Hizbullah: Selama Agresi Israel berlanjut, Perlawanan Berlanjut
Di tengah meningkatnya ketegangan regional dan berlanjutnya agresi rezim Zionis, poros perlawanan dengan suara bulat menegaskan penghentian agresi, penarikan penuh pasukan musuh, serta mempertahankan senjata perlawanan sebagai satu-satunya jaminan keamanan dan pemulihan hak-hak kaum tertindas sebagai prioritas vital.
Perkembangan terbaru di Lebanon, Palestina yang diduduki, dan Suriah menunjukkan bahwa isu konfrontasi dengan rezim Zionis masih menjadi pusat perdebatan politik dan keamanan kawasan. Sementara agresi Israel terus berlanjut dan gencatan senjata berulang kali dilanggar, pernyataan sejumlah pejabat resmi serta laporan lembaga internasional terkait perlawanan mendapat respons keras dari kelompok-kelompok perlawanan. Berikut rangkuman perkembangan poros perlawanan yang dilaporkan Pars Today:
Reaksi Hizbullah terhadap pernyataan Menteri Luar Negeri Lebanon
Hussein al-Hajj Hassan, anggota Fraksi “Kesetiaan kepada Perlawanan” di Parlemen Lebanon, mengkritik pernyataan Menteri Luar Negeri Lebanon, Youssef Rajji, dalam wawancaranya dengan jaringan Al Jazeera. Ia menyatakan bahwa pandangan tersebut lebih mencerminkan sikap Partai Pasukan Lebanon dibandingkan kebijakan resmi pemerintah.
Al-Hajj Hassan menegaskan bahwa rezim Zionis tidak pernah mematuhi kesepakatan gencatan senjata dan terus melakukan agresi terhadap Lebanon. Ia mengingatkan bahwa pembebasan Lebanon selatan pada tahun 2000 merupakan hasil dari perlawanan dan senjatanya, bukan upaya diplomatik.
Ia menambahkan bahwa perlawanan juga memainkan peran penentu dalam perang tahun 2006 serta dalam menghadapi kelompok-kelompok takfiri pada tahun 2017, dan fakta-fakta tersebut tidak dapat diabaikan. Mengkritik fokus pada isu monopoli senjata, Al-Hajj Hassan menyatakan bahwa prioritas Lebanon saat ini haruslah penarikan pasukan musuh, penghentian agresi, pemulangan para tawanan, dan dimulainya proses rekonstruksi.
Ia menegaskan bahwa pembahasan mengenai strategi pertahanan nasional harus dilakukan setelah tujuan-tujuan tersebut tercapai dan dalam kerangka dialog internal. Ia juga menyinggung berlanjutnya agresi rezim Zionis terhadap wilayah Suriah dan menekankan bahwa ketiadaan senjata perlawanan tidak mencegah pendudukan. Menurutnya, pernyataan terbaru Perdana Menteri rezim Zionis tentang pembentukan zona penyangga dan tetap bertahan di Jabal al-Sheikh menunjukkan kelanjutan kebijakan ekspansionis rezim tersebut.
Reaksi Hamas terhadap laporan Amnesty International
Sementara itu, Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menyebut laporan Amnesty International mengenai Operasi “Badai Al-Aqsa” sebagai laporan yang bias dan disusun berdasarkan narasi rezim Zionis. Hamas menegaskan bahwa klaim mengenai pembunuhan warga sipil tidak sejalan dengan bukti lapangan dan laporan-laporan independen.
Di sisi lain, Hussein Jishi, anggota Fraksi Kesetiaan kepada Perlawanan, menyoroti tekanan Washington dan menyatakan bahwa Amerika Serikat berupaya membantu rezim Israel mencapai tujuan-tujuan yang gagal diraih dalam perang. Ia menegaskan bahwa perlawanan tidak pernah mengklaim mampu mencegah sepenuhnya kehancuran, namun berhasil menggagalkan pencapaian tujuan-tujuan strategis musuh.
Keseluruhan sikap ini menunjukkan bahwa di tengah berlanjutnya agresi rezim Zionis, arus perlawanan tetap menempatkan penghentian agresi, penarikan musuh, dan pemeliharaan kemampuan pencegah sebagai prasyarat bagi setiap dialog politik dan keamanan di Lebanon dan kawasan.(PH)