Peringatan Tahun Kedua Ledakan Beirut; Awal Kebuntuan Politik Lebanon
4 Agustus 2022, peringatan tahun kedua ledakan mengerikan di Beirut. Insiden ledakan yang menewaskan lebih dari 200 orang dan menciderai 6.500 lainnya.
4 Agustus 2020 terjadi insiden ledakan terbesar di Lebanon dan pelabuhan Beirut menyaksikan ledakan yang dipicu oleh penyimpanan 2.750 ton bahan peledak amonium nitrat. Ledakan ini terjadi ketika Lebanon mengalami kondisi ekonomi terparah dan bahkan warga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan paling mendasar mereka. Ledakan ini selain mempeburuk kondisi ekonomi dan kehidupan warga Lebanon, juga meningkatkan ketidakpercayaan mereka terhadap pemerintah serta membuka kebuntuan politik yang terus berlanjut setelah dua tahun.
Setelah ledakan 4 Agustus, pemerinahan Hassan Diab terpaksa mengundurkan diri, sebuah skenario yang telah disusun kubu oposisi sejak lama, tapi belum pernah berhasil sebelum insiden ledakan Beirut. Setelah pengunduran diri Hassan Diab, tiga orang ditunjuk sebagai perdana menteri baru. Mustapha Adib, setelah satu bulan menyatakan tidak berhasil membentuk kabinet karena sabotase, Saad Hariri setelah delapan bulan ditunjuk, akhirnya mengundurkan diri dan kemudian digantikan oleh Najib Mikati.
Misi terpenting Mikati adalah menyelenggarakan pemilu parlemen baru, di mana pemilu ini berhasil digelar pada Mei 2022. Diharapkan dengan digelarnya pemilu parlemen, kebuntuan politik di Lebanon akan berakhir. Meski Najib Mikati berulang kali ditunjuk sebagai perdana menteri Lebanon, tapi setelah 40 hari, ia belum juga berhasil membentuk kabinet baru. Garis politik dua tahun terbaru Lebanon menunjukkan bahwa kubu anti-muqawama pertama-tama berusaha mencitrakan Hizbullah sebagai pihak bersalah di insiden ledakan Beirut, dan kemudian berusaha menjadikan kubu muqawama sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kebuntuan politik di negara ini. Dan upaya ini terus berlanjut.
Sekaitan dengan ini, Hizbullah Lebanon di tahun kedua peringatan ledakan Beirut di statemennya menyatakan, "Selama dua tahun lalu kami menyaksikan gelombang luas serangan media dan politik yang mencakup tudingan palsu yang berujung pada tensi internal yang berbahaya, dan hampir membuat kacau keamanan dan stabilitas nasional, tapi kami berhasil membungkam fitnah dan menutup setiap rute bagi mereka yang ingin mengobarkan perang saudara."
Peristiwa ini menunjukkan instabilitas politik dan sosial, dan bahkan ketidakamanan bukan saja demi keuntungan kubu anti-Hizbullah, tapi juga menguntungkan mereka yang memusuhi Lebanon. Hasutan sektarian telah meningkat dalam dua tahun terakhir karena persatuan nasional di Lebanon pada dasarnya tidak sesuai dengan kepentingan Zionis dan Amerika. Setelah dua tahun, kasus ledakan Beirut masih dalam kondisi ketidakpastian dan tidak ada berita keadilan karena mereka masih mencoba memanfaatkan kasus ini secara politis terhadap Hizbullah Lebanon.
Meski demikian, pemilu parlemen bulan Mei 2022 menunjukkan Hizbullah masih tercatat sebagai faksi paling terorganisir di negara ini, di mana dukungan rakyat adalah titik kuat faksi muqawama ini dan berbeda dengan rivalnya, Hizbullah memperioritaskan jaminan keamanan dan kepentingan nasional Lebanon. (MF)