Jawaban Tegas Zarif atas Kemunafikan PM Inggris
Kontradiksi terang-terangan yang tampak dalam perilaku negara-negara Barat terkait berbagai isu termasuk senjata nuklir, sekarang sudah bukan rahasia lagi.
Kemunafikan semacam ini menyebabkan Menteri Luar Negeri Iran menjawab klaim kekhawatiran Perdana Menteri Inggris terkait aktivitas nuklir Iran, dan menunjukkan kembali standar gandar Barat tentang isu ini.
Menlu Iran Mohammad Javad Zarif, Selasa (16/3/2021) malam menjawab klaim kekhawatiran PM Inggris Boris Johnson terkait program nuklir damai Iran.
"Boris Johnson dengan 'kemunafikan total', di hari ketika ia mengumumkan negaranya akan menambah arsenal senjata nuklir, menunjukkan kekhawatiran tentang pembuatan senjata nuklir oleh Iran," ujar Zarif.
Menlu Iran menegaskan, berbeda dengan Inggris dan sekutu-sekutunya, Iran meyakini bahwa senjata nuklir, dan seluruh senjata pemusnah massal lainnya harus diberantas.
Inggris bermaksud memperluas arsenal nuklirnya, padahal pada kajian pertahanan strategis tahun 2015, negara itu berjanji mengurangi total cadangan senjata nuklirnya menjadi sekitar 180 hulu ledak. Saat ini Inggris menyimpan 195 hulu ledak nuklir.
Wakil tetap Iran di PBB, Majid Takht Ravanchi dalam pidatonya di Komisi Perlucutan Senjata dan Keamanan Internasional, Sidang Majelis Umum PBB ke-75 menyinggung rintangan yang dihadapi dalam melucuti senjata nuklir, terutama perlombaan memodernisasi arsenal nuklir, dan tidak adanya tekad politik untuk menyingkirkan senjata ini oleh pemiliknya.
"Lebih dari 14.000 senjata nuklir, dan 100 miliar dolar anggaran tahunan terkait senjata ini, dan potensi penggunaannya, merupakan bahaya yang mengancam umat manusia dan bumi," tuturnya.
Dalam laporan Bulletin of The Atomic Scientists tahun 2019, Amerika Serikat memiliki cadangan hulu ledak nuklir sekitar 6.185 unit. Menurut laporan itu, bom taktis Amerika yang ditempatkan di pangkalan udara Eropa jumlahnya mencapai 150 unit.
Bom-bom taktis Amerika ini tersebar di enam pangkalan militer yang terdapat di lima negara Eropa. Dua di antaranya di Italia, kemudian masing-masing satu pangkalan di Jerman, Turki, Belgia, dan Belanda.
Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Keamanan Internasional dan Non-Proliferasi, Christopher Ashley Ford percaya sebagian besar tantangan di dunia nuklir hari ini disebabkan oleh modernisasi senjata atom dan hidupnya kembali perlombaan nuklir negara-negara adidaya dunia.
Mantan Ketua Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional, IAEA, Bertrand Goldschmidt mengakui beberapa negara Barat menggunakan kebijakan sepihak dan tendensius dalam masalah nuklir.
"Strategi tidak rasional sejumlah negara adidaya dunia seperti AS menyebabkan munculnya krisis politik, keamanan, dan militer serius di level global, dan menciptakan kondisi yang mengancam perdamaian serta keamanan dunia," ujarnya.
Sementara Republik Islam Iran berdasarkan keyakinan agama dan akhlak telah mengumumkan kepada dunia bahwa pembuatan dan penggunaan senjata atom haram hukumnya, dan masalah ini tercatat di PBB sebagai dokumen resmi.
Fatwa Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Khamenei terkait haramnya memproduksi, menyebarkan, menyimpan, dan menggunakan senjata pemusnah massal dan nuklir, telah membuat sikap Iran terkait aktivitas nuklirnya sedemikian transparan.
Kerja sama luas Iran dan IAEA disertai berbagai verifikasi, membuktikan transparansi aktivitas nuklir Iran, dan bahwa Tehran tidak berusaha menyembunyikan sesuatu. Maka dari itu, sepenuhnya jelas bahwa tujuan dari statemen PM Inggris adalah merusak citra Iran dan mengulang klaim tak berdasar.
PM Inggris ingin membalikkan fakta dan menutupi kelemahan politik tiga negara Eropa penandatangan perjanjian nuklir JCPOA dalam menjalankan komitmennya. (HS)