Dampak Ekonomi Perang Ukraina bagi Perekonomian Global
-
Perang Rusia-Ukraina
Lebih dari satu bulan berlalu dari perang Ukraina dan kini dampak ekonominya membuat kesulitan banyak negara-negara Eropa.
Bahkan Jerman, ekonomi terbesar Eropa, selama beberapa pekan lalu, mencicipi inflasi tertinggi selama 30 tahun lalu.
Bukan saja Jerman, bahkan banyak negara Eropa yang terdampak perang Ukraina dan mengalami inflasi tinggi karena kenaikan energi. Harga gas alam dan produk olahan minyak mentah selama beberapa hari terakhir mengalami kenaikan signifikan dan berpengaruh pada kenaikan inflasi dan juga diprediksikan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonommi bagi banyak negara Eropa.
Menurut perkiraan awal, inflasi di 19 negara zona Euro dari 5,9 persen naik menjadi 7,5 persen, serta angka inflasi di zona ini mencapai titik tertinggi sejak tahun 1997.
Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde terkait faktor inflasi ini mengatakan, inflasi di zona Euro dipengaruhi tiga faktor, harga tinggi energi di seluruh dunia, tekanan yang meningkat di sektor pangan, dan hambatan spesifik dalam produksi.
Krisis energi di Eropa merupakan tantangan baru bagi pemerintah Benua Hijau. Konflik di Ukraina telah menghambat pasokan energi dan rantai pasokan. Gangguan pasokan energi dari Rusia ke Eropa akibat konflik yang sedang berlangsung di Ukraina telah mendorong harga gas global ke level tertinggi dalam beberapa dekade, dengan implikasi bagi ekonomi zona euro.
Rusia telah mengekspor sekitar 55,5 miliar dolar gas alam ke negara-negara lain di seluruh dunia pada tahun 2021, dan sekarang, dengan Ukraina melanjutkan perang dan dukungan Barat, serta memberlakukan sanksi yang luas terhadap Rusia, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumumkan Moskow akan menuntut rubel untuk penjualan gas ke beberapa "negara yang tidak bersahabat".
Keputusan ini akan menyulitkan kondisi negara-negara Eropa yang bergantung pada impor energi dari Rusia.
Kanselir Jerman, Olaf Scholz terkait hal ini mengatakan, jika impor energi terputus total dari Rusia, Jerman akan menghadapi kondisi parah dan sebagian sektor ekonomi negara ini terpaksa ditutup total.
Kenaikan inflasi tidak terbatas pada negara-negara anggota Uni Eropa, tetapi Inggris dan Amerika Serikat juga mengalami kondisi ekonomi yang sulit. Laporan terbaru dari Kantor Statistik Nasional menunjukkan bahwa inflasi di negara itu telah mencapai level tertinggi dalam hampir 30 tahun. Grant Fitzner, anggota senior di Kantor Statistik Nasional Inggris, mengatakan harga barang-barang yang meninggalkan pabrik-pabrik Inggris juga telah meningkat secara signifikan dan sekarang telah mencapai level tertinggi dalam 14 tahun.
Sementara itu, sejumlah negara Eropa bakal menggelar pemilu presiden dan krisis ekonomi dipastikan akan mengubah kondisi politik di negara-negara ini. Sekaitan dengan ini, Marine Le Pen, ketua partai ekstrem kanan Front Nasional dan juga kandidat di pemilu presiden Prancis di akun Twitternya menulis, “Saya memutuskan untuk mengembalikan rata-rata 150 hingga 200 euro sebulan kepada warga Prancis dengan rencana saya untuk membantu daya beli masyarakat.”
Laporan resmi menunjukkan bahwa inflasi di bulan Maret di Prancis mencapai 4,5 persen akibat kenaikan enegri dan bahan pangan.
Sepertinya berlanjutnya perang Ukraina semakin memicu kesulitan dan krisis ekonomi serta inflasi di negara-negara Eropa. Seperti dinyatakan David Beasley, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia hari Selasa (29/03/2022) di sidang Dewan Keamanan PBB, "Perang Rusia-Ukraina bukan hanya menghancurkan Ukraina dan kawasan, tetapi juga berdampak pada dunia di luar apa yang kita lihat selama Perang Dunia II. Karena Ukraina telah menjadi "dari keranjang roti dunia ke penerima roti." (MF)