Kemarahan Warga Eropa pada Hari Buruh Internasional
(last modified Wed, 03 May 2023 02:50:46 GMT )
May 03, 2023 09:50 Asia/Jakarta

Hari Buruh Internasional diselenggarakan di negara-negara Eropa sementara konsekuensi ekonomi dan politik dari perang Ukraina serta tindakan dan kebijakan para negarawan telah memicu kemarahan dan protes warga Eropa.

Di Prancis, salah satu pertemuan protes terbesar para buruh diadakan. Faktanya, hari ini adalah alasan lain bagi orang Prancis yang memprotes kebijakan Presiden Emmanuel Macron untuk kembali turun ke jalan dengan slogan-slogan protes.

Menurut New York Times, dalam protes Hari Buruh di Prancis, puluhan ribu orang dari Le Havre di utara hingga Marseille di selatan turun ke jalan, dan protes ini memuncak di Paris, ibu kota Prancis.

Bentrokan demonstran dan polisi Paris

Warga Prancis yang memprotes kondisi ekonomi yang memburuk dan undang-undang pensiun yang baru telah mengubah Hari Buruh menjadi kesempatan untuk memprotes Macron lagi.

Pada menit-menit pertama demonstrasi, terjadi konflik antara pengunjuk rasa dengan aparat keamanan dan polisi, dan aparat tersebut menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa.

Surat kabar Inggris The Guardian menulis dalam konteks ini, Polisi Prancis menggunakan gas air mata terhadap pengunjuk rasa pada hari Senin (01/05/2023) setelah serikat pekerja mengubah pawai tradisional Hari Buruh menjadi demonstrasi anti-pemerintah dan protes menentang kenaikan usia pensiun di Paris dan kota-kota lain.

Gerald Darmanin, Menteri Dalam Negeri Prancis mengatakan dalam hal ini, Selama kekerasan di beberapa kota Prancis di sela-sela pawai utama serikat pekerja, setidaknya 108 polisi terluka dan 291 orang ditangkap di seluruh Prancis.

Di Paris, 25 petugas polisi terluka dan 111 pengunjuk rasa ditangkap.

Menteri Dalam Negeri Prancis mengancam, Mereka yang menyerang polisi dan properti umum akan dihukum berat.

Di Jerman, ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan pada Hari Buruh Internasional, dan protes mereka menyebabkan kekerasan dan bentrokan di beberapa daerah.

Hari Buruh Internasional diselenggarakan di negara-negara Eropa sementara konsekuensi ekonomi dan politik dari perang Ukraina serta tindakan dan kebijakan para negarawan telah memicu kemarahan dan protes warga Eropa.

“Kekerasan tidak pernah menjadi sarana diskusi demokratis, tetapi polisi jelas akan menangani kerusuhan, kekerasan ekstremis, dan gangguan,” tegas Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser.

Sejak tahun lalu, Jerman telah mengalami pemogokan yang paling merusak dalam beberapa dekade sebagai akibat dari dampak perang Ukraina terhadap harga energi dan pangan, dan hal ini menyebabkan tekanan dari serikat pekerja untuk menaikkan upah sejalan dengan peningkatan biaya hidup.

Pawai Hari Buruh Internasional tahun ini diadakan secara berbeda di Italia seperti di negara-negara Eropa lainnya, sehingga para demonstran yang marah membakar bendera Uni Eropa, NATO dan Amerika Serikat.

Di Turin, Italia, pengunjuk rasa anti-pemerintah berbaris memegang boneka untuk mengejek Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni.

Serikat pekerja meminta pemerintah Meloni untuk menaikkan upah dan mengadopsi reformasi terkait kebijakan pajak.

Sementara itu, pemerintah Meloni berencana meluncurkan paket baru untuk pekerja.

Di Belanda, Hari Buruh Internasional juga dirayakan dengan demonstrasi protes dan serikat pekerja menuntut peningkatan hak-hak pekerja.

Serikat pekerja terbesar di Belanda telah memperingatkan bahwa mereka akan melakukan pemogokan jika tuntutannya untuk upah yang lebih tinggi karena inflasi yang tinggi tidak dipenuhi.

Pawai Hari Buruh yang berujung konflik di Paris

Pawai ribuan orang di Warsawa, ibu kota Polandia, berubah menjadi demonstrasi anti-perang bersamaan dengan Hari Buruh Internasional 1 Mei. 

Ribuan pengunjuk rasa membawa bendera dan plakat Polandia yang mengutuk perang di Ukraina.

Pawai Hari Buruh di negara-negara Eropa lainnya seperti Inggris juga menjadi kesempatan bagi warga Eropa untuk memprotes perang di Ukraina dan kondisi ekonomi yang buruk.(sl)