Transaksi Perdagangan Rusia dan Cina Gunakan Rubel atau Yuan
Seorang pejabat tinggi Rusia mengumumkan bahwa sebagian besar transaksi perdagangan antara Moskow dan Beijing saat ini dilakukan dalam mata uang kedua negara.
Moskow telah berulang kali menyatakan bahwa mereka menganggap dolar dan euro tidak dapat dipercaya karena dianggap tidak aman untuk digunakan dalam transaksi lintas batas disebabkan sanksi Barat atas Rusia dalam konflik di Ukraina.
Perdana Menteri Rusia, Mikhail Mishustin selama percakapan dengan Perdana Menteri Cina Li Qiang di Beijing hari Rabu (24/5/2023) mengatakan bahwa hampir tiga perempat transaksi antara Moskow dan Beijing saat ini dilakukan dengan nata uang rubel atau yuan.
Pernyataan Mishustin muncul pada saat Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan penciptaan sistem keuangan internasional yang terdesentralisasi.
Presiden Rusia menilai ekonomi global akan mendapat manfaat dari pembentukan sistem keuangan internasional yang terdesentralisasi.
Dia melanjutkan bahwa Moskow berupaya mengurangi bagian mata uang negara-negara yang tidak bersahabat dalam keuangannya dan berencana untuk menjalin kerja sama yang lebih aktif dengan mitranya di seluruh dunia dan Uni Ekonomi Eurasia, terutama untuk penggunaan penuh mata uang nasional.
Putin mencatat bahwa banyak negara berkembang di dunia, termasuk Cina, India, dan negara-negara Amerika Latin, juga telah beralih menggunakan mata uang nasional dalam urusan perdagangan luar negeri mereka.(PH)