Kisah Tentang Ayatullah Boroujerdi
(last modified Sun, 04 Feb 2018 07:52:21 GMT )
Feb 04, 2018 14:52 Asia/Jakarta
  • Tetangga
    Tetangga

Almarhum Ayatullah Boroujerdi waktu itu kakinya sakit. Oleh karena itu beliau pergi ke sumber air panas di Mahallat sampai dua kali.

Di salah satu bepergian ini, beliau membantu para fakir miskin dan memerintahkan agar membeli beberapa ekor kambing untuk disembelih dan dagingnya dibagikan kepada fakir miskin.

Perintah beliau dilaksanakan dan ada sisa setengah kilo daging disisihkan buat beliau untuk dibikin sate. Hidangan disiapkan berupa sate sekitar ada tiga tusuk dengan diselingi minuman yogurt campur parutan timun di hadapan beliau.

Beliau berkata, “Sate ini dari mana?”

Dijawab, “Dari daging kambing yang telah disembelih. Kami hanya membuatnya sedikit untuk Anda.”

Beliau berkata, “Saya tidak akan makan sate ini. Bagikan saja kepada fakir miskin. Karena mereka telah mencium baunya.”

Ayatullah Boroujerdi tidak makan sate sama sekali dan beliau hanya minum yogurt. (Dastan-e Dustan, jilid 5, hal 270)

Nasihat Dari Almarhum Haj Moghaddas

Seorang rohaniwan muda yang pergi berziarah ke makam imam maksum as bersama almarhum Haj Moghaddas menceritakan:

“Pada waktu Zuhur saya kembali ke rumah. Sementara Haj Moghaddas tetap melanjutkan ziarah dan ibadahnya di makam imam maksum. Kami berdua tinggal dalam satu ruangan. Hari itu saya agak lelah. Oleh karena itu saya berusaha untuk tidur.

Namun suara ribut-ribut terdengar dari rumah tetangga. Saya bangkit dan melihat ke rumah itu dan melihat beberapa perempuan dan anak-anak perempuan sedang mandi di dalam kolam.

Seketika itu juga saya menyesal setelah melihat ke rumah tetangga dan saya mengutuk para wanita itu. Karena suara keributan merekalah yang menyebabkan saya berbuat dosa.

Satu jam kemudian, almarhum Haj Moghaddas datang dan begitu masuk ke dalam ruangan, beliau memandang saya dengan tajam dan berkata, “Engkau telah berbuat dosa karena melihat rumah tetangga. Tapi mengapa engkau mengutuk mereka. Engkau berbuat dosa karena melihat rumah tetangga. Seharusnya engkaulah yang harus menahan dirimu sendiri.” (Dar Diyar-e Salehan, hal 76)

Tidak Beriman, Orang Yang Suka Mengganggu Tetangganya

Seorang lelaki dari kaum Anshar bertanya kepada Rasulullah Saw, “Saya telah membeli sebuah rumah dari kabilah tertentu, namun saya tidak berharap sama sekali pada tetangga terdekat akan kebaikannya dan saya merasa tidak aman dari keburukan dan kejahatannya. Lalu Rasulullah Saw memerintahkan Ali as, Abu Dzar dan satu orang lainnya, sepertinya Miqdad. Beliau memerintahkan agar mereka mengumumkan dengan suara lantang di masjid:

“Tidak beriman, siapa saja yang tetangganya merasa tidak aman dari kejahatannya”.

Mereka mengumumkan hal ini tiga kali. (Mizanul Hikmah, jildi 2, hal 193)

Syiah Menurut Pandangan Rasulullah Saw

Seseorang datang kepada Rasulullah Saw dan berkata, “Ada seseorang melihat pada keluarga tetangganya. Bila ada kemungkinan baginya, maka dia tidak segan-segan untuk berbuat zina.”

Yang lainnya berkata, “Wahai Rasulullah! Dia adalah syiah [pengikut] Anda dan dia membenci musuh-musuh Anda dan musuh Ali as.”

Rasulullah Saw berkata: “Jangan katakan dia sebagai syiah [pengikut] kami. Karena para syiah [pengikut] kami adalah orang-orang yang mengikuti kami dan melangkah di garis kami. Bila dia memiliki sifat seperti ini [melihat keluarga tetangganya] maka dia telah menyimpang dari garis dan cara kami. (Emi Nur Hayati)

Sumber: Hak Tetangga