Lieberman: Kita Menyaksikan semakin Runtuhnya Politik Israel di dunia
-
Avigdor Lieberman
Pars Today - Ketua partai Yisrael Beiteinu rezim Zionis mengatakan pada Selasa malam: "Orang yang bertanggung jawab atas kegagalan 7 Oktober adalah orang yang sama yang bertanggung jawab atas meningkatnya keruntuhan politik Israel di dunia."
Menurut Pars Today, Avigdor Lieberman, Ketua partai Yisrael Beiteinu, seraya menekankan meningkatnya keruntuhan politik rezim Zionis akibat tindakan destruktif Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri rezim tersebut, mengatakan: "Semakin banyak negara yang berpikir untuk mengakui bencana yang disebut Negara Palestina."
Politisi Israel tersebut melanjutkan dengan menjelaskan bahwa banyak negara sedang mempertimbangkan untuk mengakui nama Negara Palestina, dan menunjuk Inggris, seraya menambahkan: "Salah satu negara tersebut adalah Inggris, yang merupakan anggota kunci dan penting Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) dan ingin mengakui Negara Palestina."
Pernyataan Avigdor Lieberman muncul di saat banyak pakar, terutama dari Barat, sedang membicarakan "awal dari berakhirnya era Netanyahu" dan "perpecahan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah pendudukan," yang merujuk pada gejolak internal Israel.
Terkait hal ini, surat kabar Guardian yang berbasis di London menulis dalam edisi terbarunya: Ancaman nyata bagi Israel adalah kelelahan dan kekecewaan di dalam negeri, bukan ancaman eksternal.
Laporan yang dipublikasikan dan opini analis juga menunjukkan bahwa kekalahan terbesar Israel setelah agresi terbarunya terhadap Iran, di samping kekalahan militer dan diplomatiknya di kancah global, adalah runtuhnya kohesi internal, ketidakpercayaan, dan gejolak politik di wilayah pendudukan.
Sehubungan dengan hal ini, surat kabar berbahasa Ibrani "Calcalist" melaporkan Rabu lalu tentang kegagalan rencana kabinet Netanyahu untuk membangun kembali wilayah yang rusak akibat serangan rudal Republik Islam Iran di wilayah pendudukan, dan menulis: Ringkasan laporan akhir tim rezim Israel yang menyusun rencana rekonstruksi menyatakan bahwa rencana ini tidak akan dilanjutkan.
Surat kabar Zionis tersebut menambahkan: Ini berarti para pemukim Israel yang terluka kini tidak memiliki alternatif dan berada dalam kesulitan di tengah ketidakpastian tentang bagaimana kabinet Israel akan membantu mereka.
Menyusul agresi rezim Zionis terhadap Iran pada 23 Juni 2025, yang menargetkan lokasi militer dan sipil serta menewaskan sejumlah komandan, warga sipil, dan ilmuwan nuklir, Republik Islam Iran mengumumkan dimulainya Operasi "Wa’d Sadiq 3" dan berhasil menembakkan rudalnya terhadap wilayah pendudukan, yang menimbulkan kerugian besar bagi pihak Zionis. (MF)