Perjalanan Sia-Sia Wendy Sherman ke Cina dan Tuduhan yang Berulang
Wakil Menteri Luar Negeri Wendy Sherman, pejabat tertinggi AS dalam pemerintahan Biden yang mengunjungi Cina. Sherman memimpin kunjungan politik dua hari ke Cina pada hari Minggu (25/07/2021). Meski berbagai agenda perjalanan itu telah dirundingkan dengan pejabat senior kebijakan luar negeri Cina, tetapi kunjungan Sherman jelas menjadi wahana saling tuding dan tuntutan satu sama lain.
Kunjungan itu terjadi ketika ketegangan antara Cina dan Amerika Serikat meningkat atas tuduhan timbal balik serangan siber, sanksi luas AS yang sedang berlangsung terhadap Cina dan upaya nyata Washington untuk membangun aliansi di kawasan Asia-Pasifik melawan Beijing.
Dalam pertemuan terpisah dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi dan wakilnya Xie Feng, Sherman mengklaim bahwa Amerika Serikat menyambut baik persaingan yang ketat dan berkelanjutan dengan Cina, tetapi setiap orang harus diperlakukan sesuai dengan hukum internasional dan kesetaraan.
- Baca juga: Cina Tawarkan Tutorial Diplomasi kepada AS
Para pejabat China telah membantah tuduhan itu dan bersikeras pada aksi-aksi destruktif AS. "Amerika Serikat telah menjadikan Cina sebagai musuh imajiner, dan hubungan antara kedua negara telah menemui jalan buntu dengan banyak kesulitan," kata Wakil Menteri Luar Negeri Cina Xie Feng.
Di bawah Joe Biden, Amerika Serikat telah mengambil pendekatan yang sangat ketat ke Cina dan berusaha mengendalikan Beijing di berbagai bidang. Terlepas dari klaim oleh pejabat pemerintahan Biden, termasuk Wendy Sherman, tentang persaingan yang setara dengan Cina dan de-eskalasi tensi hubungan bilateral, apa yang dapat dipelajari dari sikap AS terhadap Cina sejak Biden menjabat, Washington sedang mencari konfrontasi komprehensif dengan Beijing di bidang ekonomi, perdagangan, militer dan keamanan, politik dan siber.
"Konfrontasi ekonomi yang sengit antara Amerika Serikat dan Cina dapat berubah menjadi konflik militer-politik antara Beijing dan Washington," kata pakar politik Fyodor Lukyanov.
"Konfrontasi ekonomi yang sengit antara Amerika Serikat dan Cina dapat berubah menjadi konflik militer-politik antara Beijing dan Washington," kata pakar politik Fyodor Lukyanov.
Saat ini, ketegangan antara Amerika Serikat dan Cina mencakup berbagai masalah, termasuk masalah ekonomi, perdagangan, geopolitik, militer, keamanan, dan siber. Setelah Washington menuduh Rusia melakukan banyak serangan siber terhadap institusi, infrastruktur, dan perusahaan AS, baru-baru ini juga melontarkan tuduhan yang sama terhadap Beijing.
Dalam pendekatannya ke Cina, pemerintahan Biden bukan hanya bermaksud untuk melanjutkan kebijakan pemerintahan Trump, tetapi juga berusaha untuk meningkatkan ketegangan dengan Beijing dan bahkan menyatukan sekutu dan mitranya. Pada KTT G7 serta KTT NATO, Biden menyerukan peningkatan tekanan pada Cina dan membujuk mereka untuk mengungkapkan keprihatinan mereka tentang perilaku Beijing dalam dokumen akhir KTT.
Alih-alih menggambarkan Cina sebagai ancaman bagi Amerika Serikat, pemerintahan Biden telah mencoba menggambarkan Cina sebagai ancaman serius bagi sistem internasional dan stabilitasnya dengan memproyeksikan kekuatan Cina dalam berbagai dimensi. Karena penggunaan hak asasi manusia secara instrumental oleh pemerintah Demokrat Amerika Serikat, menuduh Beijing melakukan pelanggaran hak asasi manusia oleh Washington dan mitra Baratnya serta menjatuhkan sanksi dengan dalih ini sekarang memiliki tempat khusus dalam pendekatan anti-Cina Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengatasi ancaman siber dari Cina, selain tuduhan hak asasi manusia dan upaya untuk memperluas wilayah maritim di Laut Cina Selatan.
Intervensi berulang Washington dalam urusan dalam negeri Cina, khususnya Hong Kong dan Xinjiang, mengintensifkan dukungan untuk Taiwan, mengintervensi sengketa wilayah di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur, memberlakukan berbagai paket sanksi dan berusaha membentuk koalisi melawan Cina di kawasan Pasifik, konfrontasi antara AS dan Cina saat ini semakin intensif dan diperkirakan akan semakin meningkat di masa mendatang.