Operasi Perlawanan di Tepi Barat Meluas, Rezim Zionis Khawatir
(last modified Thu, 22 Jun 2023 15:33:03 GMT )
Jun 22, 2023 22:33 Asia/Jakarta
  • Helikopter Apache militer rezim Zionis Israel.
    Helikopter Apache militer rezim Zionis Israel.

Sumber-sumber media melaporkan pada Rabu (21/6/2023) pagi bahwa pasukan perlawanan Palestina melakukan 70 operasi perlawanan terhadap militer rezim Zionis Israel di Tepi Barat dalam 24 jam terakhir.

Menurut laporan ini, pasukan perlawanan Palestina menghadapi pasukan Zionis dengan menembakkan peluru tajam dan melemparkan paket bahan peledak ke arah mereka di berbagai wilayah Tepi Barat dan al-Quds yang diduduki.

Sebelumnya, Channel 7 rezim Zionis melaporkan terjadinya 124 operasi penembakan terhadap Zionis di Tepi Barat dan al-Quds pendudukan selama sebulan terakhir (Mei).

Selama bulan April, menyusul bentrokan di Tepi Barat, tiga orang Zionis tewas dan 41 lainnya terluka. Insiden ini juga merenggut nyawa 11 warga Palestina.

Di antara operasi tersebut, dua operasi yang berlangsung pada hari Senin dan Selasa adalah yang paling sukses. Operasi perlawanan pada hari Senin dianggap sebagai titik balik perjuangan rakyat Palestina di Tepi Barat, dan ada kabar terjadinya perubahan fundamental dalam perjuangan di daerah ini.

Pada hari Senin, 19 Juni 2023, sebuah operasi dilakukan di dekat kamp pengungsi Palestina di Jenin. Pada hari Senin dini hari, kelompok perlawanan Palestina menyergap sebuah kendaraan lapis baja yang membawa tentara rezim Zionis di lingkungan Al Jabriyat di kota Jenin.

Penyergapan ini dimulai dengan ledakan bom rakitan, dan ketika pengangkut personel lapis baja rezim Zionis berhenti karena ledakan tersebut, pasukan perlawanan melepaskan tembakan ke arah pasukan Israel.

Pengangkut personel lapis baja rezim Zionis memasuki daerah itu untuk membantu tentara yang terjebak dalam penyergapan perlawanan, tetapi pada saat yang sama, enam pengangkut personel lapis baja rezim Zionis dihantam bom rakitan para pejuang Palestina. Pasukan Zionis yang tiba-tiba terkejut dengan kondisi ini, meminta bantuan dan menggunakan helikopter serbu Apache untuk membantu tentara yang terjebak dalam penyergapan perlawanan.  

Pemukim Zionis tewas dalam penembakan di dekat pemukiman ilegal Eli antara Nablus dan Ramallah, 20 Juni 2023

Dengan menonton video ledakan bom yang terjadi di jalur kendaraan lapis baja tentara Israel, terlihat bahwa untuk operasi ini, dua alat peledak digunakan secara bersamaan. Cara ini merupakan taktik efektif dalam operasi peledakan yang sebelumnya digunakan oleh Hizbullah dalam perang Juli 2006 melawan pasukan rezim Zionis.

Ciri khas dari operasi penyergapan ini adalah, tidak seperti operasi mati syahid yang berakhir dengan pelaksanaan operasi dan gugur, namun sebaliknya, setelah penyergapan, lalu dilakukan penyerangan kedua terhadap musuh. Artinya, perancang penyergapan ini bermaksud untuk mencapai tujuan baru dalam serangan keduanya.

Ketika tentara Zionis belum pulih dari kekalahan yang memalukan dalam operasi mendadak di Jenin, kini mereka harus menghadapi operasi bersenjata lainnya di utara Ramallah yang menarget milisi pemukim Zionis. Dalam operasi perlawanan ini, 4 milisi pemukim Zionis tewas dan 7 lainnya terluka. Dalam hal ini, ada tiga orang ikut serta dalam operasi itu, yang salah satunya adalah anggota Hamas.

Operasi pada Senin dan Selasa di Jenin dan utara Ramallah merupakan titik transisi dari operasi individu ke operasi kolektif di Tepi Barat. Perlawanan di Jalur Gaza beroperasi secara kolektif dan berkelompok, tetapi perlawanan di Tepi Barat adalah masih perorangan hingga terjadinya operasi di Jenin. Dengan demikian, operasi baru-baru ini adalah perpindahan dari situasi individu ke situasi kolektif, yang dianggap sebagai perubahan besar di Tepi Barat.

Berdasarkan perkembangan ini, dapat dikatakan bahwa Tepi Barat berjalan dengan cara yang sama seperti di Gaza, dan menurut rezim Zionis sendiri, jika mereka berhasil membuat roket, maka perimbangannya pasti akan berubah.

Taktik yang telah diadopsi militer Zionis dalam perang dengan pasukan perlawanan selama tiga dekade terakhir, dan pengiriman tentara untuk berpatroli di posisi perlawanan telah kehilangan keefektifannya hari ini. Setiap langkah yang salah dapat merenggut nyawa tentara Israel, dan ini adalah hal yang oleh pakar Zionis dan media Israel mengakuinya. Menurut pakar Zionis, gambaran peristiwa di Jenin benar-benar mengingatkan pada sabuk keamanan dan hari-hari menyakitkan di Lebanon selatan.

Menurut para pakar, penyatuan medan dan konflik di beberapa front, yang telah berubah menjadi mimpi buruk bagi rezim Zionis dalam beberapa tahun terakhir, kini sedang terjadi, dan jika Benjamin Netanyahu dan mitra koalisinya, termasuk Itamar Ben-Gvir, mengedepankan rencana untuk membagi Masjid al-Aqsa dari sisi waktu dan tempat, maka Israel akan menghadapi ruang lingkup yang lebih besar dari perlawanan, bahkan tindakan itu akan meningkatkan kemungkinan Gaza dan Hizbullah dan bahkan kelompok-kelompok lain memasuki pertempuran melawan rezim Zionis, sebab Masjid al-Aqsa dianggap sebagai garis merah untuk semua rakyat Palestina, Muslim dan Arab, terutama Kelompok-kelompok Perlawanan. (RA)

Tags