Gerbang yang Terbuka Menuju Kemenangan Perlawanan Palestina
(last modified Thu, 23 Jan 2025 05:25:20 GMT )
Jan 23, 2025 12:25 Asia/Jakarta
  • Gerbang yang Terbuka Menuju Kemenangan Perlawanan Palestina

Perjanjian gencatan senjata antara rezim Zionis dan gerakan Hamas menunjukkan bahwa perlawanan Palestina mampu membuat musuh bertekuk lutut yang terjadi ketika persenjataannya minim, dan keseimbangan militer tidak mendukungnya.

Pakar politik Saadallah Zarei menulis dalam sebuah analisisnya menulis, "Hamas menentukan tahanan mana yang dibebaskan dan kapan... Keseimbangan perang dengan Hamas sama sekali tidak memuaskan, dan Israel berada dalam situasi yang mengerikan."

Ini adalah bagian dari artikel Amos Harel yang dimuat surat kabar Haaretz, dan ini adalah laporan paling objektif tentang apa yang terjadi Minggu malam lalu, setelah 471 hari perang di Gaza.

Menurut Pars Today, kondisi ini sangat rapuh dan mengerikan bagi rezim kriminal yang melancarkan perang panjang ini, sehingga Gideon Sa'ar, menteri luar negeri rezim Zionis mengklaim bahwa gencatan senjata di Jalur Gaza bersifat sementara!

Lebih jauh lagi, apakah perjanjian ini mengakhiri perang ini atau apakah Israel melanjutkan perang dengan atau tanpa dalih setelah fase pertama, kedua, atau ketiga gencatan senjata. Hal ini tidak akan mengubah persamaan strategis bahwa “Israel tidak mampu mewujudkan tujuannya membebaskan sandera perang. 

Setelah 471 hari berperang di wilayah sempit, ia dipaksa duduk mengelilingi meja di negara yang mendukung Hamas  dan menandatangani perjanjian pertukaran tahanan yang tidak setara, dan menyetujui pelaksanaannya.

Lebih dari ini jelas pihak mana yang kalah dalam perang. Menariknya, pada tanggal 1 Januari, tepat sebulan yang lalu, Benjamin Netanyahu, yang memicu perang Gaza, menyatakan untuk kesekian kalinya, "Perang di Gaza tidak akan berakhir tanpa menghancurkan Hamas." Namun ketika Perdana Menteri rezim kriminal Israel mengucapkan terima kasih kepada Biden atas upayanya mencapai kesepakatan, itu berarti kesepakatan belum tercapai dengan pemboman dan penghancuran yang dilakukan Israel.

Hamas menunjukkan selama gencatan senjata bahwa mereka mengambil inisiatif. Demikian pula, sejak dimulainya Penyerbuan Badai Al-Aqsa hingga hari perjanjian gencatan senjata, inisiatif militer berada di tangan Hamas. Kekuatan perlawanan bersenjata Hamas dan perlawanan sipil penduduk Gaza membuat taktik tentara Israel tidak efektif. Oleh karena itu, Smotrich, seorang anggota senior kabinet Israel pada hari gencatan senjata dimulai, mengatakan, "Jika masalah ini berakhir di sini, Israel akan menderita kekalahan yang mengerikan dan besar."

Faktanya, perjanjian gencatan senjata antara AS dan Israel terjadi pada saat tentara Israel menemui jalan buntu melawan Hamas dan Jihad Islam. Manuver massal, bersenjata, dan bermotor yang dilakukan Hamas pada jam-jam awal setelah gencatan senjata dimulai sangatlah bermakna dan sangat menyakitkan bagi rezim Israel.

Radio Israel menyinggung gelombang orang dan kehadiran besar pasukan Hamas yang bersenjata di antara gelombang orang-orang yang bahagia, melaporkan,"Hamas yang tidak kehilangan kendali atau dominasi atas bagian mana pun dari Jalur Gaza pada titik mana pun selama perang, menggunakan jam-jam ini untuk memperkuat dan mengintensifkan kendali dan kedaulatannya.

Setelah lebih dari 15 bulan perang, Israel gagal menumbangkan kekuasaan Hamas atas Gaza dan mencari penggantinya. Bagaimana mungkin kendaraan militer Hamas masih ada di Jalur Gaza setelah sekian lama? Ini benar-benar kekalahan militer Israel.(PH)