Ketegangan baru Biden dalam hubungannya dengan Cina
(last modified Fri, 23 Jun 2023 08:38:18 GMT )
Jun 23, 2023 15:38 Asia/Jakarta

Presiden AS, Joe Biden Selasa (20/6/2023) membandingkan Xi Jinping, sejawatnya dari Cina dengan diktator.

Biden yang tengah berkampanye di utara California untuk mengumpulkan dana pemilu, mengatakan, kemarahan Xi timbul karena insiden di bulan Februari; Insiden di mana balon China, yang menurut Washington digunakan untuk spionase, terbang di atas Amerika Serikat, tetapi ditembak jatuh oleh jet militer negara tersebut.

" Alasan mengapa Xi Jinping sangat kesal ketika saya menembak jatuh balon dengan dua kompartemen penuh peralatan mata-mata adalah karena dia tidak tahu balon itu ada di sana. Saya serius. Sangat memalukan bagi para diktator ketika mereka tidak tahu apa yang terjadi," kata Biden.

Cina bereaksi dengan marah terhadap komentar Presiden AS Joe Biden yang membandingkan Xi Jinping dengan diktator. Kementerian Luar Negeri Cina menyebut komentar Joe Biden sebagai provokasi politik yang bodoh dan tidak bertanggung jawab, yang melanggar martabat politik Cina.

Biden dan Xi Jinping

Patut dicatat bahwa Rusia, sebagai mitra dekat Cina, yang memiliki pendekatan dan kepentingan yang sama dalam menghadapi dominasi Barat yang dipimpin oleh Amerika, telah mengambil sikap menentang kata-kata menghina Biden kepada mitranya dari Cina. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan: "Ini adalah manifestasi lain dari kontradiksi kebijakan luar negeri AS, yang di satu sisi menunjukkan ketidakpastian Washington, dan di sisi lain, itu menunjukkan kebijakan luar negeri menasehati yang tidak dapat diterima oleh banyaknegara dan jumlah negara-negara ini terus meningkat."

Terlepas dari klaim Amerika untuk mencoba memperbaiki hubungan dengan Cina dan mengurangi ketegangan hubungan dengan Beijing, yang direalisasikan oleh kunjungan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken baru-baru ini ke Beijing dan pertemuan dengan pejabat senior Cina, kata-kata baru Biden menunjukkan bahwa Washington tidak hanya tidak mengubah sikap bermusuhannya terhadap mitranya dari Cina, tetapi juga telah menghina presiden Cina dengan kata-kata yang bertentangan dengan kebiasaan politik dan diplomatik.

Pernyataan Biden dibuat sementara banyak analis tidak menganggap perjalanan Blinken ke Cina untuk mengurangi ketegangan antara Beijing dan Washington berhasil. Selama pertemuan dengan Blinken, Presiden Cina Xi Jinping menekankan bahwa Washington harus menghormati Beijing serta hak dan kepentingan hukumnya. Blinken mengatakan setelah dua hari pertemuan di Beijing dengan para pejabat Cina, termasuk presiden negara itu, bahwa tidak ada kemajuan yang dicapai dalam melanjutkan kontak militer langsung dengan Cina.

Kunjungan Blinken adalah kunjungan pertama Menteri Luar Negeri AS ke Cina dalam lima tahun terakhir, yang diperkirakan oleh para pejabat dan analis Amerika tidak akan mencapai banyak hal dalam menyelesaikan perbedaan antara kedua negara dan tidak akan berdampak positif pada hubungan mereka yang tegang. Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang mengatakan dalam pertemuan dengan Blinken bahwa hubungan antara Cina dan AS berada pada level terendah, yang bertentangan dengan kepentingan kedua negara. Dia juga menekankan bahwa "Taiwan adalah masalah utama dalam hubungan antara Cina dan Amerika Serikat, dan merupakan bahaya terbesar dalam hubungan ini."

Menjelang kunjungan Blinken, Kementerian Luar Negeri Cina memperingatkan Washington dalam sebuah pernyataan tentang campur tangan dalam urusan dalam negeri negara itu. Sambil menekankan perlunya berhenti merongrong kepentingan kedaulatan, keamanan, dan pembangunan Cina oleh AS dengan dalih persaingan, Beijing menambahkan: Washington menganggap Beijing sebagai saingan utamanya dan tantangan geopolitik terpenting, dan ini adalah kesalahan serius dalam penilaian mereka.

Cina dan AS memiliki friksi dalam berbagai masalah, mulai dari perdagangan antara kedua negara hingga masalah kedaulatan dan status hak asasi manusia di Cina. Dukungan dan bantuan militer Amerika ke Taiwan, yang dianggap Cina sebagai wilayahnya, telah menimbulkan kekhawatiran bahwa konfrontasi antara Beijing dan Washington dapat menyebabkan konflik militer atas pulau itu. Cina telah berulang kali memprotes kehadiran militer AS di wilayah tersebut. Beijing juga menginginkan pencabutan sanksi dan diakhirinya pembatasan terhadap kemajuan ilmiah Cina. Sementara Amerika Serikat memantau ekspor barang dan teknologi ke Cina karena alasan kerja sama institusi dan perusahaan Cina dengan militer atau pelanggaran hak asasi manusia.

Meski ada klaim pejabat pemerintah Biden terkait persaingan adil dan setara dengan cina, serta dihentikannya pengobaran tensi di hubungan bilateral, serta langkah-langkah di bidang ini, termasuk kunjungan terbaru Blinken ke Beijing, namun yang dapat dicerna dan dipahami dari sikap dan langkah Amerika terhadap Cina sejak berkuasanya Biden adalah upaya Washington untuk konfrontasi total di bidang ekonomi, perdagangan, militer, keamanan, politik dan siber dengan Beijing serta melawan klaim maritim atau wilayah laut. (MF)