Transformasi Asia Barat 21 November 2020
-
Gerakan BDS
Transformasi Asia Barat selama sepekan terakhir diwarnai sejumlah isu penting di antaranya mengenai pernyataan kontroversial Menlu AS terhada gerakan BDS yang memicu kecaman luas.
Selain itu, UEA, Bahrain dan Israel melancarkan plot baru serangan terhadap Hizbullah, laporan HRW mengungkapkan bahwa perusahaan UEA menipu orang Sudan dikirim ke Libya, Presiden Irak menyerukan kerja sama internasional memerangi terorisme, pasukan AS berangsur-angsur meninggalkan Suriah menuju Irak, AS menjarah minyak Suriah menggunakan 120 truk tangka, oposisi Saudi menyerukan penggulingan Rezim Al Saud serta pertemuan Emir Qatar dan Presiden Tunisia membahas konflik Libya.
Pompeo Sebut Gerakan BDS Anti-Semit
Pompeo dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Tel Aviv hari Kamis (19/11/2020) mengatakan bahwa gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi terhadap Israel (BDS) dan organisasi anti-Zionis lainnya adalah organisasi anti-Semit dan pemerintah AS akan memutus semua dukungannya terhadap mereka. Tidak hanya itu, ia juga menegaskan bahwa gerakan ini seperti kanker yang harus dibasmi, dan secara resmi akan mengumumkan BDS sebagai gerakan anti-Semit.
Ancaman Pompeo disambut dengan reaksi tajam dari gerakan BDS yang menyatakan bahwa pernyataan Pompeo tersebut menunjukkan tanda sikap anti-Palestina pemerintahan AS saat ini, dan upaya AS untuk memberangus gerakan BDS akan gagal.
Pada akhir Oktober 2020, pemerintahan Trump menyatakan akan melabeli beberapa organisasi hak asasi manusia, termasuk Amnesty International, Human Rights Watch, dan Oxfam yang berbasis di AS, sebagai organisasi anti-Semit.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendukung penyebutan lembaga tersebut sebagai organisasi anti-Semit demi menyenangkan rezim Zionis yang sejalan dengan kebijakan Tel Aviv.
Gerakan BDS merupakan kampanye internasional untuk memberikan tekanan terhadap Israel akibat pendudukan tanah Palestina dan pembangunan distrik ilegal Zionis. Gerakan yang berdiri sejak 2005 ini berhasil menarik dukungan dari berbagai kalangan di seluruh dunia, terutama di negara-negara Barat yang memicu kekhawatiran besar dari otoritas Zionis.
Gerakan BDS yang didukung oleh berbagai media telah memainkan peran penting dalam meningkatkan tekanan terhadap rezim Zionis dan para pendukungnya, terutama AS.
UEA, Bahrain dan Israel Lancarkan Konspirasi Baru terhadap Hizbullah
Uni Emirat Arab, Bahrain dan rezim Zionis Israel sedang berusaha meyakinkan dunia bahwa Hizbullah Lebanon adalah organisasi teroris.
Direktur urusan Strategis, Kementerian Luar Negeri Israel mengabarkan konspirasi baru Tel Aviv, UEA, dan Bahrain terhadap Hizbullah.
Sebagaimana dikutip Rai Al Youm, pejabat Israel itu mengatakan, Israel, UEA dan Bahrain sedang berusaha meyakinkan negara-negara dunia bahwa Hizbullah adalah organisasi teroris.
Ia menambahkan, Kemenlu Israel dalam beberapa tahun terakhir berhasil meyakinkan empat negara bahwa Hizbullah adalah teroris.
Lebih lanjut pejabat Israel itu menjelaskan, Tel Aviv memusatkan perhatiannya pada Eropa, dan punya target lain yang lebih besar, dan itu adalah meyakinkan PBB.
Sebelumnya Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrullah meminta pemerintah Lebanon, dan negara-negara Timur Tengah untuk tidak berharap pada Joe Biden soal masalah kawasan.

HRW: Perusahaan UEA Tipu Orang Sudan Dikirim ke Libya
Human Rights Watch merilis rincian baru tentang perusahaan Uni Emirat Arab yang merekrut orang Sudan untuk dikirim ke Libya.
Situs berita Al-Khaleej Online melaporkan, Human Rights Watch merilis sebuah laporan yang menunjukkan bahwa perusahaan UEA, Black Shield Security Services telah menandatangani kontrak dengan lebih dari 270 pemuda Sudan untuk bekerja sebagai penjaga keamanan di UEA, tetapi mereka ditipu dengan mengirimnya ke Libya dan ditempatkan di daerah berisiko konflik militer.
Laporan Human Rights Watch menyebutkan perusahaan UEA menyita paspor dan telepon seluler ratusan warga Sudan yang direkrutnya, dan mereka diberikan pelatihan militer setibanya di Abu Dhabi pada September 2019.
Perusahaan keamanan UEA ini membawa para pemuda Sudan tanpa mereka sadari ke kompleks militer di kota Ras Lanuf di Libya utara untuk bergabung bersama kelompok Tentara Nasional di bawah komando Khalifa Haftar.
UEA terus memberikan dukungan militer dan keuangan kepada Haftar sejak 2014, yang melanggar resolusi PBB mengenai larangan ekspor senjata ke Libya.
Pada akhir Januari 2020, sejumlah keluarga Sudan berunjuk rasa di depan kedutaan UEA di Khartoum untuk memprotes kontrak perusahaan Emirat dengan anak-anak mereka yang dikirim untuk berperang di Yaman dan Libya, alih-alih dipekerjakan oleh layanan lembaga keamanan UEA berdasarkan kontrak yang telah disepakati sebelumnya.
Presiden Irak Serukan Kerja Sama Internasional Perangi Terorisme
Presiden Irak, Barham Salih menekankan urgensi kerjas ama internasional yang berkelanjutan dalam perang melawan terorisme dan pengurangan ketegangan regional.
Kantor Penerangan Kepresidenan Irak melaporkan, Presiden Irak Barham Salih hari Kamis (19/11/2020) mengatakan perang melawan terorisme masih berlangsung dan bantuan internasional masih diperlukan untuk melanjutkan perang melawan kelompok teroris sebagai ancaman lintas batas dan ancaman bagi semua.
"Pasukan keamanan Irak mampu mengalahkan kelompok teroris Daesh, tetapi sejumlah kekuatan inti mereka masih tersebar di berbagai bagian negara yang mengancam keamanan dan stabilitas warganya," ujar Bahram Salih.
"Pihak keamanan Irak berkoordinasi dengan koalisi internasional untuk melanjutkan aksi mengejar teroris demi mencegah mereka mencapai tujuannya," tegas Presiden Irak.
Barham Salih juga menekankan pentingnya mengurangi ketegangan di kawasan dan memblokir jalur kelompok teroris yang memanfaatkan celah krisis untuk mengancam perdamaian dan keamanan nasional dan regional.
Pasukan AS Berangsur Meninggalkan Suriah Menuju Irak
Gelombang ketiga pasukan Amerika Serikat telah meninggalkan pangkalan ilegalnya di daerah al-Jazira, Suriah menuju ke Irak.
Seperti dilansir kantor berita resmi Suriah (SANA), sumber lokal pada hari Kamis (19/11/2020) mengatakan konvoi pasukan AS yang melibatkan 30 kendaraan, tank, dan truk kontainer bergerak ke Irak melalui jalur perlintasan ilegal al-Walid di daerah Tal Hamis.
Pada Selasa lalu, konvoi pasukan AS yang terdiri dari 60 truk pengangkut peralatan dan senjata serta sejumlah truk tangki minyak meninggalkan Suriah melalui daerah al-Walid menuju Irak.
Minggu lalu, pasukan AS juga keluar dari wilayah Suriah dengan membawa 50 kendaraan lapis baja pengangkut personel dan tank dengan tujuan Irak.
Militer AS bekerjasama dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) secara ilegal hadir di utara dan timur laut Suriah dan mereka menjarah sumber daya alam Suriah, terutama minyak.
Pemerintah Damaskus menekankan bahwa mereka akan mengakhiri kehadiran pasukan pendudukan itu.
Lagi, AS Jarah Minyak Suriah Gunakan 120 Truk Tangki
Pasukan Amerika Serikat kembali menyelundupkan minyak Suriah dengan menggunakan 120 truk tangki.
Seperti dilasir surat kabar al-Watan Suriah, sumber-sumber lokal pada hari Selasa (17/11/2020) mengatakan pasukan pendudukan AS memindahkan 70 truk yang membawa minyak jarahan dari Suriah melalui pos perbatasan Hamza Beik di perbatasan Suriah-Irak.
Sumber tersebut menambahkan, konvoi lain yang terdiri dari 50 truk tangki milik pasukan AS meninggalkan kota Rmelan di Provinsi al-Hasakah, Suriah menuju wilayah Irak melalui jalur penyeberangan ilegal, al-Walid.
Militer AS bekerjasama dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) secara ilegal hadir di utara dan timur laut Suriah dan mereka menjarah sumber daya Suriah, terutama minyak.
Pemerintah Damaskus menekankan bahwa mereka akan mengakhiri kehadiran pasukan pendudukan itu.
Oposisi Saudi Serukan Penggulingan Rezim Al Saud
Para aktivis dan penentang rezim Al Saud menyatakan bahwa sistem Kerajaan Saudi tidak dapat diperbaiki dan harus digulingkan.
Seperti dilansir situs Arabi21, para aktivis hukum yang menentang rezim Al Saud di luar negeri dalam satu pernyataan pada Selasa (17/11/2020) mengatakan, rezim Saudi saat ini telah menciptakan banyak masalah dengan melakukan pembunuhan brutal, menyebarkan rasisme, dan mengeksploitasi isu perbedaan mazhab.
Oposan Saudi mencatat bahwa rezim Al Saud telah menyimpang jauh selama pemerintahan Raja Salman bin Abdulaziz dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
"Rezim Al Saud sudah tidak bisa diharapkan. Rakyat Saudi akan membangun sebuah sistem politik yang terlepas dari dukungan Amerika Serikat dan Israel," kata pernyataan itu.
Pernyataan tersebut ditandatangani oleh 22 tokoh oposisi, aktivis hukum, dan akademisi Arab Saudi yang tinggal di luar negeri.
Emir Qatar dan Presiden Tunisia Bahas Konflik Libya
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dan Presiden Tunisia Kais Saied bertemu untuk membahas hubungan bilateral dan perkembangan konflik Libya.
Pertemuan antara Sheikh Tamim dan Kais Saied yang berlangsung di Doha menyoroti perluasan kerja sama kedua negara dan perkembangan terkini di Libya.
"Pertemuan ini akan memperkuat kerja sama bilateral antara Qatar dan Tunisia, sekaligus membuka jalan bagi cakrawala yang lebih luas untuk kepentingan kedua negara sahabat," ujar Emir Qatar.
Emir Qatar menyerukan dukungan negara-negara kawasan bagi penyelesaian konflik di Libya.
Sementara itu, Presiden Tunisa, Kais Saied dalam pertemuan ini menyampaikan harapan tindak lanjut dalam aksi nyata, dan mengucapkan terima kasih kepada Qatar atas bantuan kepada negaranya dalam memerangi virus Corona.
Kedua belah pihak juga membahas perluasan kerja sama bilateral dan regional di segala bidang, terutama di bidang politik, pembangunan ekonomi, investasi, kesehatan, pendidikan dan isu-isu regional dan internasional, termasuk perkembangan terkini di Libya.(PH)