Palestina yang merdeka dengan kota suci al-Quds sebagai ibukotanya," ujarnya.
Ayatullah Movahhedi Kermani menuturkan, Kesepakatan Abad adalah langkah berbahaya yang memiliki konsekuensi berbahaya bagi masa depan di kawasan dan bagi bangsa-bangsa di kawasan ini.
Dia menandaskan, proyek Kesepakatan Abad adalah buah dari pengkhianatan sejumlah negara Arab, tapi konspirasi dan pengkhianatan apapun tidak akan bisa menghapus hak rakyat Palestina.
Khatib Jumat Tehran menegaskan bahwa musuh ingin melucuti senjata kubu perlawanan, namun harapan itu tidak akan terwujud, dan Amerika akan mengubur mimpinya.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan Kesepakatan Abad pada hari Selasa setelah melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu dan seorang politisi senior rezim ini, Benny Gantz.
Berbicara di samping Trump di Gedung Putih, Netanyahu mengatakan bahwa Israel juga harus memiliki kedaulatan di Lembah Yordania.
Pemimpin Otorita Ramallah Mahmoud Abbas terkait Kesepakatan Abad mengatakan, al-Quds tidak untuk dijual. Dia menyebut Kesepakatan Abad sebagai "tamparan abad ini."
"Saya katakan kepada Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu: al-Quds tidak untuk dijual, semua hak kami tidak untuk dijual dan tidak untuk tawar-menawar. Dan kesepakatan Anda, konspirasi, tidak akan lolos," kata Abbas.
Sami Abu Zuhri, pejabat senior Hamas juga mereaksi Kesepakatan Abad dan mengatakan, pernyataan Trump mengenai apa yang disebut sebagai pakarsa perdamaian (Kesepakatan Abad) adalah permusuhan dan akan menciptakan kemarahan luas.
Berdasarkan Kesepakatan Abad, al-Quds akan diserahkan kepada rezim Zionis, pengungsi Palestina di luar negeri tidak berhak kembali ke tanah airnya, dan Palestina hanya terdiri dari wilayah yang tersisa di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Kesepakatan Abad merupakan prakarsa pemerintah AS untuk menghapus hak-hak rakyat Palestina. Prakarsa ini dibuat melalui kerja sama dengan sejumlah negara Arab seperti Arab Saudi, Bahrain dan Uni Emirat Arab.
Dalam kerangka Kesepakatan Abad, Trump pada 6 Desember 2017 mengumumkan al-Quds pendudukan sebagai ibu kota rezim Zionis.
AS kemudian memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke al-Quds pada Senin, 14 Mei 2018. Al-Quds diduduki rezim Zionis sejak tahun 1967. (RA)