Ketakutan Israel atas Kejutan yang Dibawa Hizbullah
Di saat elit Zionis masih dilanda kekhawatiran atas sikap cerdas Sayid Hasan Nasrullah, sekjen Hizbullah Lebanon terkait perkembangan saat ini di Lebanon dan Palestina, Mantan PM Israel, Ehud Barak menyatakan bahwa Nasrullah sangat cedas dan mungkin Israel akan dikejutkan dengan sebuah langkah darinya.
Ehud Barak yang mantan perdana menteri Israel ini menekankan pada dasarnya tidak menguntungkan Israel terlibat dalam dua front dengan Hizbullah dan Gaza secara bersamaan.
Seorang mantan pejabat Shin Bet terkait pidato terbaru Sayid Hasan Nasrullah merekomendasikan dinas keamanan Israel untuk mengkaji dengan teliti dan serius pidato terbaru sekjen Hizbullah.
Oliver Levy, pengamat Arab di TV Kan Israel menyatakan bahwa meremehkan pidato Sayid Hasan Nasrullah dilarang; Khususnya setelah peristiwa 7 Oktober, yakni hari ketika muqawama Palestina melancarkan operasi Badai Al Aqsa. Ia menekankan, pidato yang sampaikan Sayid Hasan Nasrullah hari Jumat sejatinya sebuah ancaman yang samar-samar.
Moshe Shlonsky, salah satu mantan komandan militer Israel menjelaskan, Israel berada di bawah tekanan pidato Nasrullah, dan kondisi histeris sebelum pidatonya terasa dimana-mana.
Media-media Israel seraya mengisyaratkan pidato sekjen Hizbullah menyebutkan bahwa apa yang terjadi adalah ketenangan sebelum badai, dan setelah pidato ini kondisi bisa berubah.
Sayid Hasan Nasrullah hari Jumat (3/11/2023) menyampaikan pidatonya yang menurut media-media Eropa sekitar 4 juta orang menanti pidato tersebut, dan 500 jejaring televisi dan televisi satelit meminta ijin siarang langsung.
Ratusan ribu warga Lebanon di seluruh wilayah negara ini bersamaan dengan pidato Jumat sore Sayid Hasan Nasrullah menyaksikan pidato yang membahas transformasi perang di Gaza, konflik terbaru muqawama Lebanon dengan musuh Zionis di kawasan perbatasan Lebanon dan bumi pendudukan.
Sekjen Hizbullah seraya menyampaikan sebuah pandangan teliti dan menyeluruh tentang perang Gaza, pertama-tama menyebutkan faktor-faktor pemicu perang ini, dan kemudian dampaknya dalam beberapa poin.
Upaya untuk membangungkan hati nurani negara-negara Arab, menghancurkan blokade syaraf perang Gaza, dan pembentukan front anti-Zionis, solidaritas lebih besar faksi muqawama dan mengenalkan Amerika sebagai pemimpin perang Gaza, mengambil strategi samar-samar dan menentukan cakrawala interaksi Hizbullah dengan perkembangan di masa depan, termasuk poin-poin tersebut.
Dalam pidatonya, Sayid Hasan Nasrullah menegaskan ketakutan Zionis bahwa pertempuran di front utara akan berkobar dan menunjukkan bahwa kebijakan Hizbullah adalah perluasan cakupan konflik yang diperhitungkan dan disengaja berdasarkan perkembangan kedepan, bukan berdasarkan emosi epik. Pandangan realistis terhadap perkembangan tersebut menunjukkan bahwa segala jenis respons yang dilakukan Hizbullah pada saat tentara Israel dan otoritas politik Amerika serta rezim Zionis berada dalam siaga tertinggi mungkin tidak akan memberikan hasil yang diinginkan, dan peristiwa khusus selalu terjadi ketika tidak ada yang mengharapkan hal itu terjadi.
Di sisi lain, Sayid Hasan Nasrullah dalam pidatonya hari Jumat melemparkan bola berlanjutnya perang dan merembetnya perang di kawasan ke lapangan Amerika dan Israel, dan dampaknya bagi mereka, serta membangun atmosfir bahwa represi asing dan internal terhadap Netanyahu akan meningkat dan peluang kejatuhannya terbuka lebar.
Friksi internal di bumi Palestina pendudukan setelah terbentuknya pemerintahan ekstrim Netanyahu semakin mendalam dan luas, di mana potensi kehancuran rezim ilegal ini dari dalam semakin kuat. Setelah perang Gaza, untuk sementara friksi ini terlupakan, tapi sepertinya seiring dengan menurunnya konflik, friksi ini kembali mencuat dan akan melebar, khususnya bahwa perang ini menimbulkan kritikan lain kepada Netanyahu baik dari sisi operasi Badai Al Aqsa yang mengejutkan, atau karena terbunuhnya tawanan Israel, atau karena kejahatan perang dan agitasi opini publik dunia anti-Israel. (MF)