Upaya Turki Memperkuat Kehadiran Militernya di Suriah
Militer Turki mengerahkan peralatan militer baru ke perbatasan Suriah dalam beberapa hari terakhir. Beberapa tank dan kendaraan lapis baja serta 15 unit truk pengangkut beton pembatas telah dikirim ke Provinsi Hatay yang bertetangga dengan Suriah.
Pengiriman peralatan tempur ke perbatasan Suriah memperkuat dugaan bahwa pemerintah Turki sedang berusaha untuk membangun pangkalan militer permanen di negara tersebut.
Perlu dicatat bahwa militer Suriah berhasil membebaskan sejumlah daerah dari pendudukan teroris selama dua bulan terakhir. Mereka juga berhasil merebut kembali daerah Khan Tuman setelah terlibat pertempuran sengit dengan teroris.
Dengan demikian, setiap operasi baru militer Turki di wilayah Suriah berpotensi mengganggu proses pembebasan sejumlah daerah yang masih diduduki oleh kelompok teroris dan sisa-sisa teroris Daesh. Tindakan militer Turki di Suriah Utara juga akan kembali membuka jalan bagi kelompok teroris untuk menyelamatkan dirinya.
Selama dua tahun lalu, militer Turki melakukan beberapa operasi militer di Suriah dengan alasan menumpas kelompok milisi Kurdi. Operasi militer Turki yang disebut Eufrat Shield, Olive Branch, dan Peace Spring di wilayah Suriah telah menambah jumlah pengungsi Suriah dan pencari suaka. Oleh karena itu, manuver militer Turki di Suriah mendapat penentangan keras dari pemerintah Damaskus.
Menurut pemerintah Ankara, kelompok milisi Kurdi di Suriah seperti Partai Uni Demokratik (PYD) dan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dengan dukungan negara-negara asing dan Partai Pekerja Kurdi (PKK), ingin mendirikan negara atau sebuah wilayah otonom di wilayah perbatasan Turki dengan Suriah.
Pada dasarnya, militer Turki lebih memilih memerangi milisi Kurdi ketimbang menumpas kelompok-kelompok teroris seperti Daesh dan Front al-Nusra. Oleh sebab itu, para analis politik di kawasan menyebut perang Turki terhadap milisi Kurdi, bukan perang kontra-terorisme.
Selain itu, tindakan militer Turki telah mendorong warga Kurdi Suriah berpindah ke daerah-daerah lain dan hal ini menciptakan masalah baru bagi pemerintah Damaskus.
Pemerintah Damaskus percaya bahwa kehadiran militer Turki di wilayah Suriah adalah ilegal dengan alasan apapun dan ini murni pendudukan.
Seorang analis politik Turki, Ibrahim Farahani menuturkan, "Saat ini 25 persen dari wilayah Suriah dikuasai oleh Kurdi. Dalam pandangan pemerintah Suriah, serangan Turki ke wilayah berpenduduk Kurdi merupakan sebuah agresi."
Dapat dikatakan bahwa berlanjutnya pendudukan wilayah Suriah kemungkinan akan berujung pada pembangunan pangkalan militer permanen Turki di negara itu. Jika ini terjadi, Ankara semakin mempertajam perseteruannya dengan Damaskus dan meningkatkan ketegangan dengan negara-negara yang punya kepentingan di Suriah. (RM)