Apr 03, 2022 10:23 Asia/Jakarta

Hans Grundberg, utusan khusus PBB untuk Yaman, mengatakan pihak-pihak di Yaman telah menanggapi positif proposal PBB untuk perpanjangan dua bulan gencatan senjata, yang mulai berlaku hari Sabtu (02/04/2022).

Dengan perang Yaman memasuki tahun kedelapan, Gerakan Ansarullah menyampaikan inisiatif dengan menyerukan gencatan senjata, dan koalisi Saudi mengumumkan gencatan senjata pada pertemuan di Riyadh. Gencatan senjata selama dua bulan tersebut merupakan hasil dari kesiapan para pihak untuk menghentikan perang menjelang bulan suci Ramadhan.

Image Caption

Isu pertama adalah tentang isi dari gencatan senjata, yang mencakup penghentian semua operasi ofensif udara, darat dan laut di dalam dan di luar perbatasan Yaman, serta masuknya kapal-kapal pembawa bahan bakar di pelabuhan al-Hudaydah dan penerbangan komersial di dan keluar dari Bandara Sanaa ke tujuan yang telah ditentukan di kawasan.

Dengan kata lain, kedua kondisi bagi Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman, termasuk penghentian permusuhan dan penghentian pengepungan, telah terpenuhi. Namun, pengepungan Yaman telah dihentikan dengan syarat karena penerbangan Yaman tidak dapat dioperasikan secara bebas di mana saja.

Isu kedua adalah mengapa Arab Saudi menyetujui gencatan senjata. Perang koalisi Saudi terhadap Yaman telah memasuki tahun kedelapan sejak 26 Maret.

Selama periode ini, isu gencatan senjata telah diangkat berkali-kali dan disepakati oleh pihak-pihak yang bertikai, tetapi Arab Saudi menolak untuk menerapkannya dan melanggarnya di hari-hari pertama.

Meskipun belum jelas apakah pemerintah Riyadh akan mematuhi putaran baru gencatan senjata, tetapi ada dua faktor yang telah membuka jalan bagi Riyadh untuk menerima gencatan senjata.

Hans Grundberg, utusan khusus PBB untuk Yaman, mengatakan pihak-pihak di Yaman telah menanggapi positif proposal PBB untuk perpanjangan dua bulan gencatan senjata, yang mulai berlaku hari Sabtu (02/04/2022).

Di satu sisi, perang yang seharusnya berakhir dalam waktu singkat, telah memasuki tahun kedelapan dan Riyadh terjebak dalam rawa-rawa Yaman yang mahal, dan di sisi lain, perang yang panjang telah memberikan pukulan berat ke Arab Saudi.

Isu ketiga adalah tentang tujuan gencatan senjata. Gencatan senjata, yang dimediasi oleh PBB dan utusan AS untuk Yaman, merupakan upaya untuk memberi citra baik politik bagi organisasi ini dan Washington, yang telah rusak parah dalam krisis Yaman.

Penghentian sementara permusuhan dan pengepungan bisa menjadi langkah untuk memperbaiki situasi kemanusiaan yang mengerikan di Yaman jika itu mengarah pada pengiriman bantuan kemanusiaan.

Selain itu, serangan pesawat tak berawak dan rudal beberapa hari yang lalu oleh militer dan komite rakyat Yaman di fasilitas penting Saudi, termasuk fasilitas minyak Aramco, menyebabkan kerugian $ 1 miliar di Riyadh.

Serangan itu menunjukkan bahwa Yaman bertekad untuk terus melawan dan menghadapi koalisi Saudi. Gencatan senjata dua bulan bisa menjadi peluang bagi Arab Saudi untuk mencegah kelanjutan operasi Yaman, seperti operasi menghentikan pengepungan.

Gencatan senjata tampaknya tidak menjadi awal dari akhir perang. Karena akhir perang berarti penerimaan Ansarullah dalam struktur kekuasaan Yaman oleh Saudi. Mengakhiri perang dalam situasi saat ini dan secara sepihak oleh Arab Saudi berarti menerima kekalahan.

Hans Grundberg, utusan khusus PBB untuk Yaman

Poin terakhir adalah bahwa ketaatan koalisi Saudi pada gencatan senjata dan, jika mungkin, perpanjangannya tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan dan kemauan negara-negara besar.

Utusan khusus PBB Hans Grundberg menekankan bahwa perjanjian itu tidak akan mungkin terjadi tanpa dukungan internasional dan regional. Menurutnya, untuk melaksanakan gencatan senjata ini dengan berhasil dan bergerak ke tahap berikutnya penting bahwa dukungan ini harus berkelanjutan dan terus berlanjut.(sl)

Tags