Terdesak, Israel Minta Percepat Perundingan Damai
Kepala Dinas Intelijen Militer rezim Zionis Israel mencemaskan meluasnya operasi anti-Zionis rakyat Palestina.
Surat kabar Israel, Jerusalem Post, Selasa (23/2) melaporkan, Herzl Halevi, Kepala Dinas Intelijen Militer Israel menekankan urgensi dimulainya perundingan damai di antara kelompok-kelompok bertikai Israel dan Palestina.
Ia menuturkan, jika perundingan untuk menyeimbangkan dan menutupi kegagalan aparat keamanan ini tidak segera dimulai, gelombang-gelombang baru permusuhan Palestina akan semakin keras.
Halevi juga menyampaikan hasil evaluasi intelijen kepada kabinet Israel terkait Intifada Al Quds dan dampaknya bagi keamanan rezim ini.
"Meskipun bentrokan-bentrokan di zona keamanan Israel sudah berlangsung selama lima bulan, namun sepertinya insiden ini masih akan berlanjut untuk waktu lama," paparnya.
Dengan memperhatikan bahwa 2,4 juta warga Palestina tinggal di Tepi Barat dan Baitul Maqdis Timur, upaya mengontrol keamanan dan militer Israel di wilayah itu menjadi sangat sulit.
Israel, untuk menurunkan sensitivitas dan ketegangan, berusaha agar berlanjutnya Intifada Al Quds berbiaya besar bagi warga Palestina.
Para pengamat percaya, gagalnya perundingan damai, penistaan Masjidil Aqsa dan solusi dukungan terhadap tempat suci itu di samping aksi-aksi Israel, termasuk faktor asli kemajuan Intifada dan berlanjutnya proses tersebut. (HS)