Amerika Tinjauan dari Dalam, 6 November 2021
(last modified Sat, 06 Nov 2021 10:30:46 GMT )
Nov 06, 2021 17:30 Asia/Jakarta
  • Presiden AS Joe Biden
    Presiden AS Joe Biden

Dinamika di Amerika Serikat selama sepekan terakhir diwarnai sejumlah isi penting seperti respon Amerika soal insiden kapal tanker yang disita Iran di Laut Oman.

Selain itu, masih ada isu lainnya seperti Militer AS Pecat Komandan Kapal Selam Nuklir, Trump: Dulu Kongres AS Dikendalikan Israel, Sekarang Tidak,  AS Patut Disalahkan atas Kerumitan Memulihkan JCPOA, Soal Iran, Presiden Biden Kedepankan Diplomasi, Menlu AS: Kami Berkomitmen Kuat untuk Melawan Drone Iran, AS gelar pertemuan menlu seluruh dunia soal COVID-19.

Pentagon Konfirmasi Sebuah Tanker Disita Iran di Laut Oman

Seorang pejabat Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Pentagon mengonfirmasi bahwa pasukan Iran telah menyita sebuah kapal tanker di Laut Oman.

Image Caption

Newsweek, Rabu (3/11/2021) mengutip seorang pejabat Pentagon melaporkan, minggu lalu pasukan Iran menyita sebuah kapal tanker di Laut Oman, namun pasukan AS hanya menyaksikannya, dan tidak melawan pasukan Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC.

Pejabat Pentagon yang minta identitasnya dirahasiakan itu kepada Newsweek menuturkan, "Kami membantah klaim Iran yang mengatakan bahwa mereka mencegah upaya kami merebut kembali kapal tanker tersebut."

Ia menambahkan, "Kronologi sebenarnya seperti ini, peristiwa tersebut terjadi seminggu lalu. Angkatan Laut AS berada di Teluk Oman, dan menyaksikan sebuah kapal tanker disita Angkatan Laut Iran. Kami tidak mempublikasikan berita ini karena beberapa pertimbangan sensitif terkait detail peristiwa tersebut."

 "Akan tetapi Iran sekarang melemparkan masalah ini kepada kami, dan mengatakan kami yang telah menyita kapal itu, padahal jelas pasukan kami hanya mengawasi kejadian itu," imbuhnya.

Menurut Associated Press, kapal tanker berbendera Vietnam tersebut disita di perairan Laut Oman, dan sampai sekarang kapal itu masih berada di tangan Iran, dan bersandar di pelabuhan Bandar Abbas.

Seorang pejabat AS kepada Associated Press mengatakan, pasukan IRGC pada 24 Oktober 2021 melakukan aksi bersenjata dan menyita kapal tanker MV Sothys. Pasukan AS yang berada di lokasi hanya menyaksikan, dan pada akhirnya tidak melakukan tindakan apa pun.

Militer AS Pecat Komandan Kapal Selam Nuklir

Angkatan Laut Amerika Serikat memecat perwira komandan dan sejumlah staf yang bertugas di kapal selam bertenaga nuklir, USS Connecticut, akibat insiden kecelakaan di Laut Cina Selatan baru-baru ini.

AFP melaporkan, Armada AS ke-7 yang berbasis di Pasifik dalam pernyataan resminya hari Kamis (4/11/2021) menyatakan, Komandan Cameron Aljilani dan dua lainnya dicopot dari posisinya menyusul penyelidikan atas kecelakaan yang terjadi di perairan Indo-Pasifik itu.

Kapal Selam AS (dok)

Hasil investigasi menuturkan USS Connecticut menabrak gunung di bawah laut.

"Penilaian yang tepat, pengambilan keputusan yang bijaksana dan kepatuhan terhadap prosedur yang diperlukan dalam perencanaan navigasi, pelaksanaan tim pengawasan dan manajemen risiko dapat mencegah insiden tersebut," kata pernyataan Armada AS ketujuh kemarin.

Pekan lalu, angkatan laut mengatakan penyelidikan menunjukkan kapal selam itu menabrak gunung bawah laut yang belum terpetakan saat patroli.

Sebanyak 11 awak kapal terluka imbas kecelakaan itu. Menurut laporan, insiden itu menyebabkan kerusakan tangki pemberat kapal selam namun pembangkit nuklir masih aman.

USS Connecticut dibuat pada 1998, dan dilengkapi dengan reaktor nuklir. Ketika terjadi insiden, kapal selam seberat 9.300 ton dan panjang 107 meter itu mengangkut 140 personel.

Kapal selam tenaga nuklir itu dinilai menjadi yang tercanggih saat ini karena mampu mengangkut lebih banyak senjata hingga peledak seperti 50 torpedo dan rudal Tomahawk dibandingkan kapal selam AS lainnya.

Trump: Dulu Kongres AS Dikendalikan Israel, Sekarang Tidak

Mantan Presiden Amerika Serikat mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir rezim Zionis Israel mengontrol Kongres, tapi sekarang sudah tidak lagi.

Donald Trump, Senin (1/11/2021) menuturkan, sekitar 10-15 tahun lalu, Israel mengontrol Kongres AS, tapi sekarang tidak lagi.

Donald Trump

Mantan Presiden AS melontarkan statemen ini untuk menyindir kehadiran beberapa wakil Partai Demokrat di Kongres yang kerap menyampaikan kritik halus terhadap Israel.

Empat anggota Kongres AS dari Demokrat, Alexandria Ocasio Cortez, Rashida Tlaib, Ilhan Omar, dan Ayyana Pressley selalu dikecam Trump karena sering mengkritik Israel.

"Perubahan besar yang saya saksikan di Kongres adalah Israel benar-benar telah menguasai Kongres AS, hal ini terjadi kira-kira 10-15 tahun lalu, tapi sekarang tidak seperti itu", ujar Trump.

Ia menambahkan, "Sekarang yang terjadi sebaliknya. Sekarang di Kongres ada orang-orang seperti Alexandria Ocasio Cortez, dan Ilhan Omar. Mereka tidak menyukai Israel, sangat tidak suka. Sekarang mereka yang mengontrol Kongres, dan Israel tidak punya pengaruh lagi di Kongres."

AS Patut Disalahkan atas Kerumitan Memulihkan JCPOA

Seorang mantan diplomat Inggris mengatakan Amerika Serikat harus bertanggung jawab atas masalah yang muncul dalam perjanjian nuklir Iran 2015.

"Presiden AS Joe Biden dapat kembali ke perjanjian untuk menghindari situasi saat ini," kata Peter Jenkins, mantan duta besar Inggris untuk organisasi internasional yang berbasis di Wina, Austria.

"Pihak Eropa dan AS tidak memahami bahwa Iran akan berhenti mengurangi komitmennya berdasarkan perjanjian jika Biden bergabung kembali dengan JCPOA pada minggu-minggu pertama berkuasa di Gedung Putih," ujarnya dalam wawancara dengan IRNA, Senin (1/11/2021).

Mengenai pernyataan terbaru Troika Eropa dan AS tentang JCPOA, Jenkins menegaskan mereka bersikap berlebihan dalam hubungannya dengan keputusan Iran mengurangi komitmen perjanjian.

Dia berharap bagian tertentu dari statemen tersebut tidak sampai menghambat upaya untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir.

Para pemimpin AS, Inggris, Prancis, dan Jerman telah bertemu di sela-sela KTT G20 di kota Roma, Italia. Mereka meminta Iran mengubah perilakunya untuk membuka jalan menghidupkan kembali JCPOA. Namun, pernyataan itu tidak menyinggung penarikan sepihak AS dari JCPOA.

Republik Islam Iran menghentikan pelaksanaan sukarela Protokol Tambahan pada 23 Februari 2021 sesuai dengan keputusan parlemen. Tehran menekankan pihaknya siap memenuhi kembali kewajibannya jika sanksi dicabut dan Iran mendapat manfaat dari JCPOA.

Soal Iran, Presiden Biden Kedepankan Diplomasi

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan diplomasi adalah jalan terbaik dalam berurusan dengan Iran.

Hal itu disampaikan Biden di sela-sela acara penutupan KTT G20 di kota Roma, Italia, pada Minggu (31/10/2021) seperti dikutip dari laman Farsnews.

Joe Biden

Dia menuturkan gagasan tersebut mendapat dukungan dari Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

"Bersama dengan Perdana Menteri Johnson, Kanselir Merkel, dan Presiden Macron, kami berkumpul untuk menegaskan kembali keyakinan kami bersama,” kata Biden.

Biden menekankan bahwa kami tetap "menderita" atas penilaian buruk Donald Trump yang memutuskan keluar dari perjanjian nuklir JCPOA.

Setelah kebijakan tekanan maksimum Trump gagal, pemerintahan Biden mengaku ingin membuka jalan melalui pembicaraan Wina sehingga AS dapat bergabung kembali dengan JCPOA.

Iran dan negara-negara yang tersisa dalam JCPOA sudah melakukan enam putaran pembicaraan di Wina untuk memfasilitasi kembalinya AS. Para pihak mengakui pembicaraan telah mencapai kemajuan yang nyata, tetapi beberapa perbedaan belum terpecahkan.

Hal itu karena AS bersikeras untuk mempertahankan sanksi-sanksi era Trump terhadap Iran. Selain itu, pemerintahan Biden tidak dapat menjamin negaranya tidak meninggalkan JCPOA untuk kedua kalinya.

Menlu AS: Kami Berkomitmen Kuat untuk Melawan Drone Iran

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan, Washington telah menyanksi empat warga, dan dua perusahaan Iran, karena memiliki hubungan dengan aktivitas pesawat tanpa awak negara ini.

Antony Blinken, Sabtu (30/10/2021) di akun Twitternya menulis, "Kami berkomitmen kuat untuk melawan segala bentuk ancaman Iran termasuk drone, dan semua orang yang mendukungnya."

Menlu AS, Antony Blinken

Menurut Blinken, AS akan menggunakan semua sarana termasuk sanksi, untuk mencegah dan menghancurkan jaringan pasokan bahan baku, serta teknologi terkait drone ke Iran, dan menargetkan insitusi-insitusi Iran yang terlibat dalam pengembangan teknologi ini.

Departemen Keuangan AS pada hari Jumat menjatuhkan sanksi terhadap empat warga Iran, dan dua perusahaan negara ini. Menurut Depkeu AS, keempat warga Iran, dan dua perusahaan yang disanksi itu terlibat dalam pengembangan industri drone Iran.

AS Gelar Pertemuan Menlu seluruh Dunia soal COVID-19

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan bahwa pada 10 November akan menggelar pertemuan virtual bagi para menteri luar negeri seluruh dunia untuk membahas pandemi COVID-19.

Ia menyatakan janji untuk bekerja mengatasi ketidaksetaraan secara global soal akses untuk mendapatkan pasokan vaksin.

"Meskipun ada kemajuan menyangkut vaksinasi di seluruh dunia, kita belum berada di titik yang seharusnya," kata Blinken melalui pernyataan untuk mengumumkan pertemuan pada 10 November tersebut.

Pertemuan itu akan berlangsung setelah Presiden AS Joe Biden juga menjadi tuan rumah pertemuan tinggi pada 22 September secara daring.

Dalam pertemuan dengan para pemimpin dunia tersebut, Biden berjanji membeli 500 juta lagi dosis vaksin COVID-19 untuk disumbangkan kepada negara-negara lain.

Amerika Serikat berada di bawah tekanan untuk berbagai pasokan vaksinnya dengan negara-negara lain.

Penduduk di AS saat ini sudah ditawari untuk mendapatkan suntikan vaksin booster (penguat) menjelang musim dingin.

"Kami akan membahas peningkatan upaya mewujudkan kesetaraan pengadaan vaksin dan manfaatnya," kata Blinken.