Apakah Tepi Barat akan Membantu Gaza?
Beberapa hari telah berlalu sejak operasi kejutan Badai Al-Aqsa, rezim Zionis melakukan kejahatan perang sesuai prinsip dan hukum internasional dengan membombardir pemukiman dan wilayah sipil di Gaza dengan tujuan menciptakan keseimbangan korban manusia dan mengintensifkan blokade Gaza serta memutus pasokan air dan makanan ke lebih dari dua juta penduduk di Jalur Gaza
Akibat serangan udara rezim Zionis, hampir 5.000 penduduk Gaza gugur syahid atau terluka, di mana sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan dan sejauh ini tidak ada wajah spesifik dari anggota Hamas atau kelompok perlawanan lainnya yang teridentifikasi.
Salah satu alasannya kerena sebagian besar anggotanya berada di garis depan pertempuran dalam operasi Badai al-Aqsa, atau mereka berada di belakang medan pertempuran memberikan bantuan dan sepenuhnya siap untuk menyerang.
Oleh karena itu, jika mungkin untuk membuat rekor atas nama rezim Zionis selama operasi Badai Al-Aqsa, maka catatan tersebut adalah bahwa rezim Zionis telah berhasil meningkatkan jumlah warga Palestina yang terluka menjadi lebih dari 4.000 orang lewat pemboman besar-besaran dengan menjatuhkan lebih dari 1.000 ton bom dalam waktu tiga hari.
Dengan demikian, korban di pihak Palestina yang terluka tampak melampaui jumlah warga Zionis yang cedera dan pada saat yang sama berusaha meningkatkan jumlah kematian warga Palestina guna melampaui jumlah Zionis yang tewas.
Namun yang menarik sampai saat ini adalah rezim Zionis belum mampu menangkap satu pun pasukan tempur Palestina hingga saat ini.
Sementara dengan menangkap lebih dari 150 tentara Israel, Hamas mampu mencatat keberhasilan dan kemenangan terbesar dalam 75 tahun terakhir sejarah rezim Zionis, di mana tentara Arab belum berhasil mencapai rekor seperti itu dalam perang sebelumnya.
Kelanjutan proses ini dapat berujung pada berlanjutnya dan eskalasi perang bahkan perluasan cakupannya ke luar Gaza.
Beberapa hari telah berlalu sejak operasi kejutan Badai Al-Aqsa, rezim Zionis melakukan kejahatan perang sesuai prinsip dan hukum internasional dengan membombardir pemukiman dan wilayah sipil di Gaza dengan tujuan menciptakan keseimbangan korban manusia dan mengintensifkan blokade Gaza serta memutus pasokan air dan makanan ke lebih dari dua juta penduduk di Jalur Gaza
Karena sebelum ini, kelompok perlawanan, termasuk Hizbullah, telah mengancam bahwa mereka tidak akan tinggal diam jika terjadi serangan darat tentara Zionis ke Gaza dan akan memasuki Wilayah Pendudukan Palestina dari utara.
Pada praktiknya, Hizbullah Lebanon tidak berbohong dan serius untuk mengeksekusi ancamannya. Kenyataan ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rezim Zionis tidak melancarkan perang darat terhadap Gaza meskipun telah menyatakan keadaan perang dan memanggil pasukan cadangan.
Dalam situasi seperti ini, ketika kelompok-kelompok ini melihat bahwa rezim Zionis, alih-alih melakukan serangan militer besar-besaran ke Gaza, justru malah melakukan pembantaian warga sipil di Gaza dan menambah jumlah korban warga Palestina setiap harinya, maka mereka akan kembali mengambil tindakan yang lebih serius.
Berdasarkan hal tersebut, kemungkinan terjadinya operasi baru di Tepi Barat tidak jauh dari perkiraan. Karena masyarakat dan kelompok perlawanan di Gaza setiap kali melihat rezim Zionis memperketat ruang terhadap warga Tepi Barat dan menyerang Masjid Al-Aqsa, mereka segera berusaha menghilangkan tekanan dari masyarakat Tepi Barat dengan melancarkan serangan.
Sebaliknya, kini tekanan dan serangan rezim Zionis terfokus di Gaza, terdapat harapan dan kemungkinan bahwa masyarakat dan kelompok perlawanan di Tepi Barat akan melakukan hal yang sama, bertindak dan membantu masyarakat Gaza.(sl)