Akhirnya, Borrell Akui UE Butuh Energi Rusia yang Murah
(last modified Wed, 12 Oct 2022 04:04:01 GMT )
Okt 12, 2022 11:04 Asia/Jakarta

Dengan berlanjutnya krisis energi di negara-negara anggota Uni Eropa dan meningkatnya kekhawatiran tentang datangnya cuaca dingin di Eropa, Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengakui bahwa kemakmuran Eropa didasarkan pada energi murah Rusia dan sekarang negara-negara Eropa harus mencari sumber energi di dalam Eropa.

Berlanjutnya perang antara Rusia dan Ukraina dan selanjutnya intervensi dan dukungan Eropa terhadap Ukraina dalam perang, terutama sanksi Eropa terhadap Rusia di bidang energi, telah menyebabkan tekanan sanksi justru berbalik ke negara-negara Eropa sendiri, dan mereka menghadapi kelangkaan bahan bakar dan kenaikan harga energi

UE dan gas Rusia

Kondisi tersebut telah menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi di banyak negara Eropa, kebangkrutan banyak pabrik dan bengkel produksi, peningkatan pengangguran, serta peningkatan permintaan penggunaan fasilitas kesejahteraan dan sosial dari yayasan amal di negara-negara tersebut.

Menurut laporan ekonomi, inflasi tahunan di Zona Euro telah meningkat dua digit, dan harga pangan telah meningkat lebih dari 40% pada bulan lalu saja, yang merupakan angka yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kondisi ini menyebabkan beberapa pejabat Eropa seperti Borrell, sementara mengakui energi murah Rusia dan perannya dalam perekonomian Eropa, mengumumkan bahwa blok ini mencari kepentingan energi di negara-negara anggota Uni Eropa. Dia mengatakan bahwa ekonomi Uni Eropa sedang menunggu untuk rekonstruksi.

Sebenarnya, apa yang terjadi adalah biaya yang harus dibayar oleh otoritas Eropa atas dukungan mereka terhadap Ukraina dalam perang Rusia dan untuk menyertai kebijakan Amerika.

Tampaknya otoritas Eropa sekarang mencari jalan keluar dari krisis energi saat ini, yang tampaknya tidak dapat dipulihkan dalam jangka pendek, dan biayanya akan ditanggung oleh warga Eropa.

Sehingga semakin memburuknya situasi ekonomi dan sosial negara-negara Eropa telah memicu protes di negara-negara Eropa.

Selama beberapa bulan terakhir, banyak warga Eropa menghadapi kenaikan tagihan listrik yang tidak mampu mereka bayar, dan dengan semakin parahnya kondisi ini, banyak dari mereka menuntut perubahan kebijakan Eropa terhadap perang Ukraina, sambil memprotes kinerja pemerintah Eropa terhadap Rusia.

Dengan berlanjutnya krisis energi di negara-negara anggota Uni Eropa dan meningkatnya kekhawatiran tentang datangnya cuaca dingin di Eropa, Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengakui bahwa kemakmuran Eropa didasarkan pada energi murah Rusia dan sekarang negara-negara Eropa harus mencari sumber energi di dalam Eropa.

Sebagian pengunjuk rasa selama pawai pekan lalu di Jerman mengkritik intervensi NATO dalam konflik jangka panjang di Ukraina dan meminta pemerintah Jerman untuk berhenti mengirim senjata ke Ukraina kemudian mencari solusi damai untuk masalah ini.

Menunjukkan bahwa NATO memberikan pelatihan militer dan pengiriman senjata ke Ukraina, para pengunjuk rasa menyatakan bahwa tanpa senjata militer NATO, perang ini akan berakhir lebih awal.

Dalam hal ini, para pengunjuk rasa di Italia, Austria dan Republik Ceko juga mengadakan demonstrasi besar dalam beberapa hari terakhir sebagai protes terhadap kinerja pemerintah Eropa dan kenaikan harga, yang oleh sebagian orang disebut sebagai "serangan terhadap kantong rakyat".

Dalam konteks ini, Le Figaro menerbitkan sebuah laporan dan menulis, Penurunan ekspor gas Rusia sebagai tanggapan atas sanksi yang dijatuhkan pada Moskow sejak serangan ke Ukraina telah menyebabkan kenaikan harga di pasar dunia, sehingga Eropa, dalam menanggapi kondisi ini terpaksa mengimpor gas alam cair (LNG) secara besar-besaran dari sumber-sumber lain, sehingga harganya melonjak tajam.

Pihak berwenang Eropa berharap dapat mengelola kekurangan energi dengan penyimpanan gas yang tepat dan pasokan sumber minyak dan gas dari negara lain.

Kunjungan Presiden Macron ke Aljazair

Karena pejabat negara seperti Prancis juga telah melakukan perjalanan ke negara penghasil minyak dan gas lainnya seperti Aljazair dan melakukan negosiasi untuk membeli lebih banyak gas, tetapi kondisi saat ini menunjukkan bahwa negara-negara Eropa menghadapi krisis serius yang tidak dapat diatasi setidaknya dalam waktu singkat.

CEO Shell Ben Van Beurden mengatakan dalam hal ini, Menunggu solusi cepat untuk krisis energi Eropa adalah ilusi yang harus kita kesampingkan. Sejatinya, negara-negara Eropa akan menghadapi masalah pasokan energi dan bahan bakar selama bertahun-tahun dengan pemutusan total gas Rusia.(sl)

Tags