Kebijakan Baru AS di Afghanistan
Kuasa Usaha AS untuk Afghanistan Karen Decker mengatakan bahwa sangat kecil kemungkinan negaranya akan melakukan intervensi militer lagi di Afghanistan.
Sekalipun demikian dia menekankan pada interaksi dengan Taliban dan memberikan tekanan hak asasi manusia pada kelompok ini untuk memenuhi persyaratan pengakuan internasional.
Amerika, yang diam-diam meninggalkan Afghanistan setahun yang lalu dan setelah dua dekade pendudukan, wajar jika tidak akan kembali secara militer ke negara ini.
Amerika Serikat mengklaim bahwa mereka tidak akan campur tangan secara militer dalam urusan internal Afghanistan dengan gagasan bahwa mereka memantau urusan Afghanistan melalui pangkalan militernya di kawasan.
Sementara itu, Taliban telah berulang kali memperingatkan pemerintah Washington tentang pelanggaran wilayah udara Afghanistan oleh pesawat tempur dan drone Amerika.
Oleh karena itu, klaim Kuasa Usaha Amerika untuk Afghanistan, yang berbasis di Qatar, bahwa AS tidak akan melakukan intervensi militer di Afghanistan tidak lebih dari kebohongan, dan hanya dianggap menipu opini publik Afghanistan.
Akram Arefi, seorang pakar Afghanistan mengatakan, "Meskipun Amerika mengklaim telah meninggalkan Afghanistan, tetapi terus mencampuri urusan keamanan negara ini, Washington menganggap dirinya sebagai perwakilan Afghanistan, di mana hal ini melanggar hukum kedaulatan negara menurut prinsip-prinsip internasional."
Sementara itu, rencana AS untuk Taliban adalah menggunakan alat tekan hak asasi manusia yang digunakannya juga dalam kasus semua negara.
Amerika menggunakan taktik ini untuk menekan negara-negara agar memenuhi tuntutannya yang tidak sah.
Kini, isu perempuan, bukan hanya di Afghanistan, tetapi juga di negara-negara lain, menjadi alasan intervensi Amerika di bawah apa yang disebut pembelaan hak asasi manusia.
Kuasa Usaha AS untuk Afghanistan Karen Decker mengatakan bahwa sangat kecil kemungkinan negaranya akan melakukan intervensi militer lagi di Afghanistan.
Sementara itu, pelanggaran hak asasi manusia tertinggi, terutama dalam kasus perempuan, terjadi di Amerika Serikat, dan pemerintah Washington menutup mata terhadap mereka.
Sekarang, Taliban, yang tidak memiliki keinginan untuk menghormati hak-hak perempuan dan anak perempuan, terutama di sektor pendidikan, telah memberi Amerika Serikat alasan yang cocok untuk mengklaim membela hak-hak perempuan dan anak perempuan di Afghanistan di bawah apa yang disebut hak asasi Manusia.
Mohammad Hassan Jafari, pakar Afghanistan mengatakan tentang ini, "Amerika dengan mendukung kelompok-kelompok teroris, termasuk Daesh (ISIS), telah melakukan kejahatan perang bukan hanya di Afghanistan tetapi juga di negara lain, dan itu harus diadili di pengadilan yang kompeten. Sekalipun demikian, Washington dengan sombong berbicara tentang masalah hak asasi manusia di Afghanistan."
Bagaimanapun, Kuasa Usaha AS untuk Afghanistan telah mengadopsi sikap menipu opini publik mengenai intervensi militer AS yang berulang di Afghanistan, yang bukan rahasia bagi rakyat negara ini, dan terus membunuh rakyat Afghanistan melalui serangan pesawat tak berawak.
Mendukung kelompok teroris sebagai kekuatan proksi masih menjadi salah satu kebijakan Washington di Afghanistan.
Selain itu, transit terorisme dari Afghanistan ke negara-negara kawasan merupakan salah satu prioritas strategis Amerika Serikat lainnya dalam urusan Afghanistan dan kawasan.
Di samping berbagai masalah keamanan dan hak asasi manusia, penyitaan aset Afghanistan merupakan salah satu kejahatan lain yang dilakukan AS di Afghanistan.
Dalam situasi ekonomi rakyat Afghanistan yang paling buruk, penyitaan sekitar 10 miliar dolar dari aset rakyat Afghanistan dianggap sebagai pukulan terbesar bagi bisnis dan pasar negara ini, yang telah menyebabkan gizi buruk anak-anak di Afghanistan.
Karena negara ini membutuhkan sumber daya keuangan untuk mengimpor barang atau berinvestasi apa pun, yang telah disita Amerika.
Ini terlepas dari kenyataan bahwa setelah dua dekade pendudukan Afghanistan, Amerika telah menyerahkan kehancuran kepada rakyat negara ini.(sl)