Blokade Nablus, Kelemahan Zionis Menghadapi Perlawanan Palestina
Sebagai kelanjutan dari gerakan anti-Palestina, pasukan Zionis mengepung Nablus, sebelah utara Tepi Barat Sungai Yordan, dan menyebabkan gangguan pada penduduk daerah ini.
16 hari telah berlalu sejak pengepungan Nablus oleh tentara Pendudukan Quds. Dengan dalih meluasnya operasi perlawanan di Nablus dan kehadiran anggota kelompok perlawanan Arin Al-Aswad di kota ini, rezim Zionis benar-benar telah mengepung kota ini.
Selasa (25/10/2022) dini hari, pasukan unit khusus rezim Zionis menyerang kota Nablus di utara Tepi Barat, dan menewaskan sedikitnya lima warga Palestina, dua di antaranya adalah komandan Arin Al-Aswad.
Oleh karena itu, faktor utama di balik pengepungan Nablus adalah aktivitas kelompok Arin Al-Aswad di kota ini.
Berdirinya kelompok Arin al-Aswad yang muncul di kota Nablus di Tepi Barat selama dua bulan terakhir telah menyebabkan ketakutan rezim Zionis dari semakin menguatnya perlawanan di Tepi Barat dan tidak lagi terbatas hanya di Jalur Gaza.
Pembentukan kelompok ini menunjukkan bahwa perlawanan telah secara serius melintasi jalur Gaza dan mencapai wilayah Palestina lainnya dan tanah yang diduduki.
Arin Al-Aswad adalah kelompok perlawanan pemuda Palestina yang dibentuk di Nablus dan sekitarnya sebagai tanggapan atas kejahatan tentara dan pemukim Zionis terhadap warga Palestina, dan menargetkan tentara dan pemukim Zionis.
Elon Ben David, reporter surat kabar berbahasa Ibrani Maariv mengatakan dalam hal ini bahwa kelompok Arin Al-Aswad di Nablus bukan hanya mampu melakukan serangan dan operasi keras terhadap orang Israel, tetapi juga mendorong warga Palestina lainnya di Tepi Barat dan bahkan Quds untuk melakukan operasi melawan Zionis.
Sebagai kelanjutan dari gerakan anti-Palestina, pasukan Zionis mengepung Nablus, sebelah utara Tepi Barat Sungai Yordan, dan menyebabkan gangguan pada penduduk daerah ini.
Dia mengatakan bahwa kelompok ini telah menjadi kelompok perlawanan berpengalaman dalam waktu singkat, sejauh operasinya lebih efektif daripada kelompok perlawanan terkenal lainnya, dan sekarang kelompok ini telah menjadi ancaman bagi keberadaan rezim Zionis Israel.
Rezim Zionis, yang telah mengepung penuh Jalur Gaza sejak 2006, juga telah mengepung Nablus untuk berurusan dengan Arin Al-Aswad. Dengan mengepung Nablus, militer Zionis Israel menekan penduduk kota ini untuk mencegah operasi perlawanan.
Di bawah bayang-bayang ketidakpedulian masyarakat internasional dan Eropa yang disibukkan dengan api protes rakyat, rezim Zionis telah mengintensifkan serangannya terhadap warga Palestina di Tepi Barat, sama seperti mereka telah mengepung Jalur Gaza selama 16 tahun, karena sikap diam dan dukungan Barat, sehingga telah mengubahnya menjadi penjara terbuka terbesar di dunia.
Pengepungan Nablus terutama menunjukkan ketidakmampuan rezim Pendudukan Quds dalam menghadapi gelombang baru perlawanan Palestina.
Merujuk pada gelombang perlawanan baru di Tepi Barat, Ziyad Al-Nakhalah, Sekjen Gerakan Jihad Islam Palestina berpendapat bahwa pengepungan Nablus menunjukkan ketidakmampuan Zionis Israel menghadapi gelombang ini.
Poin penting lainnya adalah bahwa masyarakat internasional lebih memilih sikap diam terkait pengepungan Nablus, padahal kejahatan rezim Zionis ini adalah contoh hukuman kolektif warga Nablus.
Hazem Qassem, Juru Bicara Hamas menekankan bahwa kelanjutan pengepungan berarti kebijakan hukuman kolektif terhadap penduduk Nablus, dan menyebutnya sebagai tanda kegagalan sistem keamanan rezim ini untuk menangani intifada Palestina di Tepi Barat.(sl)