Implikasi Global akan Ketidakadilan Distribusi Vaksin Corona
(last modified Wed, 29 Dec 2021 01:45:26 GMT )
Des 29, 2021 08:45 Asia/Jakarta

Gelombang baru penyakit COVID-19 varian Omicron telah melanda dunia karena diskriminasi dalam distribusi vaksin serta kurangnya akses yang adil terhadap obat-obatan dan peralatan medis, sekali lagi menimbulkan kekhawatiran akan diskriminasi dan apartheid terapeutik dari negara-negara kaya.

Menurut organisasi-organisasi internasional dari Uni Eropa, bersama dengan Inggris dan Amerika Serikat, dalam enam minggu terakhir, lebih dari negara lain di benua Afrika telah menerima vaksin Corona, dan di banyak negara maju, dosis vaksin ketiga telah disuntik.

Menurut Nick Dearden, Direktur Badan Amal Global Justice Now, negara-negara miskin dan terbelakang masih belum memiliki akses minimum yang diperlukan untuk vaksinasi nasional terhadap penyakit mematikan ini.

Varian Omicron

Sudah hampir dua tahun sejak wabah COVID-19 melanda dunia. Selama periode ini, ketersediaan vaksin dan dimulainya vaksinasi secara luas di berbagai negara telah meningkatkan harapan untuk mengendalikan penyakit ini.

Namun, kurangnya distribusi vaksin yang tepat di antara berbagai negara telah memungkinkan pengendalian penyakit secara praktis di negara-negara kaya.

Statistik menunjukkan bahwa antara 11 November dan 21 Desember, negara-negara kaya menerima 513 juta dosis vaksin Corona.

Sementara semua negara Afrika hanya menerima 500 juta dosis vaksin Corona tahun ini.

Ada beberapa faktor yang terlibat dalam distribusi vaksin Corona yang tidak adil di seluruh dunia.

Hal itu termasuk penimbunan vaksin, pembatasan ekspor dan pasokannya oleh negara-negara kaya, kurangnya infrastruktur untuk distribusi vaksin yang adil, dan kurangnya pendanaan yang memadai untuk negara-negara miskin.

Gelombang baru penyakit COVID-19 varian Omicron telah melanda dunia karena diskriminasi dalam distribusi vaksin serta kurangnya akses yang adil terhadap obat-obatan dan peralatan medis, sekali lagi menimbulkan kekhawatiran akan diskriminasi dan apartheid terapeutik dari negara-negara kaya.

Menurut berbagai laporan yang diterbitkan, sekitar 11 miliar dosis vaksin Corona telah diproduksi pada tahun 2021, yang bahkan lebih banyak dari total populasi dunia. Namun statistik yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar populasi negara-negara Afrika belum menerima satu dosis vaksin.

Ketidakadilan dalam pendistribusian vaksin serta kurangnya perhatian dan bantuan negara kaya kepada negara miskin, menyebabkan virus Corona versi mutasi yang disebut Omicron menyebar dari Afrika Selatan ke belahan dunia lain.

"Munculnya jenis baru virus Corona dan kurangnya akses ke vaksin di negara berkembang merupakan ancaman serius, Masalah ini bukan hanya merenggut nyawa orang-orang di negara-negara miskin, tetapi juga meningkatkan risiko jenis virus baru, yang pada gilirannya meningkatkan kematian di negara-negara kaya," kata Brandon Locke, kepala lembaga One Campaign.

Pada dasarnya, negara-negara kaya bukan hanya tidak memberikan vaksin kepada negara-negara miskin, tetapi juga merampas obat-obatan dan peralatan medis mereka secara medis.

Beberapa laporan bahkan menunjukkan bahwa sebagian besar vaksin yang disumbangkan ke negara-negara Afrika telah kedaluwarsa atau akan segera kedaluwarsa.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan setelah ditemukannya varian Omicron bahwa vaksin harus diberikan kepada semua negara untuk menyingkirkan virus Corona. Jika tidak, Corona akan kembali ke negara-negara yang memiliki sejumlah besar vaksin dengan jenis baru, dan tidak mungkin untuk menghilangkannya tanpa keadilan vaksinasi.