Netanyahu; Kunci Kesuksesan Rivalnya Bentuk Kabinet Baru di Israel
-
Benjamin Netanyahu
Rival Benjamin Netanyahu di akhir tenggat waktu akhirnya berhasil meraih kesepakatan pembentukan kabinet baru.
Naftali Bennett, pemimpin Partai Yamina, Yair Lapid, ketua Partai Yesh Atid dan Mansour Abbas, ketua List Persatuan Arab Rabu (2/6/2021) sore menandatangani kesepakatan pembentukan kabinet baru. Dengan demikian, seiring terbentuknya kabinet dalam beberapa hari kedepan, secara praktis 12 tahun periode Netanyahu memimpin kabinet Israel berakhir.
Poin penting adalah kesepakatan para rival Netanyahu untuk membentuk kabinet baru justru bukan karena kesamaan visi politik, tapi hanya dikarenakan satu alasan dan itu adalah untuk menggulingkan Nentayahu dari kekuasaan. Netanyahu sejak tahun 2009 hingga kini menjabat sebagai perdana menteri Israel. Netanyahu selama dua tahun terakhir menggelar empat pemilu parlemen dengan tujuan melanggengkan kekuasaannya, bahkan setelah pemilu parlemen ketiga pada Maret 2020, ia membentuk kabinet koalisi dengan Benny Gantz, namun kabinet ini hanya berumur beberapa bulan.
Haus kekuasaan yang ditunjukkan Netanyahu dinilai hina oleh rival politiknya di sayap kanan. Oleh karena itu, di empat pemilu yang digelar selama dua tahun lalu, mereka menolak duduk di kabinet koalisi pimpinan Netanyahu dan pada akhirnya keinginan bersama untuk menggulingkan Netanyahu dari kekuasaan menjadi penggerak untuk kesepakatan pembentukan kabinet baru.
Naftali Bennett, Gideon Sa'ar dan Avigdor Lieberman dari sayap kanan ekstrim, Yair Lapif dan Benny Gantz dari kubu moderat serta Nitzan Horowitz dan Merav Michaeli dari sayap kiri ekstrim bersama Mansour Abbas dari List Arab memutuskan untuk melengserkan Netanyahu. Tokoh-tokoh tersebut masing-masing mewakili komunitas warga Zionis dan perbedaan di antara mereka pun sangat kentara, namun mereka sepakat akan satu hal, yakni melengserkan Netanyahu.
Isu pelengseran Netanyahu dari kekuasaan sangat penting bagi para rivalnya, bahkan Yair Lapid, ketua Partai Yesh Atid yang ditujung presiden Israel membentuk kabinet bersedia bergantian dengan Naftali Bennett menjabat posisi ini. Periode pertama perdana menteri hingga September 2023 yakni 22 bulan akan diserahkan kepada Bennett, dan kemudian sisanya akan dijabat Lapid mulai September 2023 hingga November 2025. Hal ini menuai protes dari Netanyahu dan Partai Likud.
Netanyahu dan Partai Likud meyakini bahwa peluang pembentukan kabinet diberikan kepada Lapid, bukan Bennett. Oleh karena itu, Lapid yang harus menjabat pertama sebagai perdana menteri, namun presiden Israel menolaknya.
Netayahu menyadari keinginan para rivalnya untuk menggulingkannya dari kekuasaan. Oleh karena itu, dengan meluncurkan perang Gaza, ia berusaha mensabotase kesepakatan ini. Sayid Hadi Burhani menyebutkan bahwa perang Gaza bukan bukan saja tidak membantu Nentayahu, tapi kekalahan di perang ini sama halnya dengan kekalahan Nentanyahu serta kegagalan niatnya.
Poin terakhir, Netanyahu menghadapi tuntutan di tiga skandal, suap, penyalahgunaan wewenang dan penggelapan. Ketika ia lengser dari kekuasaan, bisa jadi Netanyahu akan dicopot dari ketua Partai Likud dan juga dipenjara karena tiga dakwaan tersebut. Dengan demikian era Netanyahu sebabagi perdana menteri terpanjang Israel berakhir. (MF)