Pembelian Senjata Arab Saudi dan Ilusi Al Saud
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i37050-pembelian_senjata_arab_saudi_dan_ilusi_al_saud
Wakil Putra Mahkota yang juga Menteri Pertahanan Arab Saudi, Mohammed bin Salman mengatakan, "Arab Saudi termasuk negara ketiga terbesar pembeli senjata di dunia dan mayoritas pembiayaannya untuk membeli senjata dari luar negeri."
(last modified 2025-10-25T09:16:00+00:00 )
May 03, 2017 17:20 Asia/Jakarta

Wakil Putra Mahkota yang juga Menteri Pertahanan Arab Saudi, Mohammed bin Salman mengatakan, "Arab Saudi termasuk negara ketiga terbesar pembeli senjata di dunia dan mayoritas pembiayaannya untuk membeli senjata dari luar negeri."

Mohammed bin Salman menambahkan, "Kami setiap tahunnya mengalokasikan dana antara 50 hingga 70 miliar dolar untuk membeli senjata, dimana 99 persennya berasal dari luar negeri."

Pada saat yang sama, Wakil Putra Mahkota Arab Saudi ini mengklaim Koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi dalam beberapa hari saja mampu menghancurkan kekuatan perlawanan rakyat Yaman yang dipimpin Ansarullah.

Disebutkan bahwa para penguasa negara-negara Arab, khususnya Arab Saudi dengan melanjutkan pembelian senjata besar-besaran telah mengubah kawasan Teluk Persia menjadi tempat penimbunan senjata negara-negara Barat. Padahal mereka tidak memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk mengoperasikan senjata-senjata ini tanpa kehadiran para pakar militer Barat.

Sejatinya, pembelian senjata yang dilakukan negara-negara Arab hanya menjadi sarana untuk menyelamatkan ekonomi Barat yang sedang krisis dan mencegah bangkrutnya produsen-produsen senjata. Pembelian ini tidak membantu kemampuan militer negara-negara Arab.

Kontrak pembelian senjata dalam jumlah besar yang dilakukan negara-negara Arab ditandatangani di saat negara mereka menjadi tempat pangkalan militer Amerika, bahkan hingga kini tidak ada ancaman militer dari negara manapun. Justru mereka yang menjadi ancaman bagi negara-negara lainnya di kawasan. Seperti agresi Arab Saudi terhadap Yaman yang diikuti oleh sebagian negara-negara Arab.

Bagaimanapun juga, pembelian senjata dalam jumlah besar yang dilakukan para penguasa negara-negara Arab dan puncaknya adalah Arab Saudi, bukan saja tidak membantu terciptanya keamanan di kawasan, tapi justru menggelorakan perlombaan senjata dan instabilitas keamanan. Selain itu, dengan pembelian masif senjata ini dan menyerahkannya kepada kelompok-kelompok teroris Takfiri justru meningkatkan ketidakamanan di kawasan. Dalam  kondisi yang demikian, pembelian senjata dalam jumlah besar yang dialkukan Arab Saudi justru menjadi ilusi Arab Saudi. Apa lagi Koalisi Arab yang dimpimpin Arab Saudi dengan segala fasilitas yang dimilikinya dan bantuan Amerika tidak berhasil meraih targetnya di Yaman.

Arab Saudi sejak 26 Maret 2015 memulai agresinya terhadap Yaman. Pada awalnya mereka memprediksi perang akan berlangsung mudah dan dengan cepat mereka dapat mengalahkan gerakan Ansarullah lalu mengembalikan Abdrabbuh Mansur Hadi kembali menjadi Presiden Yaman. Tapi perang tidak segera selesai, bahkan kini telah melewati masa 2 tahun.

Ketidakmampuan Arab Saudi ini kembali pada sikap penguasa Saudi yang menyepelekan kekuatan resistensi pasukan Ansarullah dan kekuatan politinya di dalam negeri Yaman. Pasukan Ansarullah sebagai simbol organisasi resistensi rakyat Yaman menghadapi serangan pasukan Saudi dan berhasil mengalahkan mereka di pelbagai medan tempur, bahkan menyerang ke dalam Arab Saudi dan mengalahkan anasir Riyadh di Yaman.

Pada dasarnya perang ini tidak sepadan dengan mencermati persenjataan modern yang dimiliki Arab Saudi dan kekuatan finansial mereka. Tapi senjata apapun tidak dapat melawan keyakinan dan ini dimiliki pasukan Ansarullah. Variabel inilah yang membuat rakyat Yaman mendukung gerakan ini menghadapi agresi Arab Saudi, sehingga Saudi gagal mencapai kemenangan di Yaman.

Menyerang infrastruktur, rumah penduduk, pabrik dan pelabuhan Yaman menunjukkan militer Arab Saudi gagal meraih targetnya. Serangan udara yang dilakukan terus menerus hanya membantai rakyat tidak berdosa. Dukungan terhadap al-Qaedah dan mempersiapkan sarana bagi kehadiran Daesh di Yaman menandakan Al Saud tidak mampu melakukan sesuatu melawan kegigihan rakyat Yaman. Tidak diragukan lagi bahwa Arab Saudi menjadi pecundang dalam proxy war di Yaman. Di sini dapat dipahami pejabat Arab Saudi berusaha membesar-besarkan kekuataannya hanya untuk membohongi opini publik dan menutupi kegagalan agresi militernya di Yaman.