Transformasi Asia Barat, 12 Agustus 2023
-
Mohammad bin Salman dan Joe Biden
Perkembangan di negara-negara Asia Barat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti; Saudi Minta Langkah-Langkah Besar untuk Damai dengan Israel
Selain itu, masih ada isu penting lainnya seperti;
- Mantan Direktur Mossad: Kabinet Netanyahu Hancurkan Mimpi Israel
- Irak: ISIS sudah Bukan Ancaman Lagi
- Hamas: Perlawanan, Isu Bersama Palestina
- Assad: Hubungan dengan Iran, Bukti Suriah Tahu Siapa Kawannya
- Melalui Telepon, Haniyeh dan Abbas Bicarakan Rekonsiliasi Palestina
- Yaman: AS dan Inggris Berusaha Memperpanjang Perang di Yaman
- Netanyahu: Kami Tak Mau Korbankan Keamanan Israel demi Saudi
Saudi Minta Langkah-Langkah Besar untuk Damai dengan Israel
Media Rezim Zionis mengungkapkan bahwa pemerintah Arab Saudi, dalam pesannya untuk Israel dan Amerika Serikat mengatakan, Riyadh meminta langkah-langkah besar untuk mencapai kesepakatan normalisasi dengan Tel Aviv.

Stasiun televisi Rezim Zionis, KAN, Rabu (9/8/2023) melaporkan kekhawatiran para pejabat keamanan Israel, dan tuntutan-tuntutan Arab Saudi.
Analis politik Israel, Gili Cohen menjelaskan, "Instansi keamanan dan militer Israel, mengamati serius perundingan pemerintah AS, dan pejabat senior Saudi, mereka cemas dengan kemungkinan transaksi senjata Riyadh dan Washington, pasalnya mereka percaya dominasi militer di kawasan akan terampas dari Israel."
Ia menambahkan, "Saudi dalam beberapa minggu terakhir mengirim pesan ke AS dan Israel, yang di dalamnya negara itu menegaskan tidak menginginkan mainan anak-anak, dan langkah-langkah kecil dalam normalisasi, sebaliknya Riyadh menginginkan langkah-langkah penting."
Gili Cohen meyakini bahwa Riyadh, berusaha mendapatkan paket besar yang meliputi senjata, dan jaminan terkait masalah sosial serta hukum bagi Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Analis politik Israel ini menegaskan bahwa jika Arab Saudi mendapatkan senjata canggih dari AS, maka dominasi militer Israel secara kualitas di kawasan akan hilang.
"Selain kepada Arab Saudi, senjata-senjata canggih AS, ini juga harus diberikan kepada Israel," pungkas Gili Cohen.
Mantan Direktur Mossad: Kabinet Netanyahu Hancurkan Mimpi Israel
Mantan Dinas intelijen Rezim Zionis, Mossad mengatakan bahwa kabinet pimpinan Benjamin Neyanyahu menghancurkan Israel.
Menurut laporan surat kabar Zionis Yedioth Ahronoth, Tamir Pardo, mantan Direktur Mossad dalam pidato terbarunya hari Selasa (8/8/2023) mengkritik keras kinerja kabinet Perdana Menteri rezim Zionis, Benjamin Netanyahu, dan mengatakan bahwa kabinet ini akan menghancurkan Israel.

"Orang bertanya-tanya bagaimana Israel menghancurkan dirinya sendiri dengan tangannya," ujar Pardo.
Mantan Direktur Mossad mengungkapkan beberapa hari yang lalu bahwa Israel tidak memiliki masa depan karena RUU reformasi yudisial yang sedang diterapkan oleh Benjamin Netanyahu, dan akan mengarahkan menuju kehancuran," tegasnya.
Menyusul pengesahan rancangan undang-undang reformasi yudisial, krisis dan perpecahan di tingkat politik dan massa Israel dan tentara rezim Zionis telah meningkat dan mendorong rezim ini ke jurang kehancuran.
Kekhawatiran kemungkinan perang saudara, jika kabinet yang berkuasa tidak mematuhi keputusan Mahkamah Agung, mencakup wilayah pendudukan, dan kepala aparat keamanan dan tentara Zionis sedang mempertimbangkan jalan keluar dari krisis ini mencegah keruntuhan total Israel.
Irak: ISIS sudah Bukan Ancaman Lagi
Juru bicara Unit Kontra Terorisme Irak, CTS mengatakan, kelompok teroris ISIS, sudah bukan ancaman lagi bagi keamanan nasional Irak, dan kelompok ini telah menerima pukulan telak.
Sabah Al Numan, Selasa (8/8/2023) malam dalam wawancara dengan salah satu stasiun televisi Mesir menuturkan, dari sudut pandang pasukan Irak, dan CTS, kelompok teroris Takfiri, ISIS sudah bukan ancaman besar lagi, dan tidak membahayakan keamanan nasional Irak.

Ia menambahkan, "Kelompok teroris ISIS menderita kerugian yang besar, dan sudah kehilangan kemampuan memimpin, serta kekurangan logistik dan keuangan."
Menurut Sabah Al Numan, apa yang ada di Irak saat ini adalah kelompok-kelompok teroris yang bersembunyi di daerah-daerah terpencil dan terjal, di gunung-gunung, dan mereka tidak dibiarkan bersembunyi dengan mudah.
"Pemimpin ISIS beberapa hari lalu tewas di Suriah, dan peristiwa ini membuktikan bahwa ISIS sudah kehilangan kemampuan tempur dan komandonya. Kehadiran ISIS di Suriah, dan di wilayah-wilayah yang tidak dikuasai pasukan Damaskus, menunjukkan ketidakmampuan ISIS, dan bukti kehancuran kelompok teroris ini," imbuhnya.
Kelompok teroris Takfiri ISIS, pada Juni 2014 memulai penyerbuan luasnya di Irak, dan berhasil merebut kontrol kota Mosul serta Tikrit, lalu dengan cepat menguasai sepertiga wilayah Irak.
Hamas: Perlawanan, Isu Bersama Palestina
Anggota senior Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengatakan bahwa perlawanan menjadi isu bersama kelompok-kelompok Palestina yang sedang menghadapi tantangan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Osama Hamdan, anggota senior gerakan Hamas dalam sebuah wawancara dengan Jaringan Al-Aqsa hari Rabu (9/8/2023) mengatakan, "Pada pertemuan di Kairo, masalah Palestina menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan di di bawah bayang-bayang kabinet fasis Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri rezim Zionis, harus dibuat keputusan bersama mengenai Palestina,".

Dalam konsultasi dengan sekretaris jenderal kelompok Palestina di Kairo, Hamdan menegaskan, "Kami memperhatikan segala bentuk perlawanan dan menenkan pihak manapun yang mencegah segala bentuk perlawanan,".
"Gerakan ini bangga dengan perlawanan di Tepi Barat Sungai Yordan," ujar Hamdan..
"Tanggung jawab nasional kami adalah memperkuat semua faktor perluasan perlawanan di Tepi Barat, dan siapa pun yang mencegah atau menentang senjata perlawanan di Tepi Barat adalah pengkhianat," tegasnya.
Sebelumnya, delapan kelompok Palestina dalam pernyataan bersama meminta Otoritas Palestina menghentikan penahanan politik warga Palestina di Tepi Barat.
Beberapa pejuang Palestina, seperti Murad Waleed Malashieh dan Mohammad Waleed Brahmah dari Jenin, masih berada di penjara, meski pengadilan memutuskan mereka harus segera dibebaskan.
Assad: Hubungan dengan Iran, Bukti Suriah Tahu Siapa Kawannya
Presiden Suriah memprotes langkah Turki di wilayah negaranya, dan mengatakan, hubungan Suriah dengan Rusia dan Iran, membuktikan bahwa Damaskus tahu bagaimana memilih kawan secara benar.

Dalam wawancara dengan stasiun televisi Sky News, Rabu (9/8/2023) Bashar Assad menuturkan, "Turki adalah salah satu negara tetangga kami, tentu saja kami ingin memulihkan hubungan dengan mereka."
Ia menambahkan, "Sejak awal sudah saya katakan Suriah bukan negara superpower, dan kami tidak pernah mengatakan mampu berperang melawan dunia, maka dari itu hal yang wajar ketika kami meminta bantuan kawan-kawan kami, karena kami membutuhkan dukungan mereka."
Menurut Bashar Assad, perlawanan dari negara-negara sahabat memberikan dampak penting dalam kelanjutan eksistensi Suriah. Akan tetapi negara-negara sahabat tidak boleh menggantikan Suriah dalam perang, karena keberlangsungan eksistensi yang hakiki adalah milik rakyat.
Ditanya apakah Suriah pernah menerima usulan untuk menormalisasi hubungan dengan Rezim Zionis, Assad menegaskan, "Sama sekali tidak pernah, karena mereka mengetahui sikap kami sejak dimulainya perundingan damai tahun 1990."
Ia menegaskan, "Kenyataannya adalah pasukan Suriah selalu menjadi sasaran serangan dengan dalih kehadiran Iran, dan kondisi ini akan terus berlanjut selama Israel musuh kami."
Menhan Lebanon Selamat dari Upaya Teror
Sumber media Lebanon, mengabarkan kendaraan yang ditumpangi Plt Menteri Pertahanan negara ini di Beirut, menjadi sasaran penembakan, namun Menhan selamat dari upaya pembunuhan itu.
Dikutip situs El Nashra, Menhan Lebanon, Maurice Sleem, Kamis (10/8/2023) siang menjadi sasaran upaya pembunuhan saat berada di dalam kendaraannya di Beirut.
Beberapa orang tak dikenal di wilayah Jisr El Bacha, kota Beirut, menembaki kendaraan yang ditumpangi Menhan Lebanon yang tengah melintas di wilayah itu.
Upaya mereka untuk meneror Menhan Lebanon, gagal, dan Maurice Sleem mengatakan dirinya selamat, namun kaca belakang mobilnya pecah terkena peluru kelompok tak dikenal itu.
Sehari sebelumnya Hizbullah mengumumkan, sebuah truk milik kelompok ini diserang kelompok bersenjata, dan salah satu anggotanya gugur setelah mengalami luka parah.
Usai kontak senjata antara pasukan Hizbullah, dan kelompok penyerang, aparat keamanan Lebanon, diterjunkan ke lokasi, dan mencegah penyerang mendekat ke truk Hizbullah.
Pada saat yang sama, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengumumkan dimulaianya penyelidikan terkait insiden penyerangan tersebut, dan meminta seluruh pihak menahan diri.
Melalui Telepon, Haniyeh dan Abbas Bicarakan Rekonsiliasi Palestina
Kepala Biro Politik Gerakan Hamas Ismail Haniyeh dan Pemimpin Otoritas Ramallah Mahmoud Abbas melakukan percakapan telepon untuk membahas proses rekonsiliasi nasional pada Kamis (10/8/2023) malam.
Menurut kantor berita resmi Palestina, Wafa, Haniyeh dan Abbas membahas pertemuan para pemimpin Palestina baru-baru ini.
Sebelumnya, para pemimpin kelompok-kelompok Palestina menggelar pertemuan di Kairo dan membentuk komite yang terdiri dari kelompok-kelompok Palestina dengan tujuan mengevaluasi tindak lanjut proses persatuan dan rekonsiliasi nasional.
Haniyeh dan Abbas menekankan perlunya pembentukan komite untuk mengupayakan proses persatuan di antara kelompok-kelompok Palestina guna mewujudkan posisi nasional dan bersama untuk menghadapi ancaman di Palestina yang diduduki rezim Zionis Israel.
Di antara topik yang dibahas Haniyeh dan Abbas adalah masalah kamp Ain Al-Hilweh di Lebanon, upaya diplomatik pihak Palestina dan Lebanon untuk menstabilkan gencatan senjata dan pengembalian bertahap keluarga pengungsi ke kamp serta masalah bantuan untuk membangun kembali kerusakan infrastruktur di kamp ini.
Para pemimpin kelompok-kelompok Palestina bertemu pekan lalu di al-Alamain (El Alamein), Mesir. Delegasi Hamas dan Fatah telah bertemu sebelum dimulainya pertemuan para pemimpin kelompok Palestina di Kairo.
Pertemuan sekjen kelompok-kelompok Palestina digelar di bawah kepemimpinan Abbas ketika Gerakan Jihad Islam sebelumnya mengumumkan tidak akan hadir.
Yaman: AS dan Inggris Berusaha Memperpanjang Perang di Yaman
Menteri Pertahanan pemerintah penyelamatan nasional Yaman, Muhammad Nasser Al-Atifi seraya mengkritik sabotase Amerika dan Inggris di perundingan damai mengatakan, tujuan kedua negara ini memperpanjang perang dan blokade Yaman.
Seperti dilaporkan FNA, al-Atifi seraya menekankan bahwa bangsa Yaman hari ini lebih siap dari sebelumnya untuk perang menyeluruh demi membebaskan negaranya, menambahkan, " Kami mengikuti masalah yang disebabkan oleh intervensi AS dan Inggris dalam urusan Yaman. Terutama mengenai gangguan di jalur perdamaian dan masalah kemanusiaan."
Seraya menjelaskan bahwa perdamaian yang terhormat harus disertai dengan kekuatan dan kehormatan, al-Atifi mengungkapkan, "Negara-negara agresor sampai pada kesimpulan bahwa mereka harus menghormati kedaulatan nasional kami."
Ali al-Qahum, anggota Biro Politik Ansarullah Yaman beberapa waktu lalu menekankan kelanjutan perundingan dengan Riyadh, dan mengatakan bahwa perundingan dengan Riyadh masih berlanjut, dan mediator Oman sedang mencoba untuk membuat kemajuan dalam negosiasi.
Arab Saudi dengan dukungan Amerika Serikat, Uni Emirat Arab (UEA) dan sejumlah negara lain melancarkan agresi militer ke Yaman sejak Maret 2015 dan memblokade total negara ini dari darat, udara dan laut.
Perang yang dikobarkan Arab Saudi dan sekutunya di Yaman sampai saat ini telah menewaskan dan melukai ratusan ribu orang serta memaksa lebih dari empat juta warga Yaman mengungsi.
Netanyahu: Kami Tak Mau Korbankan Keamanan Israel demi Saudi
Perdana Menteri Rezim Zionis mengatakan dirinya tidak bersedia mengorbankan keamanan Israel, demi mencapai kesepakatan normalisasi hubungan dengan Arab Saudi.
Dikutip stasiun televisi i24NEWS, Senin (7/8/2023) Netanyahu mengaku optimis hubungan Israel dan Saudi bisa diperkuat, akan tetapi ia menegaskan tidak bersedia mengorbankan keamanan Israel, demi kesepakatan dengan Saudi.

"Menurut saya, kami sedang berada di ambang sebuah titik balik penting dalam sejarah, saya optimis dengan kesepakatan normalisasi dengan Saudi, tapi saya tidak bisa menjamin kesepakatan semacam ini akan tercapai," paparnya.
PM Rezim Zionis mengklaim, bahkan tanpa kesepakatan damai resmi, normalisasi hubungan ekonomi antara Israel dan Saudi akan terjadi.
Pada saat yang sama Netanyahu mengakui terdapat sebuah koridor ekonomi energi, transportasi dan komunikasi yang secara alami tengah bekerja di seluruh wilayah geografis dunia, mulai dari Asia hingga ke Semenanjung Arab, dan Eropa.
"Selain itu, saya merasa, terlepas dari apakah kami akan mencapai perdamaian resmi dengan Saudi atau tidak, kami akan tetap menjalin kerja sama ini," ujarnya.
Netanyahu menegaskan, "Kesepakatan normalisasi dengan Saudi memiliki dampak ekonomi yang besar bagi para investor, jika Saudi saat ini masih teguh dengan syarat-syaratnya, saya juga akan menetapkan syarat, tapi saya tidak bisa menjamin."