Transformasi Asia Barat, 4 Oktober 2020
-
Kedutaan Besar AS di Baghdad
Transformasi Asia Barat sepekan terakhir diwarnai oleh sejumlah isu penting di antaranya mengenai motif AS melemparkan isu penutupan kedutaannya di Baghdad.
Selain itu, keberhasilan militer Irak mengagalkan serangan teroris ke peziarah Arbain, Fatah menuntut pengunduran diri Sekjen Liga Arab, Damaskus serukan pasukan AS angkat kaki dari Suriah, PBB dan Ansarullah Yaman membahas pembukaan kembali bandara Sana’a dan Kuwait menetapkan Emir baru.
Rencana Penutupan Kedutaan AS di Baghdad demi Tekan Pemerintah Irak
Pemerintah AS telah mengumumkan akan menutup kedutaan besarnya di Baghdad, karena terjadi serangan yang terus berlanjut. Meskipun ada pengumuman dari pemerintah AS akan menutup kedutaan besarnya di Baghdad, tapi tampaknya belum terlaksana hingga kini. Pasalnya, Irak memiliki kepentingan geopolitik bagi Amerika Serikat. Pada dasarnya, invasi AS ke Irak tahun 2003 sebagian besar disebabkan oleh geopolitik Irak.
Berdasarkan data OPEC, Irak memiliki cadangan minyak terbukti lebih dari 145 miliar barel. Irak memproduksi lebih dari 4,5 juta barel minyak per hari. Dari jumlah tersebut, sekitar 4 juta barel diekspor. Sejumlah sumber menunjukkan bahwa salah satu alasan motif AS melancarkan invasi terhadap Irak tahun 2003 demi mengeruk sumber daya minyaknya yang melimpah.
Selain itu, tujuan terpenting Amerika Serikat di Timur Tengah adalah memantau Republik Islam dan melemahkan posisi Iran serta sekutunya. Oleh karena itu, rencana penutupan kedutaan besar AS di Irak bertentangan dengan tujuan strategis Washington.
Tampaknya, ada motif lain mengapa Amerika Serikat melemparkan rencana penutupan kedutaannya. Washington mengangkat masalah ini untuk menekan pemerintah Baghdad demi mencapai tujuannya dengan mengangkat masalah penutupan kedutaan besarnya di Baghdad.
Amerika Serikat saat ini memiliki tiga tuntutan utama terhadap pemerintah Irak yaitu: melemahkan atau mengelola kelompok anti-Amerika, memastikan keamanan pasukan Amerika, dan melawan pengaruh Republik Islam Iran.
Militer Irak Gagalkan Serangan Teroris ke Peziarah Arbain
Juru bicara Komando Staf Angkatan Bersenjata Irak mengabarkan keberhasilan pasukannya menggagalkan serangan teroris terhadap para peziarah Arbain Imam Hussein di kota Baghdad.
Alalam (3/10/2020) melaporkan, Brigjend Yahya Rasool mengumumkan, pasukan anti-teror Irak menggelar operasi di utara Baghdad, dan berhasil menggagalkan upaya para teroris untuk menyerang peziarah Arbain.
Ia menambahkan, upaya dua pelaku bom bunuh diri yang bermaksud melancarkan aksinya terhadap para peziarah Arbain, berhasil digagalkan.
Penangkapan dua pelaku bom bunuh diri ini dilakukan atas informasi akurat, dan kerja keras pasukan anti-teror Irak.
Sebelumnya, pasukan keamanan Irak menangkap 26 teroris Daesh di Provinsi Nainawa, utara negara itu.
Seperti dikutip laman Ayn al-Iraq pada Sabtu (3/10/2020), teroris Daesh yang ditangkap mengakui bahwa mereka terlibat dalam beberapa serangan teror, dan ikut menyerang pasukan Irak selama operasi pembebasan Provinsi Nainawa.
Militer dan pasukan Hashd al-Shaabi Irak melakukan operasi untuk membebaskan daerah-daerah yang diduduki teroris dan kegiatan ini masih berlanjut sampai sekarang.
PLO Tuntut Pengunduran Diri Sekjen Liga Arab
Sekjen Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat Senin (28/9/2020) malam mengecam statemen terbaru Sekjen Liga Arab Ahmed Aboul Gheit terkait normalisasi hubungan dengan Israel.
"Ahmed Aboul Gheit telah kehilangan kredibilitasnya dan tidak lagi layak menjabat sekjen Liga Arab," papar Erekat.
Sekjen Liga Arab hari Ahad (27/9/2020) menyambut kesepakatan normalisasi hubungan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain dengan rezim Zionis Israel, dan mengklaim bahwa kesepakatan ini mendorong Israel menghentikan rencananya menduduki sebagian wilayah Tepi Barat Sungai Jordan.
Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain setelah mengumumkan kesepakatan kompromi dengan Israel, Selasa (15/9/2020) menandatangani kesepakan ini di Gedung Putih di bawah pengawasan Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Langkah UEA dan Bahrain menormalisasi hubungan dengan Israel menuai protes luas di dunia Islam.
Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menyatakan kesepakatan berbahaya ini sama halnya dengan hadiah gratis yang diberikan Emirat dan Bahrain kepada Israel karena kejahatannya terhadap bangsa Palestina.
Rakyat Yordania Berdemonstrasi Tolak Normalisasi dengan Rezim Zionis
Rakyat Yordania menggelar demonstrasi besar-besaran yang mengutuk normalisasi hubungan antara beberapa penguasa Arab dengan rezim Zionis.
Situs Arabi 21 melaporkan, demonstran Yordania hari Minggu (27/9/2020) menyuarakan penentangan terhadap normalisasi hubungan diplomatik yang dilakukan sejumlah negara Arab dengan Israel.
Mereka memegang plakat dengan slogan menentang normalisasi hubungan dengan musuh Zionis, dan menyatakan penentangannya terhadap langkah tersebut.
Para pengunjuk rasa Yordania menyebut aksi normalisasi hubungan dengan Tel Aviv sebagai pengkhianatan terhadap negara-negara merdeka, yang menganggap rezim Zionis sebagai musuh utama kemanusiaan.
Demonstrasi ini berlangsung serentak di 40 bagian negara Arab ini.
Warga Yordania sebelumnya berulangkali memprotes normalisasi hubungan dengan rezim Zionis dengan mengadakan berbagai aksi unjuk rasa.
Bertentangan dengan aspirasi rakyat Palestina, para menteri luar negeri UEA dan Bahrain menandatangani kesepakatan normalisasi hubungan dengan rezim Zionis di hadapan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada 25 September.
Upaya UEA dan Bahrain untuk menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis menuai banyak kritik di dunia Islam.
Damaskus Minta Pasukan AS Angkat Kaki dari Suriah
Wakil Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad menyebut teroris sebagai instrumen yang berbiaya murah bagi AS di wilayah Asia Barat dan ia meminta pasukan teroris Amerika keluar dari Suriah.
Mekdad dalam wawancara dengan surat kabar al-Watan Suriah, Kamis (1/10/2020) mengatakan AS melakukan manuver baru untuk memperluas kebijakan ofensifnya terhadap rakyat Suriah di ranah politik dan militer.
"AS terus melakukan manuver terhadap rakyat Suriah dan mereka menjalankan kebijakan itu dengan merangkul teroris," ujarnya.
"Suriah adalah sebuah negara kesatuan dan dapat melawan konspirasi AS yang bertujuan untuk melayani rezim Zionis, para teroris, dan ekstremis pembunuh," tegas Mekdad.
"AS harus meninggalkan Suriah tanpa syarat, dan rakyat Suriah harus melanjutkan upaya nasionalnya untuk memperkuat dan menstabilkan negara," imbuhnya.
AS dan sekutunya secara ilegal dan tanpa persetujuan pemerintah Damaskus, mengerahkan pasukannya ke Suriah dengan dalih memerangi teroris.
Washington tidak hanya mendukung teroris di Suriah, tetapi juga menjatuhkan sanksi terhadap pemerintah Damaskus sehingga tidak dapat menjalin kerja sama dengan sekutunya untuk program rekonstruksi.
Nasrullah: Motif AS Teror Syahid Soleimani demi Hidupkan Daesh
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah menilai motif serangan teror yang dilancarkan AS terhadap Letjen Syahid Qassem Soleiman dan Abu Mahdi Al-Muhandes demi menghidupkan kelompok teroris Daesh.
"Faktanya, setelah aksi teror tersebut, kelompok teroris Daesh yang masih tersisa di Irak mulai bermunculan dan melancarkan aksinya," ujar Sekjen Hizbullah Lebanon hari Selasa (29/9/2020).
Tujuan utama AS menghidupkan kembali Daesh untuk menjustifikasi kehadiran pasukanya di Irak," tegas Sayid Nasrullah.
Di bagian lain pidatonya, Sayid Nasrullah juga menyinggung intervensi Perancis dalam urusan internal Lebanon, dengan mengatakan, "Apa yang diinginkan pihak Perancis terhadap orang-orang Lebanon supaya mayoritas tersisih, dan minoritas berkuasa di negara ini,".
PBB dan Ansarullah Yaman Bahas Pembukaan kembali Bandara Sana’a
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan di Yaman menyatakan bahwa pihaknya sedang melakukan pembicaraan dengan Gerakan Ansarullah untuk pembukaan kembali Bandara Internasional Sana’a.
“Pembicaraan dengan Ansarullah terus dilakukan untuk membuka kembali Bandara Internasional Sana’a bagi pengiriman tenaga ahli dan peralatan yang diperlukan untuk menangani wabah virus Corona,” kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan pada Rabu (30/9/2020).
Gerakan Ansarullah terpaksa menutup Bandara Internasional Sana’a pada 9 September lalu karena kekurangan bahan bakar.
Yaman menghadapi kekurangan bahan bakar dan makanan sejak lima tahun lalu karena diblokade oleh koalisi agresor pimpinan Arab Saudi. Saudi dengan dukungan AS, Uni Emirat Arab, dan beberapa negara lain melancarkan agresi militer ke Yaman sejak Maret 2015.
Kuwait Tetapkan Emir Baru
Pemerintah Kuwait menetapkan emir baru negara ini setelah Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jabir Al-Sabah meninggal dunia kemarin.
Sheikh Nawaf Al-Ahmad Al-Jabir Al-Sabah yang sebelumnya menjabat sebagai putera mahkota mengisi kursi jabatan emir Kuwait.
Pria berusia 83 tahun ini menjabat sebagai putera mahkota sejak 2006 hingga kemarin, dan kini menempati posisi baru sebagai orang nomor satu di Kuwait.
Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jabir Al-Sabah meninggal dunia dalam usia 91 tahun.
Para pemimpin negara Arab, termasuk Lebanon, Qatar, Yordania, Mesir dan Uni Emirat Arab menyampaikan pesan terpisah atas wafatnya emir Kuwait.(PH)