Setelah Kordahi, Apakah Lebanon akan Tunduk pada Saudi ?
Menteri Informasi Lebanon George Kordahi hari Jumat (3/12/2021) mengumumkan pengunduran dirinya, dan mengatakan mungkin keputusan ini dapat memulihkan hubungan Lebanon dan Arab Saudi.
Stasiun televisi Al Mayadeen, Jumat melaporkan, George Kordahi sebelumnya sudah menyampaikan permintaan pengunduran dirinya kepada Persiden Lebanon Michel Aoun, dan diterima.
Pada bulan Agustus 2021 lalu, sebulan sebelum diangkat menjadi Menteri Informasi Lebanon di kabinet Perdana Menteri Najib Mikati, George Kordahi dalam salah satu program acara televisi Al Jazeera, Qatar, menyebut agresi militer Arab Saudi ke Yaman sebagai perang yang tak berguna.
Kordahi menegaskan bahwa sebagaimana Hizbullah dan rakyat Palestina yang bangkit membela hak mereka di hadapan agresi rezim Zionis Israel, orang-orang Yaman juga memiliki hak untuk membela negaranya dari serangan asing.
Statemen George Kordahi ini kemudian diliput luas oleh media-media negara Arab kawasan, dan Arab Saudi menunjukkan reaksi keras serta tidak rasional. Riyadh langsung menarik Duta Besarnya dari Beirut, dan memberikan waktu 48 jam kepada Dubes Lebanon untuk meninggalkan negara itu.
Seteleh ditelusuri ternyata sumber kemarahan Saudi bukan semata-mata karena pernyataan George Kordahi seperti yang diberitakan media, di tengah-tengah statemennya, Kordahi menyinggung masalah yang berkaitan dengan Hizbullah Lebanon.
Nampaknya bagi Saudi semua pernyataan yang berhubungan dengan Hizbullah dan sikapnya dalam membela Lebanon, sulit sekali untuk diterima, terutama jika yang mengeluarkan pernyataan tersebut adalah seorang menteri dari kalangan Kristen, dan terang-terangan membela Hizbullah.
Oleh karena itu dalam rilis resminya ketika menanggapi pernyataan George Kordahi, pemerintah Saudi lebih menyerang Hizbullah daripada Kordahi sendiri, dan media-media negara itu secara masif melancarkan propaganda luas, dan tuduhan tak berdasar terhadap Hizbullah.
George Kordahi adalah menteri Lebanon kedua yang dalam setahun terakhir terpaksa mengundurkan diri karena statemennya yang dianggap merugikan Saudi.
Hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa Saudi tidak pernah menganggap Lebanon sebagai sebuah negara independen. Pasalnya, selain dengan lancang pernah menangkap dan menyandera mantan PM Lebanon Saad Hariri di Riyadh, pemerintah Saudi sekarang secara terbuka menunjukkan diri tidak bisa menerima statemen-statemen terkait dirinya, dan dukungan terhadap Hizbullah.
Pada kenyataannya, Arab Saudi telah melakukan langkah-langkah yang sangat arogan terhadap sebuah negara independen semacam Lebanon, dan telah menginjak-injak kedaulatannya.
Rezim Al Saud menganggap dirinya begitu menguasai Lebanon, sehingga pada Mei 2021 lalu memaksa Menteri Luar Negeri Lebanon kala itu Charbel Wehbe mengundurkan diri karena berkomentar soal teror terhadap kritikus pemerintah Riyadh, Jamal Khashoggi.
Di sisi lain, pengunduran diri George Kordahi dianggap sangat penting dari sisi waktu karena dilakukan menjelang lawatan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke beberapa negara Arab kawasan Teluk Persia termasuk Saudi.
Sebagaimana yang diakuinya sendiri, George Kordahi memutuskan mengundurkan diri demi kepentingan Lebanon dan rakyat negara ini.
Lebih dari itu, keputusan pengunduran diri George Kordahi dinilai untuk mencegah kelompok-kelompok pro-Barat di Lebanon, yang merupakan anasir bayaran Riyadh, serta penyebab utama kekacauan di Lebanon, seperti Gerakan 14 Maret, dan Partai Al Quwat Al Lubnaniya pimpinan Samir Geagea, untuk tidak memanfaatkan ketegangan Beirut-Riyadh. (HS)