Menanti Sikap Bertanggung Jawab Barat di Yaman
Sejumlah organisasi pembela hak-hak sipil dari berbagai negara dunia memprotes kelanjutan perang Yaman dan pembunuhan warga sipil oleh Arab Saudi dan sekutunya, bahkan di tengah pandemi virus Corona.
Protes ini membuat pemerintah negara-negara Eropa berada di bawah tekanan, termasuk pemasok senjata untuk koalisi pimpinan Arab Saudi. Dalam hal ini, pemerintah Italia memilih membatalkan izin penjualan bom dan rudal ke Uni Emirat Arab (UEA) dan Saudi serta menolak mengeluarkan izin untuk penjualan senjata baru kepada koalisi Saudi.
“Hari ini saya mengumumkan bahwa pemerintah telah mencabut otorisasi yang sedang berjalan untuk ekspor rudal dan bom pesawat ke Arab Saudi dan UEA,” kata Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio pada hari Jumat (29/1/2021).
Negara-negara Eropa telah menjual senjata dan peralatan militer senilai ratusan juta dolar ke Saudi dan sekutunya sejak pecahnya perang Yaman pada 26 Maret 2015, dan memainkan peran penting dalam melatih pasukan negara itu.
Fakta ini memicu protes dari organisasi masyarakat sipil di Eropa terhadap kebijakan pemerintah dan kerja samanya dalam mempersenjatai militer Saudi dan sekutunya.
Saat ini situasi di Yaman semakin buruk akibat pandemi virus Corona dan kekurangan fasilitas medis, obat-obatan, dan pangan. Menurut laporan PBB, perang Yaman merupakan tragedi kemanusiaan terburuk di dunia modern.
Inggris, Jerman, Prancis, Italia tercatat sebagai pemasok utama senjata Eropa ke Arab Saudi. Pemerintah Amerika Serikat juga menandatangani kesepakatan senjata terbesar dengan Saudi dalam beberapa tahun terakhir. Senjata-senjata itu dipakai untuk membantai rakyat Yaman dalam perang yang tidak seimbang ini.
Padahal, negara-negara Eropa selalu mengklaim dirinya sebagai pembela HAM dan perdamaian dunia. Beberapa negara Eropa bahkan memiliki undang-undang khusus untuk memastikan tujuan tersebut. Namun dalam praktiknya, mereka berperilaku berbeda.
Peace Research Institute Frankfurt mencatat bahwa penjualan senjata ke Saudi bertentangan dengan standar Uni Eropa, yang menegaskan bahwa para penerima senjata harus menghormati hak asasi manusia dan hukum internasional serta menjaga perdamaian dan stabilitas.
Anggota parlemen Inggris, Zarah Sultana mengatakan pemerintah London ingin menampilkan dirinya sebagai pembela perdamaian dan keadilan di arena internasional, tetapi keterlibatannya dalam perang Yaman adalah contoh terbaru dari lelucon kejam ini. Inggris telah terlibat jauh di Yaman dan mempertahankan tragedi di negara tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, Amerika – sebagai eksportir utama senjata ke Saudi – memainkan peran kunci dalam mempertahankan perang di Yaman dan memasok senjata kepada koalisi pimpinan Saudi.
Sekarang Human Rights Watch meminta pemerintahan Presiden Joe Biden untuk menghentikan penjualan senjata kepada rezim Saudi dan UEA. Permintaan ini akhirnya mendorong pemerintahan baru AS menangguhkan penjualan jet tempur F-35 ke UEA dan bom pintar ke Saudi.
Saat ini pemerintah AS dan Eropa – terlepas dari klaim-klaim mereka tentang perdamaian dan isu kemanusiaan – harus berhenti menjual senjata ke Arab Saudi dan sekutunya, dan membuka jalan untuk mengakhiri perang di Yaman. (RM)